27.6 C
Jakarta

UAS dan Simpatisan Seharusnya Tidak Bersikap Begitu

Artikel Trending

KhazanahOpiniUAS dan Simpatisan Seharusnya Tidak Bersikap Begitu
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Saya pikir kasus ini tidak perlu diperpanjang. Banyak narasi bertebaran yang mengafirmasi hal tersebut, dari argumen level alot hingga argumen yang berbobot dapat ditemukan dengan mudah. Sayang, simpatisan fanatik melihatnya dengan cara berbeda. Cara yang nampak tidak elegan yang tidak disertai dengan pikiran matang.

Cara bersikap mereka yang seperti itu agaknya tidak mengejutkan sama sekali, bahkan dengan mudah sudah bisa ditebak, termasuk endingnya. Karakteristik sikap mereka persis sama dengan simpatisan ulama garis kanan lainnya, keukeuh dan ngotot.

Tabiat demikian nampaknya bentukan dari lingkungan organisasi. Hal ini semacam sudah menjadi formula baku di kalangan mereka. Setelah ulama melakukan provokasi, maka para pengikut setia akan tanggap meresponsnya tanpa diskusi.

Hal yang seharusnya dilakukan

UAS, sebagai sumbu dalam persoalan ini, seharusnya tidak membiarkan para simpatisannya melakukan hal berlebihan. Tidak berlarut-larut dan berkepanjangan. Ia bertanggung jawab penuh atas ancaman-ancaman, hate speech, dan intimidasinyang bertebaran, baik di media sosial maupun di medan demonstrasi.

Ulama-ulama mereka juga seharusnya menjaga marwah dengan tidak turut nyemplung dalam persoalan ini, terlebih mengambil peran memprovakasi massa. Sebagai pihak yang diikuti oleh simpatisan fanatik, diharapkan para ulama ini dapat meredam emosi sosial dengan baik.

Tidak hanya ulama, para politisi pro-UAS pun seharusnya ikut mendamaikan, menenangkan, dan mendinginkan suasana, bukan sebaliknya. Justru, dengan setumpuk kepentingannya, mereka berkoar di berbagai panggung dan podium untuk mendapatkan simpati dari kalangan simpatisan.

Momen ini, baik secara langsung maupun tidak, dijadikan kendaraan politik oleh para politisi nakal untuk mendulang suara pada perhelatan politik di tahun 2024. Tak heran, mereka gencar habis-habisan memikat massa dengan pembelaan-pembelaan yang memuat banyak intrik.

BACA JUGA  Memupuk Akar Moderasi Beragama di NKRI

Tetapi bagaimana pun, pola mutlak itu akan tetap jadi panduan mereka dalam menghadapi persoalan serupa. Sekedar menebak, mengekalkan pola seperti itu sama sekali tidak akan membuat tujuan mereka tercapai. Masyarakat luas perlahan justru akan menghindar oleh sebab tindakan mereka yang tidak dewasa.

Masyarakat akan merasa risi, baik disebabkan karena sikap, pola pikir, maupun lingkungan yang penuh dengan gejolak. Masyarakat juga akan menyadari bahwa kecintaan terhadap agama tidak diukur dari seberapa fanatik mereka terhadap panutannya, melainkan sejauh mana mereka memberi kenyamanan dan keamanan bagi sesama, menghargai yang berbeda, dan menghormati hukum suatu negara.

Sikap simpatisan UAS yang seperti itu sejatinya bukan masalah jika hanya merugikan mereka. Tetapi akan menjadi persoalan jika sudah dikait-kaitkan dengan Islam. Terutama dari mereka yang berada di luar Islam. Dampaknya, Islam yang selama dipromosikan sebagai agama yang damai dan menghargai perbedaan, bisa hancur sebab segelintir umat yang mengatasnamakan pecinta ulama.

Alih-alih menyiarkan Islam ke seluruh belahan dunia, justru menyingkirkannya jauh-jauh tanpa rasa berdosa. Lalu letak dakwahnya di sebelah mana? Jujur, hal ini sangat disayangkan. Saya pikir, kalau saja terpaksa harus bersikap fanatik, seharusnya mereka mempertimbangkan dampaknya. Sekiranya akan berdampak buruk bagi agama, hindarilah. Kasus UAS ini sejatinya hanya antara dirinya dan pemerintah Singapura. Sudah.

Kita tahu bahwa UAS dan para simpatisannya, dalam konteks ini, sama sekali tidak berkaitan dengan Islam. UAS hanyalah calon pengunjung suatu negara yang tidak memenuhi kriteria dan karenanya ditolak. Sementara para pendukung akutnya menganggap bahwa yang demikian merupakan bentuk diskriminasi terhadap UAS. Menurut saya, Jaka Sembung bawa ember.

Azis Arifin, M.A
Azis Arifin, M.A
Alumni SPs UIN Jakarta. Alumni Ponpes Asy-Syafe'iyah Purwakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru