31.2 C
Jakarta

Lagi, Tukang Sayur di Tasikmalaya Diduga Terlibat Komplotan Teroris

Artikel Trending

AkhbarDaerahLagi, Tukang Sayur di Tasikmalaya Diduga Terlibat Komplotan Teroris
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tasik – Densus 88 Anti Teror kembali beraksi di Kota Tasikmalaya, Jumat (18/6/2021). Dua warga yang berdomisili di Kawalu dan Mangkubumi diciduk dan tempat tinggalnya digeledah.

Jumat siang (18/6/2021), Densus 88 dibantu personel Polres Tasikmalaya Kota menggeledah kontrakan di Bojong Limus Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi. Kontrakan itu dihuni oleh penjual sayur berinisial D.

Ketua RT setempat, Abdul Hamid mengaku kaget saat diberi tahu bahwa salah satu penghuni kontrakan di wilayahnya terlibat terorisme. Setahu dia, D merupakan pedagang sayur yang kegiatan sehari-harinya berdagang.

“Sudah lebih dari setahun dia mengontrak di sini dengan istrinya,” ungkapnya kepada wartawan.

Abdul Hamid yang diikutsertakan dalam proses penggeledahan melihat polisi mengamankan beberapa barang bukti seperti ketapel dan sebuah kaos dengan tulisan Arab.

“Enggak ada kalau senjata tajam,” terangnya seperti dikutip dari Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup).

Ditanya soal sejauh mana keterlibatan D dalam kasus terorisme, Abdul Hamid mengaku tidak mengetahuinya. Pasalnya, pihak kepolisian pun tidak banyak memberikan bocoran. “Katanya teroris, dan pernah ikut-ikut pelatihan,” terangnya.

Di waktu yang bersamaan, penggeledahan serupa juga dilakukan di Kampung Pangkalan 2 Kelurahan Kersamenak Kecamatan Kawalu. Petugas memeriksa sebuah kontrakan yang dihuni oleh pria berinsial BH.

Ketua RT setempat sekaligus pemilik kontrakan, Yeni Susana mengaku kaget saat mendapat informasi BH diamankan Densus 88 pada Kamis malam (17/6/2021). Menurutnya, tidak ada yang mencurigakan dari kepribadian BH. “Orangnya baik, biasa suka ngobrol,” terangnya.

BH bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Kota Tasikmalaya. Terakhir kali, dia melihat BH yaitu pada Kamis pagi (16/6/2021). “Ya waktu mau berangkat kerja terakhir saya lihat,” katanya.

Yeni yang mendampingi polisi melakukan penggeledahan mengatakan ada beberapa barang yang dibawa aparat. Di antaranya yaitu rompi dan beberapa lembaran dokumen. “Rompi biasa dan kertas-kertas foto kopian,” tuturnya.

Sementara itu, kepolisian belum memberikan keterangan soal penggeledahan tersebut. Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Doni Hermawan masih harus berkoorindasi terlebih dahulu dengan Polda Jabar dan Mabes Polri.

“Nanti saya harus konfirmasikan dulu,” singkatnya usai mengikuti rapat Satgas Penanganan Covid-19 di Bale Kota Tasikmalaya.

Diberitakan sebelumnya, dua warga Desa Cijulang Kecamatan Cijulang berinisial OP dan R (24) dijemput tim Densus 88 anti teror Rabu (16/6/2021). Hal tersebut diakui ayah kandung R, Sop (62).

Saat ditemui di rumahnya, ia membenarkan anak bungsunya dibawa sekelompok orang yang mengatasnamakan Densus 88 anti teror. “Intinya mereka mengatakan dari Densus 88, membawa anak saya,” katanya kepada wartawan Kamis (17/6/2021).

BACA JUGA  Cegah Paham Radikalisme, Ketum Almagari Harapkan Masyarakat Jaga Persatuan dan Kesatuan

Dia mengatakan anaknya diduga terlibat jaringan terorisme. Ia pun mengaku sempat kaget karena melihat mobil polisi yang berjejer di dekat rumahnya usai salat ashar.

“Saya juga baru turun dari masjid habis salat sudah banyak polisi, mereka berpakaian preman tapi tidak membawa senjata,” ucapnya.

Sop juga menyebutkan rumahnya sempat digeledah dan polisi membawa sejumlah buku. “Bukan buku anak saya, bukan soal terorisme, cuma buku tentang tauhid saja,” jelasnya.

Dia tidak bisa memastikan kapan R dibawa, karena saat polisi datang anaknya sudah tidak terlihat. “Terakhir saya melihat anak saya jam 10.00, dia pamit dari rumah untuk menyambut rumput,” katanya.

Sop mengatakan anaknya tidak pernah bertingkah yang aneh-aneh. Baik mengenai gerakan teorisme atau yang lainya. “Tidak pernah, diskusi pun tidak pernah,” katanya.

Namun ia tidak menyangkal bahwa anaknya sempat mengikuti pengajian terduga teroris OP. Sop berharap anaknya segera dipulangkan dan polisi bisa menuntaskan proses penangkapan terhadap anaknya.

“Kalau saya optimis anak saya tidak bersalah dan bisa dipulangkan,” ujarnya.

Ketua RT setempat Herman menceritakan saat itu menerima telepon dari kepala dusun, bahwa akan ada tamu yang datang.

“Ternyata tamu itu merupakan anggota kepolisian dari Densus 88 Anti Teror. Saat itu, salah satu petugas menyampaikan bahwa ada warga saya inisial R yang diduga terlibat jaringan terorisme dan sedang mencari barang bukti di rumah terduga. Untuk itu saya diminta menyaksikan proses penggeledahan,” katanya.

Kata dia, petugas melakukan penggeledahan di rumah R, mulai dari kamar dan ruang tamu untuk mencari barang milik yang bersangkutan.

“Tetapi selama penggeledahan, petugas tidak menemukan barang bukti yang mencurigakan. Hanya yang saya tahu petugas membawa dua buah buku berupa kitab yang tebal dan yang tipis,” jelasnya.

Dia pun tak menyangka adanya warganya ditangkap Densus 88. “Saya selaku ketua RT melihat sosok R orangnya sering bergaul sama masyarakat dan juga ibadahnya rajin sering ke masjid juga,” tuturnya.

Sementara soal OP, Herman mengatakan bahwa banyak yang ikut pengajian dengannya. “Karena banyak yang sudah merasa ganjil tentang penerangan dalam pengajian tersebut, akhirnya banyak orang-orang yang mengundurkan diri,” jelasnya.

Kepala Desa Cijulang Yaya Mulyana membenarkan adanya penangkapan dua warganya. “Yang saya tahu keduanya diduga masuk ke jaringan terlarang, itu yang saya tahu,” ucapnya.

Dia pun sempat diminta menyaksikan penggeledahan di rumah kedua warganya itu. “Untuk sekarang aktivitas di lingkungan itu masih seperti biasa,” jelasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru