31.1 C
Jakarta

Tips-tips Menemukan Kreativitas Menulis yang Wajib Diketahui

Artikel Trending

KhazanahLiterasiTips-tips Menemukan Kreativitas Menulis yang Wajib Diketahui
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Menulis, bagi sebagian orang merupakan hal yang gampang-gampang susah. Sebagian lagi beranggapan merupakan bakat alami yang tak ada hubungannya dengan proses latihan dan pembelajaran secara terus menerus.

Padahal, menulis sendiri merupakan kemampuan yang setiap orang sebenarnya memiliki potensi yang sama untuk menguasainya. Ya, setiap orang bisa menulis. Bahkan bisa terus mengasah dan mengembangkan kemampuan menulisnya.

Memang, ada orang-orang tertentu yang dikaruniai kecerdasaran linguistik di atas rata-rata sehingga bisa dengan gampangnya merangkai kata demi kata menjadi sebuah satuan gagasan.

Tapi percayalah, tanpa adanya proses yang berkesinambungan, bakat hanya tinggallah bakat. Bakat tanpa adanya daya juang dan kedisiplinan tidak akan optimal.

Lagi pula, hemat saya, bakat menulis tidak terlalu berpengaruh signifikan dalam peningkatan kemampuan menulis. Sebab, kuncinya hanya latihan dan terus latihan.

Selain itu, setiap orang memiliki proses kreatif yang berbeda-beda dalam membuat suatu karangan. Ada yang membuat karangan berdasarkan pengalaman di masa lalunya. Ada juga yang membuat karangan berdasarkan banyaknya buku yang dibaca.

Proses kreatif seseorang memang tidak sama. Begitu juga dengan cara menyampaikan gagasannya dalam sebuah karangan. Setiap penulis memiliki ciri khas gaya bahasa yang beragam. Bagi yang belum menemukan gaya bahasa yang pas dalam menulis, bisa dengan cara meniru gaya bahasa penulis-penulis lainnya.

Dengan catatan, harus banyak membaca tulisan orang lain yang kita anggap sudah profesional alias karya-karyanya diakui publik. Sebab, karya yang sudah terpublikasikan, tidak pernah bisa lepas dari penilaian orang lain.

Hanya saja, salah satu penghambat dalam menulis sebuah karangan yaitu tidak adanya ide dalam otak kita. Apa yang menjadi penyebabnya? Tentu saja karena kita belum terbiasa menemukan dan menggalinya.

Padahal, ide bisa kita petik di mana saja dan kapan saja. Apalagi, zaman sekarang teknologi komunikasi dan informasi sesudah berkembang dengan pesat. Hanya dengan bermodalkan kuota internet atau jaringan Wifi, kita bisa tinggal browsing di Google atau menonton Youtube.

Ide bisa diperoleh dengan cara memperbanyak bahan bacaan. Bisa melalui buku teks, blog, website, e-paper, majalah, koran, dan sebagainya. Kita bisa juga menjaring ide dengan mengamati secara mendalam realitas sosial yang sedang terjadi di sekitar kita.

Dengan begitu, kita akan menemukan apa yang sedang menjadi perbincangan publik. Dengan begitu, kita bisa sedikit tahu isu-isu terkini yang sedang menyedot perhatian masyarakat.

Adanya fenomena dan permasalahan di tengah publik bisa menjadi sumber ide kita dalam menulis. Tinggal saja nantinya ditambahkan, pendapat, analisis, dan solusi yang bisa kita tawarkan lewat sebuah karangan.

Membaca dan menulis merupakan kedua aktivitas yang tak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan. Membaca sebagai salah satu cara untuk menampung kumpulan ide. Menulis merupakan salah satu cara untuk menuangkan ide kita yang orisinal tentunya.

Membaca di sini tidak terpaku hanya dengan membaca teks. Lebih dari itu, bisa juga dengan membaca fenomena alam dan fenomena sosial yang sedang terjadi. Kita bisa menulis banyak artikel ataupun buku tanpa membaca buku-buku lainnya.

Caranya yaitu dengan membaca dan menganalisis realitas yang sedang terjadi. Ungkapkan dengan bahasa sendiri yang jelas, komunikatif, dan tidak bertele-tele tentunya. Sebab, tulisan yang bagus pada dasarnya adalah tulisan yang mudah dimengerti oleh semua kalangan.

BACA JUGA  Hilang Motivasi Membaca? Ini Cara Mengatasi “Reading Slump”

Tulisan yang bisa berdampak dan mencerahkan masyarakat. Percuma tulisan kita memakai bahasa kelihatannya ‘keren’ tapi susah dimengerti. Jadi, dalam menulis, alangkah lebih baiknya tentukan dulu siapa sasarannya.

Siapa yang menjadi targetnya. Lalu, apakah menulis tanpa target pembaca juga diperbolehkan? Tentu saja boleh. Tinggal dipastikan, kita ingin menulis di media massa, jurnal ilmiah, atau yang lainnya.

Tidak cukup hanya dengan membaca buku-buku tentang menulis dan mengikuti seminar kepenulisan jika ingin menjadi penulis andal. Bukan berarti saya sendiri sudah andal. Ini sekadar sharing saja.

Tanpa bermaksud menggurui. Hanya ingin menyampaikan sejauh yang saya ketahui. Artinya, menulis adalah berkaitan dengan skill yang mana harus selalu dipraktekkan dan dikembangkan.

Ibarat kemampuan mengendarai mobil. Tak cukup hanya membaca panduan mengendarai mobil dengan baik. Tapi harus berani untuk nyetir ke jalan. Berani untuk mengendarai sendirian di jalanan. Lalu, gimana kalau tabrakan?

Tentu saja itu risiko yang harus diterima dalam proses pembelajaran. Dari situlah kita bisa belajar agar tidak terulang lagi. Dengan begitu, kemampuan mengendarai akan semakin matang.

Sama halnya dengan menulis. Harus lebih ditingkatkan lagi jam terbangnya. Tak cukup hanya melamun ingin menjadi penulis hebat tanpa melakukan apa-apa. Sebab, hal itu sama saja dengan angan-angan kosong.

Percayalah, tidak ada penulis hebat di dunia ini yang tiba-tiba saja bukunya menjadi best seller atau tulisannya tembus di media massa kenamaan. Saya yakin, mereka mengalami proses jatuh bangun.

Proses yang berdarah-darah sebelum menghasilkan tulisan berkualitas yang diakui oleh publik. Mungkin, bedanya dengan kita, mereka selalu istikamah dalam belajar dan berkarya. Tidak menyerah ketika tulisannya ditolak oleh penerbit ataupun redaktur media massa.

Sebab, mereka meyakini hal tersebut merupakan bagian dari proses yang harus dijalani. Mereka selalu optimistis dan berpikir positif ketika menemui beragam hambatan. Bahkan, ketika karya-karyanya tidak dihargai atau diremehkan, mereka tidak putus asa untuk terus menulis.

Spiritnya dalam berkarya sudah membara dalam dada mereka. Cacian dan pujian bagi mereka sama saja. Tidak gentar ketika dipandang sebelah mata, tidak merasa tinggi ketika dipuji.

Bagi mereka, yang terpenting adalah selalu menghasilkan tulisan-tulisan yang berfaedah bagi agama, nusa, dan bangsa.
Setiap penulis harus menjadi seorang pembaca yang rakus.

Senantiasa haus akan ilmu, pengetahuan, dan beragam informasi terkini. Jangan pernah merasa diri paling pintar dan cerdas. Sebab, jika merasa demikian, kita sejatinya bodoh.
Sebab, orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang selalu merasa kurang akan ilmu yang dimiliki, menjadi pembelajar seumur hidup. Manfaatkan setiap waktu untuk memperkaya wawasan.

Semakin kaya wawasan, semakin banyak bahan yang bisa digunakan untuk membuat tulisan bermutu. Nikmatilah setiap proses kreatif menulis. Jangan jadikan beban. Setiap penulis memiliki proses kreatifnya sendiri.

Tak jarang, ide-ide muncul di berbagai tempat yang sebelumnya mungkin tak pernah kita duga. Semisal ketika berlibur ke pantai atau ketika menikmati secangkir kopi bersama teman-teman.

Jadi, sudah saatnya kita menemukan dan menggali proses kreatif dalam mengarang sebuah tulisan. Dan yang terpenting lagi yaitu tekunlah dalam berkarya. Jangan pernah merasa puas terhadap karya-karya yang telah kita hasilkan.

 

Muhammad Aufal Fresky
Muhammad Aufal Fresky
Penulis buku. Mahasiswa prodi magister Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru