30.8 C
Jakarta

Tiga Anjuran Rasulullah Menyikapi Masa Lalu yang Buruk

Artikel Trending

Asas-asas IslamAkhlakTiga Anjuran Rasulullah Menyikapi Masa Lalu yang Buruk
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kata sebagian ulama ahli hikmah bahwa kehidupan di dunia ini ada 3, masa lalu, hari ini dan masa mendatang. Sejatinya hidup yang harus terus diperjuangkan adalah hari ini. Masa lalu tidak akan pernah kembali, masa mendatang belum tentu kita sampai kepadanya. Namun demikian, dalam menjalani kehidupan hari-hari ini, manusia terkadang masih terjebak dengan kehidupan masa lalunya yang buruk dan kelam. Keburukan-keburukan dan kejadian-kejadian di masa lalu membuat orang merasa jatuh, tidak pantas menjalani kehidupan di hari ini. Masa lalu, apalagi yang penuh kemaksiatan memang terkadang menjadi batu sandungan dalam menjalani kehidupan hari ini. Dan berikut 3 anjuran Rasulullah untuk menyikapi masa lalu yang buruk.

Pertama, jangan mengungkit-ungkit kejadian yang telah berlalu. Karena hal ini akan membuat orang semakin depresi. Bahasa mudahnya yang berlalu biarlah berlalu. Terkait ini, ada sebuah cerita dimana Rasulullah mendukung Nabi Adam dari gugatan Nabi Musa yang menyalahkan dirinya sehingga keluar dari surga.

حاجَّ مُوسَى آدَمَ، فقالَ له: أنْتَ الذي أخْرَجْتَ النَّاسَ مِنَ الجَنَّةِ بذَنْبِكَ وأَشْقَيْتَهُمْ، قالَ: قالَ آدَمُ: يا مُوسَى، أنْتَ الذي اصْطَفاكَ اللَّهُ برِسالَتِهِ وبِكَلامِهِ، أتَلُومُنِي علَى أمْرٍ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيَّ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَنِي – أوْ قَدَّرَهُ عَلَيَّ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَنِي – قالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى

Artinya: “Nabi Adam pernah mengalahkan argumen Nabi Musa. Nabi Musa berkata: Wahai Adam, engkaukah yang telah membuat manusia keluar dari surga akibat dosamu, sehingga engkau membuat manusia sengsara di dunia? Nabi Adam berkata: Wahai Musa, Allah telah memilih engkau untuk membawa risalah-Nya dan berbicara kepadamu, apakah engkau mencela aku atas sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku sebelum menciptakan aku? Rasulullah bersabda: Nabi Adam mengalahkan argumen Nabi Musa” (HR. Al-Bukhari).

BACA JUGA  Ingin Menjadi Pribadi Mulia, Lakukanlah 3 Hal ini

Dalam hadis ini Nabi Muhammad menyetujui pernyataan Nabi Adam. “Apakah engkau mencela aku atas sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku sebelum menciptakan aku?”. Ini menunjukkan bahwa yang lalu biarlah berlalu, karena tidak bisa diubah lagi. 

Kedua, jangan menceritakan kejadian masa lalu yang buruk. Hal ini lantaran Allah telah menutupi keburukan di masa lalu, lalu kenapa engkau malah menceritakannya. Menceritakan kejadian buruk atau kemaksiatan bisa jadi berimplikasi ia tidak memperoleh ampunan.

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

Artinya: “Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahir (orang yang berbuat maksiat terang-terangan). Seorang lelaki melakukan suatu maksiat di malam hari. Dan Allah tutup maksiat tersebut dari (orang-orang). Namun besoknya ia berkata: wahai Fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu. Di malam hari, Allah telah menutup aibnya, di pagi hari ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari)

Ketiga, bertaubat dari keburukan yang pernah dilakukan di masa lalu seraya terus memperbaiki diri. Karena dalam hadisnya, Rasulullah menjelaskan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Artinya: “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang banyak bertaubat”. (HR. Tirmidzi)

Demikianlah 3 anjuran Rasulullah dalam menyikapi masa lalu yang kelam karena banyak melakukan keburukan dan maksiat. Semoga dengan melakukan 3 anjuran ini, masa lalu yang telah terjadi tidak menjadi ancaman dan depresi untuk terus memperbaiki diri. Wallahu A’lam Bishowab.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru