32 C
Jakarta

Manusia yang Bertaubat dari Paham Radikal

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanManusia yang Bertaubat dari Paham Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Manusia terlahir dalam keadaan fitrah, suci bak tabularasa. Sedangkan, yang memberikan warna adalah lingkungan di mana manusia itu hidup. Manusia yang hidup di tengah-tengah lingkungan yang berbudi pekerti, maka mereka akan berkembang menjadi pribadi yang mulia. Sebaliknya, manusia yang hidup di tengah-tengah orang yang picik, akan terpengaruh menjadi pribadi yang picik pula.

Manusia memang tidak akan selamanya baik tanpa secercah kesalahan. Itu mustahil. Manusia—sebagaimana terekam dalam adagium populer—adalah tempat salah dan lupa. Manusia akan pasti pernah melakukan kesalahan karena ia makhluk pelupa. Sehingga, mereka diperintahkan untuk menyesali kesalahannya.

Menyesali kesalahan adalah cara manusia bertobat. Bertobat itu merupakan perintah Tuhan. Disebutkan dalam Al-Qur’an: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya. (QS. an-Nisa’: 17).

Kesalahan manusia sesungguhnya terbagi menjadi dua macam: Pertama, kesalahan yang bersifat horizontal. Kesalahan jenis ini tobatnya dilakukan dengan cara meminta maaf langsung kepada orang yang pernah dizalimi sebelum meminta ampun kepada Allah. Kedua, kesalahan yang bersifat vertikal. Kesalahan jenis kedua ini jelas lebih ringan dibandingkan kesalahan yang pertama. Karena, manusia cukup meminta ampun langsung kepada Allah.

Kali ini saya ingin membahas kesalahan yang bersifat horizontal, karena hampir kesalahan ini dilihat sebelah mata oleh yang bersangkutan. Kesalahan horizontal yang lagi dipandang sebagai kebenaran oleh orang picik adalah menanamkan paham radikal di tengah-tengah masyarakat, sehingga mengantarkan masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang maha zalim dan banyak merugikan orang lain, seperti terorisme, jihad sebatas pertempuran di medan perang, kebenaran agama sebatas Islam, bahkan menganggap sistem khilafah sebagai sesuatu yang given.

Saya punya sahabat yang pernah terpengaruh oleh paham radikal. Sebut saja, Febri Ramdani yang pernah menghabiskan waktunya di Raqqah Suriah, daerah di mana ISIS berkuasa. Febri pergi ke sana dalam rangka untuk berhijrah, karena hijrah merupakan salah satu cara yang pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad Saw. beserta sahabatnya saat melihat hiruk pikuk kota Mekkah kala itu. Mungkin, Febri merasa gelisah dengan sistem Republik yang terpatri di Indonesia, sehingga melihat sistem khilafah adalah suatu kebenaran mutlak di Suriah. Sayang, hijrah Febri hanya isapan jempol belaka. Di sana Febri tidak menemukan hijrah yang sejati sebagaimana hijrah Nabi Muhammad Saw. pada masa dahulu. Sehingga, Febri harus kembali ke negera Indonesia. Di Indonesia inilah Febri mendapatkan hakikat hijrah yang sebenarnya.

BACA JUGA  Kenapa Kita Harus Pilih Anies Sebagai Presiden di Indonesia?

Lebih tragis dari itu, seorang gadis asal Yazidi Turki bernama Ekhlas yang terpaksa menjadi budak seks ISIS. Gadis yang masih berusia empat belas tahun ini juga kehilangan ayah tercintanya karena dibunuh oleh para petempur ISIS. ISIS telah membunuh masa depan Ekhlas, sehingga dia harus menerima semua ini dengan lapang dada, meski segala masa lalu yang amat sangat menyakitkan tak dapat dilupakan.

Kedua pemuda dan pemudi tersebut sekarang sudah mulai menyesali propaganda bejat ISIS. Mereka bertaubat dan menyesali sehingga kembali menjadi pribadi yang menjunjung paham moderat.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru