31.1 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (C-II): Eks-Teroris Sufyan Tsauri Menceritakan Susahnya Move on dari Terorisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (C-II): Eks-Teroris Sufyan Tsauri Menceritakan Susahnya Move on...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Radikalisme termasuk paham yang membahayakan, baik kepada sang pelaku maupun kepada orang lain. Bahaya radikalisme terlihat dari kemafsadatan yang timbul karena doktrin dan aksi dari paham ini. Mulai doktrin kafir-mengkafirkan hingga aksi-aksi terorisme.

Warga Negara Indonesia banyak yang terpapar radikalisme, baik mulai rakyat biasa sampai pemerintah sendiri. Seorang pemerintah yang pernah terpapar radikalisme adalah Sufyan Tsauri. Tsauri mantan narapidana terorisme (napiter) yang dulunya merupakan anggota polisi. Tsauri bergabung dengan jaringan terorisme jaringan Al Qaida Asia Tenggara.

Tsauri menceritakan kisah pahitnya bergabung dengan kelompok teroris. Tsauri merasa susah mengubah mindset ketika terpapar paham itu. Makanya, Tsauri perlu waktu untuk keluar dari kelompok teroris. Dan, lebih baiknya jangan pernah ikutan-ikutan masuk ke kelompok ini.

Ada dua alasan mengapa susah keluar dari kelompok teroris. Pertama, Tsauri mendapat bullying, intimidasi, dan ancaman-ancaman pembunuhan dari kelompok-kelompok lamanya. Tsauri dibuat ketakutan untuk meninggalkan kelompok teroris dan kembali ke pangkuan NKRI.

Ancaman yang diutarakan kelompok teroris membuktikan bahwa itu merupakan aksi teror yang berpotensi menakut-nakuti. Ancaman semacam ini bagaimana pun alasannya tidak diperbolehkan dalam Islam. Karena, perbuatan picik ini bertentangan dengan misi Islam: menebar perdamaian di tengah semesta.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIII): Badri Wijaya Terpapar Terorisme karena Ketidaktelitian Menerima Informasi

Kedua, Tsauri mengaku sempat kesulitan untuk kembali ke masyarakat karena stigma paham radikal. Padahal saat itu, Tsauri sudah bertaubat dan kembali kepada NKRI. Masyarakat berpandangan bahwa Tsauri masih belum sembuh dari paham radikal. Sehingga, kehadirannya tidak langsung diterima dengan lapang dada. Masih dibumbui dengan kecurigaan.

Masyarakat butuh waktu untuk menerima kehadiran Tsauri sebagai warga negara yang bersih dari paham radikal dan sudah kembali ke pangkuan NKRI. Tsauri butuh waktu juga untuk membuktikan kepada mereka bahwa dia sudah bertobat. Waktu yang dibutuhkan ini memang tidak sebentar.

Bahkan, Tsauri sering dikecam oleh kelompok radikal dengan tuduhan antek-antek BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan antek-antek taghut NKRI, tapi itu semua tidak pernah menyurutkan dia untuk kembali ke NKRI. Karena Tsauri berkeyakinan hijrah dari paham radikal itu jauh lebih baik.

Setelah hijrah, Sufyan Tsauri aktif menjadi koordinator lapangan (korlap) Persatuan Alumni Napiter NKRI Seluruh Indonesia (PANNSI). Tsauri sering melakukan kontra-radikalisme di pelbagai forum untuk menyelamatkan bangsa dari paham-paham radikal.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita Sufyan Tsauri yang dimuat di media online Detik.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru