31.1 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-L-VII): Mantan Teroris Munir Kartono Terlibat dalam Pembiayaan Terorisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-L-VII): Mantan Teroris Munir Kartono Terlibat dalam Pembiayaan...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Radikalisme merupakan paham yang cukup berbahaya terhadap bangsa ini. Satu diantara bentuk paham radikal adalah aksi-aksi terorisme. Aksi terorisme ini telah merambah di beberapa wilayah yang ada di Indonesia baik di ibukota Jakarta maupun di beberapa kota yang lain.

Banyak bangsa di negeri ini yang terpapar radikalisme. Salah seorang diantaranya adalah Munir Kartono. Ia terlibat kasus bom Mapolres Surakarta tahun 2016 sebagai penyandang dana. Pertanyaannya, bagaimana awal ceritanya Munir terlibat dalam pengaruh terorisme?

Keterlibatan Munir dalam terorisme berawal dari permasalahan keluarga yang berlarut-larut. Masalah itu memancing ia untuk mencari identitas di luar rumah, bahkan di jalanan, sampai akhirnya ia teradikalisasi. Kemudian di luar sana dia bertemu dengan jaringan terorisme.

Saat kali pertama mencari identitas di luar rumah, Munir bertemu dengan anak-anak funk. Tapi anak-anak funk ini tidak seperti anak funk kebanyakan yang hobinya main musik dengan dandanan dekil. Anak funk yang ditemui adalah mereka yang membuka lapak-lapal perpustakaan jalanan gratis. Dimana bacaan-bacaan itu menarik bentuk-bentuk perlawanan terhadap idealisme feodal, bentuk-bentuk nilai nilai kolot, termasuk tidak sesuai dengan negara Indonesia.

Lewat pergaulannya dengan anak funk itu, Munir mulai tertarik dengan masalah agama. Dia mencari kelompok yang mempunyai narasi agama tapi punya nilai perlawanan terhadap negara. Dia kemudian bergabung dengan HTI. Itu titik pertemuannya. Di HTI pulalah, Munir mengaku bertemu Bahrun Naim yang kebetulan seusia, seprofesi, dan memiliki hobi sama yaitu mengelola Warnet.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIV): Eks Napiter Atok Kini Blusukan ke Lapas Jadi Juru Dakwah Deradikalisasi

Bersama Naim, Munir datang ke Solo, main biliar bareng sampai akhirnya cari duit untuk kelompok-kelompok teroris. Dia melakukan pendanaan teror dengan cara membobol Paypal. Dari situ dana dialirkan ke crypto currency berupa Bitcoin. Saat itu tahun 2012, kebetulan grafik Bitcoin sedang meningkat tajam.

Dari dana yang dibelikan Bitcoin, saat dijual selisih nilainya sangat tinggi. Dana itulah yang dialirkan ke Naim, yang kemudian di-spread kemana-mana seperti pemberangkatan orang-orang ke Suriah, melakukan aksi bom di Indonesia, termasuk pembiayaan kepada keluarga yang melakukan teror bom seperti Bom Mapolres Kartasura.

Kini Munir mengaku sudah ‘sembuh’ total setelah menjalani hukuman selama empat tahun di Lapas Purwakarta dan Lapas Khusus Sentul. Dia menceritakan prosesnya saat dia berikrar setia kembali ke NKRI di Lapas Purwakarta. Setelah itu, dia mengajukan diri untuk dibina lebih lanjut di Pusat Deradikalisasi (Pusderad) BNPT di Sentul.

Sebagai penutup, perjalanan Munir dalam beragama dapat dijadikan pandangan bagi para teroris yang lain. Maksudnya, masih sangat terbuka lebar bagi para teroris untuk kembali ke jalan yang benar seperti yang dilakukan Munir itu. Yang terpenting mereka meminta maaf atas kesalahannya dan memohon ampunan Allah.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan teroris Munir Kartono yang dimuat di media online damailahindonesiaku.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru