26.1 C
Jakarta

Selasa Awal Ramadhan, Malam 25 atau 27 Ramadhan Lailatul Qadar, Benarkah?

Artikel Trending

Asas-asas IslamIbadahSelasa Awal Ramadhan, Malam 25 atau 27 Ramadhan Lailatul Qadar, Benarkah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Kita saat ini masih berada di bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang penuh ampunan dan berkah bagi mereka yang bisa memanfaatkan bulan ini untuk beribadah pada Allah SWT. Bahkan pada salah satu malam di bulan Ramadhan jika kita beribadah maka ganjaran yang didapatkan lebih baik daripada seribu bulan, malam tersebut adalah malam Lailatul Qadar. Keberadaan lailatul Qadar sangat istimewa tidak ada satu orangpun yang tahu kapan pastinya malam Lailatul Qadar datang, namun dalam beberapa hadis dijelaskan bahwa malam Lailatul Qadar akan datang di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Menurut mayoritas ulama, lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, meskipun tidak diketahui secara persis kapan waktunya. Namun bila diperhatikan dari kebiasaan Rasulullah, beliau sangat bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh terakhir Ramadhan. Dalam sebuah hadist dari ‘Aisyah mengatakan, “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari). Sementara itu dalam riwayat lain, Rasulullah memerinci lailatul qadar biasanya terjadi malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan. Rasulullah berkata: “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil sepuluh terakhir Ramadhan,” (HR Al-Bukhari)

Kemuliaan dan kelebihan malam Lailatul qadar sangat, diantaranya,,pertama, lailah al-qadr lebih utama dari seribu bulan (alfu syahrin). Surat al-Qadr menggambarkan lailah al-qadr dengan turunnya para malaikat di malam itu untuk mengurus berbagai urusan, dan kedamaian atau kesejahteraan memenuhi malam itu hingga fajar menyingsing. Menurut perhitungan Syekh Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan yang merupakan umur standar manusia (dzalika ‘âdah ‘umril insân). Beliau menyebutkan: “Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadr (alfu syahrin) lebih baik dari umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadr lebih baik dari (usia) zaman.” (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadhân, h. 21)

Keberadaan Lailatul qadar merupakan rahasia, namun para ulama sufi terdahulu berdasarkan pengalaman dijelaskan tentang keberadaan malam lailatul qadar menurut kapan awal Ramadhan. Para ulama terdahulu berdasarkan pengalaman dan pengetahuan telah menulis beberapa prediksi kapan Lailatul Qadar berkaitan dengan kapan awal mulanya dimulai puasa Ramadhan.

Kitab-kitab tersebut antara lain kitab I’anatuththaalibiin juz II halaman 257 , kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337 dan kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibni Qaasim al Ghaazi juz I halaman 304. Semuanya berpatokan pada hari awal hari Ramadan. Adapun prediksi-prediksi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

BACA JUGA  Melihat Keutamaan Puasa Ramadhan Berdasarkan Hadis Nabi Muhammad

Pertama dalam kitab I’anatuththaalibiin juz II halaman 257 diprediksi bahwa datangnya malam lailatul qadar,

1. Jika awal Ramadan hari Ahad atau Rabu maka lailatulqadar malam 29

2. Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatulqadar malam 21

3. Jika awal Ramadan hari Selasa atau Jumat maka lailatulqadar malam 27

4. Jika awal Ramadan hari Kamis maka lailatulqadar malam 25

5. Jika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatulqadar malam 23

Prediksi kedua berdasarkan kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337,

1. Jika awal Ramadan hari Ahad maka lailatulqadar malam 29

2. Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatulqadar malam 21

3. Jika awal Ramadan hari Selasa maka lailatulqadar malam 27

4. Jika awal Ramadan hari Rabu maka lailatulqadar malam 19

5. Jika awal Ramadan hari Kamis maka lailatulqadar malam 25

6. Jika awal Ramadan hari Jumat maka lailatulqadar malam 17

7. Jika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatulqadar malam 23

Terakhir dalam kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibni Qaasim al Ghaazi juz I halaman 304,

1. Jika awal Ramadan hari Jumat maka lailatulqadar malam 29

2. Jika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatulqadar malam 21

3. Jika awal Ramadan hari Ahad maka lailatulqadar malam 27

4. Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatulqadar malam 29

5. Jika awal Ramadan hari Selasa maka lailatulqadar malam 25

6. Jika awal Ramadan hari Rabu maka lailatulqadar malam 27

7. Jika awal Ramadan hari Kamis maka malam ganjil setelah malam 20

Diantara ciri-ciri tersebut umumnya berupa gejala alam yang terjadi pada malam bersangkutan atau bahkan keesokan harinya. Namun kita tifak boleh terfokus dengan mengintip ciri-cirinya baru diketahui malam itu atau keesokan harinya, setidaknya kita selama Ramadhan tetap mengoptimalkan diri dengan meningkatkan kuntitas dan kualitas ibadah tidak mesti malam ganjil atau sepuluh akhir.

Berangkat dari penjelasan di atas, hendaknya di era Pandemi Covid-19 ini, mari kita jadikankah setiap malam Ramadhan itu seakan-akan bahwa setiap malam itu umpama malam yang diselimuti Lailatul Qadar itu sebagai malam kemuliaan dengan menembus alam tertinggi dengan beribadah secara tulus, khusyuk, dan total dengan segala ketundukan kepada-Nya sehingga menjadi insan yang selalu dekat dengan-Nya. Kita harus menancapkan dalam hati sikap demikian sehingga tidak sia-sia Ramadhan yang kita lalui. Amin..

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru