Harakatuna.com. Libanon – Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah memperingatkan baha propaganda perang saudara. Pihaknya meyakini ada gerakan radikalis takfiri serta yaang mempermainkan Libanon. Mereka mengharapkan perang ini terjadi di negara ini.
“Ketika tak berdaya di depan kubu resistensi di Libanon. Mereka bisa jadi akan mengandalkan tindakan untuk pecahnya perang saudara. Ada pihak-pihak asing dan beberapa pihak internasional mendorong ke arah itu dan mencari-cari bahan bakar untuknya,” ungkap Nasrallah dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pada peringatan “Hari Pejuang Yang Terluka”, Kamis (18/3), yang bertepatan dengan peringatan Milad Abu Fadhl Al-Abbas, adik Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucunda Nabi saw, yang gugur dalam tragedi Karbala.
Dalam konteks peringatan itu dia mengatakan bahwa selama dia menjabat sebagai Sekjen Hizbullah sejak tahun 1982 jumlah korban luka perjuangan kubu resistensi Libanon melawan pasukan Zionis Israel jauh lebih banyak daripada korban yang gugur syahid.
“Mereka (para korban luka) tabah, teguh, setia, dan sama sekali tak menyimpang dari jalan ini barang sesaat. Di berbagai gelanggang militer, kebudayaan, sindikasi, dan lain-lain, dan mereka eksis di semua lapangan kerja. Selain itu juga melanjutkan pergerakan mereka di jalan ini dengan berbagai fasilitas,” terangnya.
Usaha Hizbullah dalam Meredam Konflik
Sayid Nasrallah menuding AS berusaha menjadikan Libanon bagian dari poros AS-Israel. Visi ia inginkan seperti yang terjadi pada sejumlah negara Arab.
Dia mengatakan, “Saya memiliki informasi bahwa ada pihak-pihak asing dan beberapa pihak lokal mendorong ke arah perang saudara. Tapi mereka mencari bahan bakar, minyak, tapi sejauh ini kewaspadaan orang-orang Libanon mencegahnya.”
Ia mengatakan, “Kita berhadapan dengan kelompok teroris yang dibentuk dan dipersenjatai oleh intelijen AS. Beberapa dokumen baru memperlihatkan peranan intelijen AS dalam rekrutmen para pemimpin ISIS. Mereka lakukan di penjara-penjara Irak dan pelepasan mereka.”
Mengacu pada bocoran rekaman suara yang tersebar belakangan ini dan menunjukkan peran intelijen AS. Mereka berkerja di balik eksistensi jaringan teroris Al-Qaeda di Yaman. Nasrallah juga membongkar “hakikat kelompok-kelompok teroris takfiri bersenjata dan pihak yang mengayominya.”
Hizbullah dan Potensi Perang Saudara di Libanon
Sayid Nasrallah menjelaskan, “Hari demi hari semakin jelas hakikat kelompok-kelompok takfiri dan hakikat siapa yang mengelola dan mendukungnya. Saya berharap kita dapat memetik pelajaran dari apa yang dibocorkan kemarin oleh saudara-saudara kita di Yaman. Bahwa kepala intelijen AS secara pribadi mementingkan salah seorang pemimpin Al-Qaeda di Yaman.
Dia pernah menghubungi mantan presiden Yaman dan meminta pembukaan jalan bagi dia (pemimpin Al-Qaeda) dan penyerahan dia kepada kelompoknya, dan inilah yang terjadi. Setelah beberapa lama dia melancarkan beberapa operasi lalu perkara mereka selesai dengannya merekapun lantas membunuhnya.”
Dia menambahkan, “Dokumen-dokumen baru menunjukkan adanya rekrutmen para tahanan di Irak dan pendirian ISIS, peranan intelijen AS dalam pembentukannya, dan peranan mereka dalam pelepasan para tahanan SDF (Pasukan Demokrasi Suriah) serta pendatangan sebagian mereka ke Pangkalan Al-Tanf.”
Dia menyebutkan bahwa “banyak contohnya” dari Yaman, Suriah, dan Irak mengenai sepak terjang intelijen AS dalam mempekerjakan ISIS dan berbagai kelompok takfiri lain “untuk menghancurkan berbagai negara dan tentaranya supaya Israel menjadi tempat berlindung dan permata mahkota di kawasan ini.