32.5 C
Jakarta

Rekonstruksi Peran Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045

Artikel Trending

KhazanahPerempuanRekonstruksi Peran Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Perempuan dalam pandangan kelompok fundamental dianggap sebagai simbol kemurnian agama. Keberadaan perempuan menjadi target utama untuk dikondisikan atau dibersihkan eksistensinya. Hal ini dilakukan agar perempuan tidak lagi memiliki pengetahuan dan pemikiran kritis yang dapat menghalangi misi mereka.

Mengembalikan perempuan pada fungsi domestik dengan dalih pemurnian agama, berarti perempuan tidak boleh beraktivitas di luar rumah dan dibatasi hak-haknya sebagai manusia dan sebagai warga negara.

Langkah ini digunakan oleh kelompok fundamentalis radikal, sehingga dapat dengan mudah memanfaatkan perempuan sebagai support system atau bahkan sebagai aktor utama atas segala misi yang ia inginkan. Termasuk dalam melakukan berbagai aksi teror dan bunuh diri dengan iming-iming surga yang sebetulnya hanya sebuah strategi indoktrinasi belaka.

Target kelompok fundamentalis radikal yang menyasar kaum perempuan memiliki tujuan khusus. Doktrin yang menempatkan perempuan di sektor domestik saja adalah alternatif untuk memudahkan kelompok mereka dalam melakukan tindakan kekerasan seksual berbasis gender, seperti pernikahan paksa, pemerkosaan, hingga perbudakan seksual.

Hal tersebut dirancang secara sistematis sebagai upaya mengintimidasi para perempuan agar tidak terlibat dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Karena keterlibatan perempuan dalam elemen di atas dapat menciptakan potensi untuk memberontak dan menolak indoktrinasi dan berbagai aksi yang telah mereka rencanakan.

Hari-hari ini, perempuan dapat memberikan makna bahwa spirit perjuangan dan keterlibatan kaum mereka dalam pembangunan bangsa melalui upaya pengerdilan ruang paham radikal menciptakan agen-agen perempuan, menjadi opsi yang perlu diorganisir secara sistematis dan masif.

Sirnanya kelompok radikal yang membatasi kontribusi dan ruang gerak perempuan akan menambah optimisme dan peluang besar bagi negara dalam mewujudkan impian masyarakat untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Peran perempuan di ranah internasional diawali dengan aksi demonstrasi besar para buruh di New York, AS pada tahun 1909 yang diinisiasi Partai Sosialis pasca demonstrasi kaum perempuan pada 8 Maret 1908 menjadi momentum perjuangan yang tidak akan pernah dilupakan.

Momentum itu menjadi embrio bagi perkumpulan organisasi sosialis internasional untuk menetapkan Hari Perempuan pada tahun 1910 yang kemudian disepakati oleh 100 orang dari 17 negara.

BACA JUGA  Perempuan dan Anak di Medan Teror: Urgensi Kontra-Terorisme

Hari Perempuan ini selalu menjadi spirit bagi munculnya gerakan-gerakan revolusioner bagi berubahnya suatu peradaban menjadi lebih berkeadilan dan berkemanusiaan.

Radikalis Perempuan

Kita sama-sama berharap kesetaraan gender dan keadilan perempuan betul-betul terwujud. Spirit mempercepat kemajuan dengan cara menghilangkan kelompok radikal yang selalu menghalangi dan menghambat kemajuan dengan membuat keonaran di negeri ini benar-benar sirna.

Walaupun begitu, tidak bisa kita pungkiri bahwa jumlah perempuan yang terjerat radikalisme dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data BNPT pada tahun 2018, tercatat ada 13 perempuan yang terlibat dalam aksi teror. Sedangkan pada tahun 2019 naik menjadi 15 orang dan di tahun 2022 berjumlah 18 orang perempuan.

Sebagai contoh, tragedi teror di Surabaya pada 13 Mei 2018 dengan aksi bom bunuh diri di gereja yang melibatkan satu keluarga yaitu Dita Oepriarto, Puji Kuswati, dan keempat anaknya dengan memberi sabuk bom kepada dua anak perempuan bersama sang ibu. Tragedi itu menjadi fenomena tragis yang menimpa perempuan.

Belum lagi, aksi terorisme di Mabes Polri Jakarta pada 31 maret 2021 lalu, berupa penembakan terhadap anggota polisi yang sedang bertugas yang dilakukan oleh ZA.

Kelompok radikal menjadikan perempuan sebagai strategi aksi karena beberapa faktor. Pertama, perempuan dapat menjadi pengikut yang memiliki loyalitas tinggi dan penurut. Kedua, sifat kelembutan dan keibuan yang dimiliki perempuan dimanfaatkan sebagai alat mengelabuhi aparat penegak hukum. Ketiga, peran domestik perempuan dimanfaatkan untuk menopang segala aktivitas dengan menyediakan kebutuhan logistik bagi para pelaku.

Berdasarkan data dan fenomena yang terjadi, mari jadikan Hari Perempuan 2024 sebagai bahan evaluasi dan upaya penyegaran semangat dengan spirit baru dalam menangkal paham radikal demi terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Marilah bersama-sama kita tingkatkan rasa empati, kepercayaan dan solidaritas dengan melibatkan dan mendorong perempuan dalam upaya pembangunan bangsa terlebih pada pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik.

Jangan sampai perempuan selalui terdiskriminasi dan menjadi korban atas ketidakadilan gender yang dikonstruksi para radikalis biadab. Mari jaga solidaritas dan saling merangkul dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan bangsa Indonesia dari ancaman kelompok radikal yang dapat menghambat kemajuan Indonesia.

Rohmat Burhanuddin
Rohmat Burhanuddin
Mahasiswa Interdisiplinary Islamic Studies Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru