33.5 C
Jakarta

Posisi Muslimah dalam Dominasi Kekuatan Ideologi Khilafah

Artikel Trending

KhazanahTelaahPosisi Muslimah dalam Dominasi Kekuatan Ideologi Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Aktivis khilafah dalam narasinya mengkritisi fenomena korupsi yang dilakukan oleh perempuan. Salah satu kasus terkini berkenaan dengan keterlibatan perempuan dalam kasus korupsi adalah perilaku hidup mewah yang ditampilkan oleh istri Rafael Alun Trisambodo, Ernie Meike Torondek. Akun Instagram ibu dari Mario ini, menjadi salah satu perbincangan publik dengan gaya hidup hedon dan mewah disertai dengan barang-barang branded yang ditampilkan.

Perilaku hidup mewah yang ditampilkan oleh istri perjabat, atau perempuan yang terlibat dalam ranah politik memang dianggap tidak wajar. Bagi penulis, penampilan semacam itu adalah sebuah potret ruang kegagalan seorang perempuan memposisikan dirinya dalam ranah publik.

Gaya hidup mewah dengan segala jenis kenyamanan, menjadi privilese yang tidak perlu ditampilkan ke publik. Argumen tersebut sebenarnya bukan hanya untuk kaum perempuan. Sebab bagaimanapun, laki-laki ataupun perempuan yang sedang menjadi pejabat publik, haruslah menghindari untuk menampilkan hidup mewah.

Akan tetapi, karena ruang perempuan dalam ranah pemerintah terus diupayakan, mencapai 30 persen kuota yang diberikan oleh pemerintah, maka sorotan publik kepada pejabat perempuan terus dilirik. Sehingga ketika semakin banyak perempuan yang terlibat dalam kasus korupsi, akan semakin menjadi perdebatan publik terkait hadirnya perempuan dalam ranah politik.

Berdasarkan laporan KPK dan ICW tentang jumlah perempuan pelaku korupsi sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2017, ada total 78 perempuan yang menjadi pelaku korupsi. Mulai dari yang ditersangkakan hingga menjadi narapidana. Data ini belum melihat bagaimana 5 tahun sampai hari ini.

Kalau kita melihat data yang begitu banyak tersebut, tentu bisa diprediksi bahwa semakin bertambah jumlah pelaku korupsi perempuan seiring dengan bertambahnya kehadiran perempuan dalam ranah politik.

Di samping itu, tindak kejahatan korupsi, dikenal dengan sifat maskulin. Perempuan identik dengan sikap malu yang sangat tinggi, lemah lembut, serta sikap sejenisnya. Apabila perilaku korupsi dilakukan oleh perempuan, maka mematahkan frame perempuan yang selama ini dikenal dengan karakter baik dibandingkan dengan laki-laki.

Berkenaan dengan fenomena ini, MuslimahNews justru menelisik pelaku korupsi yang dilakukan oleh perempuan sebagai landasan meneguhkan ideologi khilafah. Artinya, berdasarkan tulisan yang mereka terbitkan, muslimah dalam pandangan khilafah ketika menyikapi tindak kejahatan korupsi yang dilakukan oleh perempuan, maka perlu ideologi khilafah. Hal itu termaktub dalam penggalan kalimat berikut:

Bangun kesadaran politik; terlibat dakwah berjemaah dan berperan kolektif dalam mengoreksi penguasa; serta membongkar keserakahan elite oligarki, korupnya lembaga negara, kezaliman kebijakan kapitalistik, dan kesesatan sekularisme atau ideologi lain. Termasuk mempromosikan kembalinya kehidupan Islam melalui tegaknya institusi kekhalifahan Islam yang akan menerapkan hukum Islam dan memelihara maqashidusy-syari’ah.

Berdasarkan kalimat di atas, maka dipahami bahwa posisi muslimah dalam dominasi kekuatan ideologi khilafah, sangat terlihat sekali. Muslimah seolah-olah tidak memiliki ruang kritis yang jelas ketika menyuarakan masalah perempuan. Sebab selalu berakhir pada penegakan khilafah yang selalu itu-itu saja. Ruang kritis yang dimiliki oleh perempuan direbut oleh kekuatan ideologi khilafah.

BACA JUGA  Gerakan Motherschool: Upaya Perempuan Menangkal Radikalisme dalam Keluarga

Hal ini kemudian menghilangkan jati diri perempuan yang seharusnya, merebut suara bahwa perilaku korupsi tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Artinya, baik laki-laki ataupun perempuan memiliki potensi sebagai pelaku korupsi. Sehingga yang perlu ditanamkan oleh kesadaran akan tanggung jawab sebagai pejabat publik untuk menggunakan uang rakyat sebagaimana mestinya.

Potret Muslimah dalam Imajinasi Aktivis Khilafah

MuslimahNews menjadi salah satu platform yang aktif menyuarakan tegaknya negara Islam dengan berbagai narasi yang cukup trending. Salah satu kelebihan yang mereka miliki adalah narasi propaganda yang disuarakan dengan menyikapi topik hangat dan terkini.

Hal ini jelas, memicu rasa tertarik publik untuk setuju dengan narasi yang mereka sebarkan. Apalagi tentang perempuan. Karena dari namanya saja berkonotasi kepada sosok perempuan, Muslimahnews kerapkali menyuarakan isu perempuan yang sesuai dengan versi mereka.

Potret perempuan dalam narasi mereka juga memiliki ciri khas. Perempuan hanya memiliki ruang dan ruang kekuasaan daerah di wilayah domestik untuk meminimalisir pola pikir yang dapat mengontaminasi pemikiran dari luar, salah satunya dari tempat kerja. Bekerja menjadi momok dan dianggap kejam untuk menjaga kesucian gaya hidup yang dilandasi ideologi tersebut. Perempuan juga diberikan tawaran hidup yang istimewa melalui ideologi untuk bisa terbang kembali.

Perempuan seolah diistimewakan lewat rayuan asuransi jiwa dan gelar cantik untuk bisa mereproduksi ideologi khilafah kepada anak-anak didiknya. Demikian pula anak-anak yang dilahirkan kembali menjadi pejuang ideologi Khilafah dan mereproduksi ilmu-ilmu terdahulu kepada generasi berikutnya.

Maka seyogianya menjadi muslimah, seharusnya perlu kritis untuk menyikapi narasi dari aktivis khilafah. Berjuang sebagai perempuan untuk menebar kebaikan, bukan selalu berujung untuk menegakkan khilafah. Wallahu a’lam.

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru