26.7 C
Jakarta

Panglima Militer Israel Bersumpah Lumpuhkan Program Nuklir Iran

Artikel Trending

AkhbarInternasionalPanglima Militer Israel Bersumpah Lumpuhkan Program Nuklir Iran
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tel Aviv – Panglima militer Israel , Letnan Jenderal Aviv Kohavi, bersumpah untuk melanjutkan operasi militer guna melumpuhkan kemampuan militer Iran. Target operasi termasuk program nuklir Teheran.

“Operasi untuk menghancurkan kemampuan Iran akan terus berlanjut, di arena mana pun dan kapan pun, dan rencana operasional terhadap program nuklir Iran akan terus dikembangkan dan ditingkatkan,” kata Kohavi dalam upacara untuk Kepala Intelijen Militer Israel baru Aharon Haliva.

Mayor Jenderal Tamir Hayman, kepala intelijen yang pensiun, mengatakan bahwa Republik Islam Iran saat ini stabil tetapi diperkirakan pada akhirnya akan runtuh.

“Meskipun itu adalah rezim totaliter yang tidak adil, yang menindas warganya dan akan berakhir jatuh, itu stabil untuk saat ini,” katanya.

“Sejarah telah mengajari kita apa yang akan terjadi dengan rezim gelap seperti itu,” ujar Hayman, seperti dikutip dari Times of Israel, Kamis (7/10/2021).

Pembicaraan antara Iran dan kekuatan dunia mengenai pembatasan program nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi telah terhenti sejak Juni. Tetapi juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan pada hari Senin lalu bahwa Iran memperkirakan pembicaraan itu akan dilanjutkan pada awal November nanti.

Awal bulan ini, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa Iran telah melipatgandakan persediaan uranium yang diperkaya 60 persen sejak Mei.

IAEA juga mengatakan bahwa kegiatan verifikasi dan pemantauan telah “sangat dirusak” sejak Februari, setelah Iran menolak untuk mengizinkan para pengawas mengakses peralatan pemantauan IAEA.

BACA JUGA  Indonesia Sayangkan Penangguhan Dana UNRWA oleh Negara Donor

Negara-negara besar kehilangan kesabaran, beberapa bulan setelah penghentian negosiasi yang dimulai pada bulan April di Wina, di bawah naungan Uni Eropa, untuk mencoba menghidupkan kembali perjanjian internasional tahun 2015.

Amerika Serikat hampir meninggalkan upayanya sebagaimana diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada bulan September lalu.

Republik Islam Iran telah secara bertahap membebaskan diri dari kewajibannya dalam perjanjian nuklir sejak 2019, sebagai tanggapan atas penerapan kembali sanksi oleh AS saat Presiden Donald Trump berkuasa.

Militer Israel telah berulang kali memperingatkan bahwa Iran sedang mencari senjata nuklir. Mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu secara terbuka menentang kesepakatan 2015, yang dikatakan akan membuka jalan bagi persenjataan nuklir Iran, dan secara terbuka mendesak Presiden AS Joe Biden untuk menghindari upaya untuk memasuki kembali kesepakatan itu.

Bertemu dengan Biden di Gedung Putih bulan lalu, Perdana Menteri Israel saat ini Naftali Bennett memperingatkan “mimpi buruk” dari rezimIranjika memperoleh senjata nuklir, dan Biden secara terbuka bersumpah bahwa AS “tidak akan pernah” membiarkan Iran memperoleh bom nuklir.

Iran telah berulang kali menuduh Militer Israel menyabotase situs nuklirnya dan membunuh sejumlah ilmuwannya.

Pada hari Sabtu, Iran mendesak badan atom PBB untuk dengan jelas mengutuk serangan “sabotase” terhadap fasilitas nuklir di barat Teheran. Serangan itu, menurut Iran, dilakukan Militer Israel.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru