27.2 C
Jakarta

Nilai-nilai Penting Produksi Film di Indonesia, Apa Saja?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanNilai-nilai Penting Produksi Film di Indonesia, Apa Saja?
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Munculnya film Guru Tugas besutan akun channel YouTube Akeloy Production membuat banyak publik menyayangkannya. Mereka menilai film tersebut cenderung mencemarkan nama baik guru tugas, tak terkecuali pesantren sebagai lembaga yang mengirimkan guru yang bersangkutan.

Cerita film Guru Tugas itu mengangkat kelakuan “sebagian” (tanda petik menekankan sebagian oknum, bukan semuanya) guru tugas yang keluar dari tujuan profesi sebagai guru, yaitu mengajar. Guru tugas yang dimaksud melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap sebagian muridnya yang belajar kepadanya.

Pelecehan seksual yang dilakukan sebagian guru tugas jelas membuat banyak pihak geram, termasuk penulis cerita film Guru Tugas yang diproduksi oleh Akeloy Production. Kekesalan mereka ditumpahkan lewat karya seni film daripada kekerasan fisik. Mungkin niat baiknya, kehadiran film itu dapat menyadarkan kembali guru tugas bahwa tujuan mereka hanya mengajar dan tidak boleh melakukan pelecehan seksual.

Namun, kesan film Guru Tugas yang sampai di benak publik ternyata berkata lain: banyak publik yang tersudutkan, termasuk guru tugas yang tidak bermasalah. Lalu, bagaimana penyelesaiannya? Apakah film itu tetap dibiarkan saja menjadi tontonan yang terus dikonsumsi oleh publik? Atau justru sebaliknya, film itu terpaksa dihapus demi menjaga nama baik guru tugas dan pesantren?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penting diingat bahwa peristiwa yang sama terkait perfilman di Indonesia yang mengecewakan banyak publik bisa dikatakan banyak. Semisal, film The Santri yang diperankan oleh Wirda Mansur dan Gus Azmi sempat bikin publik geram. Pasalnya, adegan filmnya tidak sesuai dengan akhlak santri yang sangat menjaga pandangan dari perempuan. Film itu menampilkan adegan Gus Azmi sebagai santri putra bertemu dengan Wirda sebagai santri putri. Sungguh mengubah akhlak santri yang sampai sekarang masih dijaga.

BACA JUGA  Kerancuan Ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang Radikal

Ada juga film yang belakangan ini rilis, yaitu Kiblat yang diperankan oleh selebgram Ria Ricis. Film horor ini juga bikin publik angkat bicara bahwa isi film itu memberikan kesan horor terhadap umat Islam untuk melakukan shalat. Mereka akan dihantui rasa takut sehingga mereka enggan melakukan shalat. Mungkin film itu niatnya dari awal sebagai hiburan. Tapi, kesan yang sampai di benak publik justru sebaliknya: melalaikan seseorang melakukan ibadah.

Kembali ke film Guru Tugas yang diproduksi oleh Akeloy Production butuh ditelaah kembali. Maksudnya, pihak Akeloy hendaknya mengkonsultasikan film tersebut kepada industri perfilman di Indonesia terkait nasib film itu ke depannya; apakah film Guru Tugas dibiarkan saja atau sebaiknya dihapus? Saya tidak berhak memberikan jawaban di tulisan ini, karena tidak memiliki hak untuk memberikan keputusan di samping itu film bukan keahlian saya.

Namun, yang perlu saya sampaikan di sini terkait film ataupun apa saja adalah bahwa setiap sesuatu itu hendaknya diperhatikan nilainya; baik atau buruknya. Kira-kira apakah dengan produksi film ini akan memberikan kontribusi positif atau justru sebaliknya. Jika memberikan kontribusi positif, kehadiran film itu sungguh sangat diharapkan, semisal film Laskar Pelangi yang memberikan motivasi bagi orang yang tidak mampu untuk tetap sekolah; film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang menekankan bahwa cinta itu tidak memandang status sosial. Dan seterusnya.

Sebagai penutup, nilai yang penting diperhatikan dalam produksi film merupakan bagian dari berfilsafat, yaitu aksiologi (nilai). Sesuatu tidak akan berarti jika mengabaikan aksiologi. Jika tetap dipaksakan tanpanya maka film itu akan sia-sia. Semoga kehadiran film di Indonesia selalu memperhatikan aksiologi sebagai basis penting di dalamnya.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru