Harakatuna.com. Ramallah – Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki mengecam komunitas internasional karena gagal menghentikan pelanggaran Israel terhadap Palestina. Sebaliknya, Maliki menyebut, dunia hanya memberikan pidato retoris.
Berbicara dalam pertemuan Gerakan Non-Blok, Maliki mengatakan, rakyat Palestina saat ini menghadapi ancaman eksistensial yang mengancam hak kebebasan mereka dan hak untuk menentukan nasib sendiri.
“Situasi kritis di Palestina yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, sebagian besar mencerminkan kelemahan serius dari sistem internasional, yang “puas dengan pidato tanpa tindakan nyata untuk menghentikan praktik ilegal Israel,” ucapnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (11/10/2020).
Gerakan Non-Blok didirikan di Ibu Kota Yugoslavia, Beograd pada tahun 1961 jauh dari polarisasi kamp-kamp Perang Dingin pada saat itu dan saat ini terdiri dari 120 anggota yang mewakili kepentingan dan prioritas negara-negara berkembang di beberapa benua.
Sementara itu, sebelumnya pengadilan Israel dilaporkan memutuskan menghancurkan satu sekolah Palestina yang baru dibangun di pusat Tepi Barat. “Pengadilan Distrik Yerusalem pada Rabu menolak putusan sela ganti rugi yang diajukan untuk Sekolah Ras El-Teen di Ramallah timur,” ucap aktivis anti-pemukiman, Abdullah Abu Rahma.
“Sekitar 50 anak dari berbagai umur telah belajar di sekolah itu, yang baru saja dibangun dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan Palestina,” sambungnya. Dia menambahkan banyak aktivis telah mulai berkumpul di sekolah itu untuk aksi mencegah Israel menghancurkan bangunan sekolah itu.