34.3 C
Jakarta

Nataru dan Mitigasi Ancaman Terorisme

Artikel Trending

EditorialNataru dan Mitigasi Ancaman Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Menginjak bulan Desember, kita tidak hanya menyambut suasana Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang penuh sukacita, tetapi juga mesti waspada terhadap ancaman terorisme. Demi Nataru pekan depan, penting bagi kita merenung tentang keamanan. Terhadap upaya mitigasi ancaman yang dilakukan pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat, melibatkan diri adalah sesuatu yang niscaya.

Perlu digarisbawahi, ancaman terorisme di Indonesia selama periode Nataru bukanlah isu baru. Sejarah mencatat beberapa insiden tragis yang terjadi selama perayaan akhir tahun ini. Karenanya, kesadaran akan potensi risikonya menjadi kunci untuk melindungi masyarakat, juga merayakan momen bersejarah ini dengan damai—tanpa dihantui ketakutan ihwal terorisme.

Beberapa insiden teror Nataru di negara ini menyisakan luka dan trauma; luka bagi korban dan trauma bagi keluarga dan masyarakat. Peristiwa tersebut tidak hanya mencoreng keceriaan perayaan, tetapi juga menimbulkan keraguan dan kekhawatiran di tengah masyarakat. Penting bagi kita untuk mengingatnya bukan sebagai alasan untuk takut, tetapi sebagai panggilan untuk memitigasi ancamannya bersama-sama.

Insiden teror di Indonesia selama Nataru bisa dilihat dalam recap di media-media massa. Yang jelas, selain serangan fisik, aparat secara rutin menghadapi ancaman teror selama musim liburan ini. Berbagai kelompok teroris sering mengancam akan melakukan serangan selama Nataru. Pihak berwenang telah merespons dengan peningkatan langkah keamanan dan upaya pencegahan, tetapi tidak jarang juga kecolongan.

Beberapa waktu lalu, polisi menangkap sejumlah anggota kelompok teroris di Bekasi, Jawa Barat, yang diduga merencanakan serangan selama perayaan Nataru. Penangkapan tersebut adalah bagian dari upaya pencegahan yang terus-menerus untuk mengamankan masyarakat. Empat tahun lalu, di Bandung, ledakan juga terjadi. Semua insiden itu mengeskalasi kekhawatiran dan ketegangan selama Nataru.

Menariknya, ancaman teror selama Nataru di Indonesia tidak hanya berasal dari kelompok teroris yang sudah dikenal, tetapi juga dapat muncul dari kelompok atau perseorangan yang belum terdeteksi. Di situlah kewaspadaan dan kerja sama pemerintah, aparat, dan masyarakat sangat krusial untuk memitigasi serangan teroris dan menjaga keamanan selama perayaan ini. Natal harus aman, sebagaimana amannya perayaan Idulfitri.

BACA JUGA  Metamorfoshow: Indoktrinasi Ajaran HTI Kembali Terjadi

Pada Editorial ini, Harakatuna merekomendasikan lima langkah utama untuk memitigasi ancaman terorisme pada momentum Nataru. Pertama, meningkatkan keamanan publik. Pemerintah perlu meningkatkan keamanan publik selama Nataru ini. Penempatan personel keamanan tambahan di pusat-pusat perbelanjaan, pusat keramaian, dan tempat ibadah akan menjamin amannya umat Kristiani dari terorisme.

Kedua, meningkatkan intelijen dan kerja sama internasional. Aparat keamanan, terutama BNPT, di samping Densus 88 dan BAIS TNI, harus meningkatkan kapasitas intelijen mereka dan menjalin kerja sama erat dengan lembaga-lembaga internasional. Pertukaran informasi yang efektif dapat membantu mendeteksi potensi ancaman lebih awal. Di sini, ego sektoral harus dikesampingkan agar optimal.

Ketiga, memberdayakan masyarakat. Melibatkan masyarakat dalam upaya mitigasi ancaman terorisme sangat penting. Pelatihan dan edukasi terkait dengan pengenalan tanda-tanda radikalisasi dapat membantu warga untuk melaporkan aktivitas mencurigakan. Apakah artinya masyarakat masih lemah sehingga harus diberdayakan? Jawabannya: iya. Adalah fakta bahwa tidak sedikit masyarakat yang masih anti dengan kontra-terorisme, bahkan terlibat mendukung teror Nataru.

Keempat, memasyarakatkan toleransi dan dialog antaragama. Dua hal ini memang sudah masif, namun masih berkutat di tataran para akademisi, belum merata di seluruh masyarakat. Di kampung-kampung dan pelosok, betapa banyak yang masih antipati dengan pemeluk agama lain dan berpandangan intoleran. Maka, maksud “memasyarakatkan” di sini ialah menjadikan toleransi dan dialog antaragama merata ke seluruh lapisan masyarakat.

Kelima, melibatkan komunitas keagamaan. Tidak dapat dipungkiri, komunitas keagamaan memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan mengatasi potensi ancaman terorisme. Mendorong para pemimpin agama untuk berbicara terbuka tentang perdamaian dan toleransi dapat membentuk pandangan positif di tengah masyarakat. Artinya, ini juga masih berkaitan erat dengan langkah yang keempat tadi.

Menghadapi ancaman terorisme selama Nataru memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat. Dalam semangat persatuan dan toleransi, mari kita bekerja bersama untuk menjadikan perayaan Nataru aman, damai, dan penuh berkah bagi semua. Mitigasi ancaman terorisme secara substansial bukan soal mengamankan perayaan belaka, melainkan menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Harakatuna mengucapkan, Selamat Hari Natal untuk umat Kristiani.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru