30.8 C
Jakarta

Militansi Melawan Terorisme, Mengapa Penting?

Artikel Trending

KhazanahTelaahMilitansi Melawan Terorisme, Mengapa Penting?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Mei lalu, BNPT menyatakan bahwa indeks serangan terorisme di Indonesia pada tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 56% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun indikator penurunan ini, dilihat dari tiga faktor, di antaranya: jumlah kematian, jumlah serangan, dan dampak sosial ekonomi. Berdasarkan data ini, perlukah kita berhati-hati dan mawas diri terhadap terorisme? Bukankah kita tidak perlu berupaya lagi untuk melawan terorisme?

Perubahan Serangan

Kita bisa saja menyebut bahwa serangan terorisme menurun, sehingga potensi masyarakat untuk menjadi korban serangan teroris jadi menurun. Namun, ancaman serangan bom itu akan terus terjadi seiring dengan aktivitas kelompok teroris terus berjalan. Media sosial menjadi salah satu jembatan kelompok teroris untuk merekrut, melakukan kaderisasi, dll.

Tidak hanya itu, serangan terorisme jika dibandingkan hari ini dengan beberapa tahun silam, mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Aksi terorisme saat ini tidak lagi besar seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalau kita lihat bom Bali, serangan World Trade Center pada 2001, merupakan serangan spektakuler yang menghebohkan publik. Berdasarkan serangan tersebut, publik secara cepat menangkap pelaku dengan latar belakang kelompok teroris. Serangan itu spektakuler dan menimbulkan opini publik dunia.

Namun, belakangan ini serangan terorisme adalah gerakan kecil dari orang biasa yang sangat dulit dideteksi. Aksi kecil tersebut bisa dilihat dari serangan lone wolf yang dilakukan oleh Zakiah Aini. Fakta tersebut membuktikan bahwa, aksi terorisme berubah gerakannya yakni dilakukan oleh masyarakat biasa, kelompok kecil yang sangat sulit terdeteksi.

Militansi Melawan Terorisme

Mendambakan bahwa negara ini nihil dari terorisme sepertinya sebuah impian utopis. Argumen ini didasarkan pada Indeks Terorisme Global yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-37 dari 163 negara. Artinya, negara Indonesia masih memiliki peringkat yang amat besar dibandingkan negara-negara lain di bawahnyanya. Corak yang paling terlihat dari masalah terorisme di Indonesia adalah keberadaan kelompok-kelompok teroris yang terus bergerilya, menyusun strategi, dan melakukan kegiatan organisasi seperti kelompok masyarakat pada umumnya. Mereka masih eksis sebagai organisasi yang menentang pemerintah, melakukan propaganda dan memanfaatkan media sosial untuk kepentingan terorisme.

BACA JUGA  Pesan untuk Anak Muda: Tren Kampanye Tiktok Perlu Disikapi dengan Kritis

Tidak hanya itu, jika melihat perubahan seseorang yang awalnya radikal berkembang menjadi ekstremis kekerasan, dilihat banyak faktor, salah satunya menjadi radikal karena kurang puas dengan keadaan, merasa termarjinalisasi, dll. Karena disuplai oleh kelompok radikal, jadilah seseorang terus mencari narasi pembenaran untuk melakukan kekerasan yang diakomodir oleh suatu kelompok.

Atas dasar ini, maka narasi tandingan untuk memberikan ruang bacaan kepada kelompok masyarakat bahwa, terorisme ini akan terus mengintai dan narasi agama yang ramah terhadap perbedaan, sangat penting untuk terus disuarakan. Inilah mengapa, militansi untuk melawan terorisme dari berbagai sisi perlu untuk terus dilakukan sekalipun indeks terorisme di Indonesia menurun. Ancaman dan tantangan yang dimiliki bangsa Indonesia sangat besar, mengingat bahwa tahun politik telah tiba. Fase ini, bisa dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk membuat keadaan semakin kacau dan melakukan propaganda di berbagai sisi.

Satu hal yang perlu kita sadari pula bahwa, kelompok radikal, teroris memiliki militansi besar terhadap ideologi dan kelompok yang menaunginya. Hal ini bisa dilihat dari seberapa besar upaya pemerintah yang terus melakukan berbagai upaya agar kelompok teroris memiliki ruang yang sempit untuk bergerak, sebesar itu pula perlawanan para teroris untuk mempertahankan ideologi dan gerakan yang diyakini.

Dalam konteks radikalisme juga, misalnya. Seberapa besar pemerintah untuk mematikan organisasi HTI, mematikan aktivitas mereka dalam memproklamirkan negara khilafah. Sebesar itu juga upaya yang dilakukan mereka untuk terus bangkit dan melawan pemerintah. Buktinya, sampai hari ini sudah berapa banyak organisasi yang lahir atas dasar ideologi khilafah yang sama seperti HTI dulu. Mereka menjelma menjadi lembaga pendidikan, lembaga sosial dan ruang-ruang yang bisa dimasuki oleh masyarakat, sehingga ideologi untuk membangun pemerintahan Islam seperti HTI masih terus hidup sampai hari ini.

Fenomena ini bisa kita abadikan dalam upaya kita untuk melawan terorisme. Militansi perlu kita punya untuk terus mempertahankan dan melindungi negara Indonesia dari ideologi-ideologi yang membahayakan eksistensi Indonesia. Dan ini adalah salah satu kemewahan yang dimiliki oleh kita sebagai bangsa Indonesia. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru