26.6 C
Jakarta

Metode-Metode Tarbawi dalam al-Qur’an, Apa Saja?

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anMetode-Metode Tarbawi dalam al-Qur’an, Apa Saja?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan, fungsi sosial, bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. Dalam hubungan ini, al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan mayarakat dan kehidupan alam sekitarnya (As-Syaibani, Falsafah at-Tarbiyah al-Islamiyah, terj. Hasan Langgulung, 1979: 399). Pendidikan adalah suatu usaha untuk menambah kecakapan, keterampilan dan sikap melalui belajar dan pengamalan yang diperlukan agar manusia dapat mempertahankan dan melangsungkan hidup, serta untuk  mencapai tujuan hidupnya. Usaha itu bisa dilihat dalam masyarakat, baik yang masih terbelakang, masyarakat yang sudah maju, maupun yang sangat maju (Mappanganro, 1996: 10).

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Proses pendidikan ini dialami oleh setiap manusia sejak ia dilahirkan. Demikian seterusnya sampai ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia sempurna dan matang. Agar tujuan pendidikan yang dimaksud dapat tercapai sesuai harapan, dalam proses pendidikan terdapat sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Apabila sistem ini baik, kualitas dan hasil pendidikan akan baik. Salah satu di antara sistem tersebut adalah metode pendidikan, di samping guru, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2008: 231).

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia, tidak ada keraguan di dalamnya dan berlaku sepanjang masa, menjadi rujukan pertama dan utama umat Islam yang diturunkan oleh Allah dengan makna dan lafalnya. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi petunjuk bagi manusia dan tetap eksis tanpa perubahan sedikit pun, baik makna maupun lafalnya.

Memerhatikan betapa pentingnya peranan metode terhadap kesuksesan proses pendidikan, telah banyak bermunculan metode sebagai bagian dari pemahaman terhadap konteks di atas. Beberapa metode yang sudah tidak asing lagi dalam proses pendidikan di antaranya adalah ceramah, diskusi, penugasan, demontrasi, dan lain sebagainya. Dalam memilih cara atau metode ini, guru dibimbing oleh filsafat pendidikan yang dianut oleh guru tersebut dan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Di samping itu, penting pula memperhatikan hakikat peserta didik dan bahan pelajaran yang akan disampaikan. Jadi, metode itu menentukan prosedur yang harus diikuti (Darajat, 2009: 61).

Membahas metode pendidikan berarti kita memasuki area yang cukup luas objek pembahasannya, karena dalam pembahasan ini akan meliputi faktor peserta didik, pendidik, alat pendidikan serta lingkungan pendidikan. Namun   demikian, kebanyakan dari metode yang ada hingga saat ini berasal dari kajian yang bersumber dari pemikiran manusia terhadap gejala yang timbul saat itu. Untuk itulah, dibutuhkan sumber lain sebagai sarana dalam upaya menemukan metode yang tepat untuk menjawab masalah dan tantangan pendidikan yang timbul saat ini, salah satunya adalah al-Qur’an. Hal yang perlu dicermati lebih dalam dari al-Qur’an adalah metode penyampaian kandungannya. Dalam memaparkan isinya, al-Qur’an menggunakan cara yang sangat variatif.

Dalam al-Qur’an, ditemukan sejumlah ayat yang berdimensi tarbawi (pendidikan), baik berupa motivasi, metode, materi, maupun tujuan pendidikan. Kajian tentang metode pendidikan dalam al-Qur’an dianggap perlu karena masih minim dilakukan serta jumlahnya masih belum seberapa dibandingkan dengan fokus kajian bidang ilmu agama lainnya. Khusus kajian ilmu pendidikan Islam yang berbasis tafsir al-Qur’an masih belum banyak dilakukan secara sungguh-sungguh. Untuk itu, kajian ilmu pendidikan Islam yang berbasis tafsir al-Qur’an perlu dikembangkan. Dengan cara demikan, perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan Islam diharapkan dapat dilakukan secara berkesinambungan  sesuai dengan tuntutan zaman. 

  1. Metode Pendidikan dalam Al-Nahl Ayat 125

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ

اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ    

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Ada tiga metode pendidikan yang terkandung dalam Q.S. al-Nahl, yaitu metode bi al-hikmah, mau’izah hasanah (ceramah), dan diskusi. Terdapat berbagai macam pengertian dari kata al-hikmah. Dalam terjemahan Kementerian Agama dijelaskan bahwa hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil (Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 2015: 789). Pengertian yang diberikan oleh ahli bahasa maupun ahli tafsir tidak hanya mencakup wilayah eksistensi tetapi juga memasuki wilayah konsep. Dengan begitu akan melahirkan pemaknaan yang berbeda. Namun, jika dicermati secara mendalam maka makna-makna yang diberikan itu memiliki kaitan antara satu dengan yang lainnya.

Sifat al-hikmah merupakan perpaduan antara unsur-unsur al-ibrah (pengetahuan), al-miran (latihan), dan al-tajribah (pengalaman). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang dibekali pengetahuan, latihan, dan pengalaman adalah orang yang bijaksana. Sebab dengan pengalaman, ilmu, keahlian, dan latihan, seseorang dapat terbantu untuk mengeluarkan pendapat yang benar dan memfokuskan langkah-langkah dan perbuatannya, tidak menyimpang dan tidak goyah dan meletakkan pada proporsi yang tepat.

Dari pemaknaan di atas dapat disimpulkan bahwa metode bi al-hikmah adalah metode yang mempertimbangkan ilmu pengetahuan seperti bijaksana, adil, sabar, argumentatif, selalu memperhatikan keadaan peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa metode bi al-hikmah mengisyaratkan bahwa seorang pendidik harus memiliki wawasan yang luas termasuk di dalamnya tidak hanya paham tentang ilmu-ilmu agama, tetapi juga tahu tentang ilmu-ilmu lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

Kata al-hikmah adalah penyampaian kebenaran melalui aspek keilmuan dan akal. Menurut al-Qasimiy, al-hikmah adalah ucapan yang benar dan tepat, memperjelas kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan (al-Qasimiy, Tafsir al-Qasimiy, tt.: 177). Metode ini cocok untuk mengajak dan mendidik manusia yang dengan segala kemampuan nalar dan nuraninya selalu berusaha menemukan kebenaran sejati.

BACA JUGA  Saat Ramadhan, Ini Waktu Utama untuk Membaca Al-Qur'an

Metode ceramah dengan menyeru dan mengajak kepada jalan yang lurus dengan cara yang bijaksana dan pengajaran yang baik, serta dengan nasehat yang dapat  menentramkan hati. Makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan dan memberi peringatan kepada umat manusia. Nasehat dengan cara yang baik dapat masuk ke qalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan. Sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan jiwa yang liar. Lebih dari itu, sikap kelemah-lembutan dan sikap kasih sayang dalam konteks mendidik dapat membuat seseorang merasa dihargai  kemanusiaannya dan membangkitkan perasaan seperti itu pula dalam dirinya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode ceramah dengan cara yang lembut menggunakan redaksi bahasa yang baik mengandung makna jauh dari sikap kekerasan, permusuhan, egoisme, dan tindakan-tindakan emosional. Penggunaan metode ceramah menunjukkan bahwa objek pendidikan yang dihadapi memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman yang masih rendah. Konsekuensinya dibutuhkan pendidik yang memiliki sifat membimbing, perhatian dan bersahabat. Pendidik harus memperdalam pengetahuannya baik terhadap ilmu agama mupun ilmu umum.

Mereka yang dengan keluguannya atau keterbatasan kemampuan berpikirnya selalu menerima taqlid dalam menerima kebenaran, maka untuk mengajak dan mendidik mereka ke jalan Allah akan lebih efektif dengan metode al-mau’izat al-hasanah.

Mereka yang selalu berusaha menentang kebenaran, maka bagi mereka yang masuk kategori ini cara berdakwah dan memberikan pendidikannya harus dengan jadal (adu argumentasi) tetapi dengan tata cara yang lembut dan santun.

  1. Metode Pendidikan dalam S. al-Maidah Ayat 67

يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗ

وَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

Ayat di atas mengandung metode keteladanan dan metode pemberian  hukuman. Terkait keteladanan dalam proses pendidikan, tentu saja pendidik berkewajiban untuk selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik untuk dicontoh dan diteladani oleh para peserta didiknya. Sikap dan perilaku inilah yang merupakan salah satu kompetensi pendidik dari seluruh kompetensi yang harus dimilikinya.

  1. Metode Pendidikan dalam S. Ibrahim Ayat 24-25

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ

Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.

تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ

(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.

Pengajaran al-Qur’an dengan menggunakan metode perumpamaan dapat membuat proses transfer ilmu pengetahuan menjadi efektif. Berbagai macam potensi yang Allah berikan kepada manusia yang dengannya mereka mampu memahami apa yang diajarkan kepadanya. Potensi tersebut adalah akal yang bisa digunakan untuk berpikir, mata digunakan untuk melihat, telinga untuk mendengar, hati untuk mengingat Allah, serta jiwa seni.

  1. Metode Pendidikan dalam S. al-‘Araf Ayat 175-177

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

لَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ

عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ

Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.

Metode pendidikan yang terdapat dalam ayat ini adalah membaca, perumpamaan, dan kisah. Di antara metode pendidikan yang terkandung dalam ayat ini yaitu membaca, karena dengan membaca informasi dapat disampaikan secara otentik. Di antara informasi atau materi pelajaran yang perlu dibacakan atau disampaikan adalah pelajaran sejarah. Metode kisah adalah salah satu metode yang terdapat dalam al-Qur’an. Menyajikan kisah dapat memberi faedah terutama dalam hal menjelaskan tentang peristiwa masa lalu yang memiliki kaitan dengan kondisi saat ini. Dengan menyampaikan kisah-kisah itu, maka diharapkan dapat membangkitkan kesadaran umat untuk mempelajari hakikat dari setiap peristiwa yang disajikan, baik dalam     al-Qur’an maupun melalui cerita masa lalu (sejarah).

Al-Qur’an telah memberikan banyak isyarat tentang metode pendidikan. Metode-metode pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an di antaranya: a) Q.S. al-Nahl/16:125, mengemukakan metode bi al-hikmah, metode ceramah dan diskusi, b) Q.S. al-Maidah/5:67, mengemukakan metode keteladanan dan pemberian hukuman, c) Q.S. Ibrahim/14:24-25, mengemukakan metode demonstrasi dan perumpamaan, d) Q.S. al-‘Araf/7: 175-177, mengemukakan metode membaca, perumpamaan dan metode kisah.

Ratu Bilqis, Mahasiswi Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru