28.4 C
Jakarta

Merawat Kesinambungan Spirit Kebaikan-kebaikan Ramadan

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMerawat Kesinambungan Spirit Kebaikan-kebaikan Ramadan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ramadan telah berlalu tapi kehidupan akan terus berlanjut. Di sepanjang Ramadan hingga momen Idulfitri kemarin umat Islam menempa diri dengan berbagai bentuk pembinaan pribadi melalui ibadah-ibadah personal seperti puasa, berzikir dan berdoa, tadarus Al-Qur’an, qiamulail dan tarawih, juga amalan-amalan sosial seperti sedekah, zakat fitrah, silaturahmi, dan saling memaafkan.

Semuanya itu dimaksudkan untuk meraih derajat takwa sebagaimana dimaksudkan dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 183: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Meneladani Salafush-shalih

Berkaca pada generasi terbaik umat Islam, yakni para salafush-shalih, saat Ramadan berakhir mereka bersedih karena dua hal. Pertama karena berpisah dengan bulan yang penuh berkah, bulan di mana dosa-dosa diampuni, doa-doa dikabulkan dan pahala dilipatgandakan.

Kedua karena mereka khawatir ibadah dan amalan-amalannya di bulan Ramadan tidak diterima oleh Allah Swt. Kekhawatiran mereka didasarkan pada Al-Qur’an surah al-Ma’idah ayat 27: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.

Demikian besarnya kekhawatiran mereka, hingga Mu’alla bin al-Fadhl (seorang ulama dari kalangan tabi’it tabi’in) mengungkapkan kesaksiannya sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab dalam Lathaif Al-Ma’arif: Fi Ma Li Mawasim al-Am Minal Wazhaif:

“Dulu para sahabat berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadan. Kemudian mereka pun berdoa selama enam bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.”

Salafush-shalih adalah tiga generasi terhitung sejak masa hidup Rasulullah dan sesudahnya, yakni para sahabat Nabi, tabiin, dan tabi’it tabi’in sebagaimana dijelaskan langsung oleh Nabi Saw.:

Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku (sahabat), kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya (tabiin), kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya (tabi’it tabi’in)” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Meneladani salafush-shalih adalah perintah wajib sebagaimana diisyaratkan Allah dalam Al-Qur’an surah al-Taubah ayat 100:

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”

Merawat Kesinambungan Kebaikan

Dari kesadaran spiritual sebagaimana dicontohkan dalam sikap para salafush-shalih itulah spirit Ramadan akan terus hidup dalam pribadi setiap Muslim. Spirit Ramadan yang dimaksud tidak lain adalah ghirah atau semangat menjalankan ibadah personal maupun amalan-amalan sosial yang dilakukan di sepanjang Ramadan hingga momen Idulfitri pada sebelas bulan pasca-Ramadan.

Karena seperti nasihat bijak para ulama, bahwa di antara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.

Sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’arif, “…barang siapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.”

Keyword-nya adalah istimrariyah atau kesinambungan. Istimrariyah merupakan salah satu tanda bahwa ibadah dan amalan kebaikan diterima oleh Allah Swt., dan Allah akan memberinya jalan yang mudah untuk terus merawat kesinambungan itu. Sebagaimana janji-Nya dalam Al-Qur’an surah al-Lail ayat 5-7:

“Maka berangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan).”

Masih dalam konteks kesinambungan ibadah dan amalan ini, Rasulullah pernah ditanya para sahabat, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: Amalan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (kontinu) walaupun sedikit” (HR. Imam Bukhari).

BACA JUGA  Menyikapi Radikalisme dan Narasi Keislaman yang Dipolitisasi

Kesinambungan Ibadah Personal

Ramadan telah berakhir di tahun ini, tetapi sekali lagi kehidupan akan terus berlanjut, dan demikian halnya dengan ibadah dan amalan-amalan kebaikan. Bagi setiap Muslim, ia wajib dan harus terus berlanjut selama hayat masih di kandung badan.

“Wa’bud rabbaka hatta ya’tiyakal yaqin (Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini [yakni ajal])” (QS. al-Hijr: 99). Lantas ibadah atau amalan apa saja yang selama Ramadan dilakukan dan harus dirawat? Esensinya tentu saja semua ibadah dan amalan kebaikan di bulan Ramadan. Baik yang bersifat lebih personal maupun sosial.  

Dalam dimensi ibadah yang lebih personal seperti puasa, salat, tadarus, dan zikir. Bagi umat Islam semua ibadah ini juga disyariatkan di luar bulan Ramadan, hanya saja dalam jenis yang berbeda. Puasa misalnya, ada beberapa jenis puasa yang disyariatkan pasca-Ramadan yang sangat dianjurkan. Mulai dari puasa enam hari di bulan Syawal, puasa ayyamul bidh, dan puasa setiap hari Senin dan Kamis.

Kemudian salat. Kecuali tarawih, semua jenis salat yang dilakukan sepanjang Ramadan, mulai dari salat fardu lima waktu dalam sehari semalam, salat tahajud dan witir (qiamulail) dan salat-salat sunah lainnya ada di sepanjang waktu di luar Ramadan.

Pun demikian halnya dengan tadarus Al-Qur’an dan zikir. Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam. Membacanya adalah ibadah. Memahami isi kandungan dan mengamalkannya dalam kehidupan keseharian adalah kewajiban sepanjang waktu, tidak dibatasi hanya pada saat Ramadan.  

Kesinambungan Amalan Sosial

Dan yang tidak kalah penting adalah ibadah atau amalan-amalan yang memiliki fungsi sosial kuat seperti zakat dan sedekah. Keduanya selain merupakan kewajiban syar’i, juga bentuk konkret dari kewajiban untuk peduli dan empati yang harus terus dihidupkan sepanjang waktu.

Menunaikan zakat mal (harta) adalah salah satu rukun Islam dan karenanya wajib bagi yang memiliki kemampuan. Sedekah (harta dan non-harta) adalah sunah-sunah yang sangat dianjurkan.

Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 267: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

Kemudian di dalam surah Ali Imran ayat 92: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”

Sementara itu, dalam beberapa hadis Rasulullah sering mengingatkan perihal pentingnya sedekah sebagai bentuk kepedulian sosial. Misalnya dalam hadits riwayat Imam al-Tabrani: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.”

Dalam hadis lain, yang juga diriwayatkan Imam al-Tabrani, Rasulullah Saw. pernah mengingatkan salah seorang ummul mukminin: “Wahai Aisyah, halangilah dirimu dari neraka meskipun dengan sebiji kurma, karena hal itu bisa menutupi orang lapar dari kelaparan.”

Demikian refleksi untuk merawat spirit Ramadan di sepanjang waktu hingga kita dipertemukan lagi dengan Ramadan berikutnya. Semoga manfaat.

Wallahu A’lam Bisshawab.

H. Dr. Agus Sutisna, S.IP., M.Si
H. Dr. Agus Sutisna, S.IP., M.Si
S3 Ilmu Politik SPs Universitas Nasional. Dosen Tetap FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang. Founder Yayasan Podium Pesantren Nurul Madany Lebak Banten. Anggota KPU Provinsi Banten 2018-2023.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru