30.8 C
Jakarta

Menjadi Dermawan dengan Berzakat

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenjadi Dermawan dengan Berzakat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ada sebuah pelatihan yang saya ikuti di Golden Boutique Hotel hari ini. Acara dengan tema “Bimtek Pelayanan dan Konsultasi Perzakatan bagi Pengurus Masjid” ini membicarakan tentang urgensi berzakat atau bersedekah dalam kehidupan manusia.

Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang ketiga setelah muslim melalui rukun kedua, Shalat. Seorang muslim diperintahkan menyisihkan sebagian hartanya setelah ia melaksanakan shalatnya dengan sempurna. Perintah zakat disebutkan dalam firman-Nya: Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk. (Qs. al-Baqarah/2: 43).

Perintah zakat dan shalat disebutkan secara bergandengan pada ayat tersebut. Pesan tersirat ayat ini adalah bahwa keislaman seseorang tidak sempurna jika hanya berkutat pada ibadah shalat saja dan mengabaikan perintah zakat. Karena, shalat dan zakat bagai dua mata uang yang tak terpisahkan. Shalat adalah media yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah media yang membangun hubungan seorang hamba dengan sesamanya. Hubungan secara vertikal akan menjadi sempurna ketika digandengkan dengan hubungan horizontal.

Pentingnya berzakat (berdonasi) dibandingkan shalat dapat diperhatikan dalam firman-Nya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Qs. al-Baqarah/2, 177).

Diperintahkannya berzakat atau berdonasi karena beberapa alasan: Pertama, harta produktif adalah harta yang dizakatkan atau disedekahkan. Karena, zakat atau sedekah adalah harta yang tidak bakal sirna. Harta ini akan tetap terus menjadi investasi dan return-nya dapat diterima, baik di dunia langsung maupun di akhirat kelak. Diriwayatkan dari Imam Muslim: Seorang hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah harta itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi kepada orang yang ia tinggalkan.

Kedua, zakat atau sedekah dapat meringankan beban orang yang membutuhkan. Zakat sebenarnya bukan mengubah miskin menjadi kaya, tetapi mengubah kesulitan menjadi kemudahan. Kemiskinan itu bukan salah orang lain, tetapi salah pribadi masing-masing orang yang tidak dapat memanage finansialnya dengan baik. Sedangkan, zakat atau sedekah hanya bergerak sebagai media yang memberikan jalan untuk orang yang membutuhkan, sehingga mereka mampu bangkit dari keterpurukan. Allah Swt. menyebutkan perintah tolong-menolong antar sesama dalam firman-Nya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. (Qs. al-Ma’idah/5: 2). Kebaikan dan takwa di sini, salah satunya, bisa berupa zakat atau sedekah. Karena, keduanya termasuk perbuatan baik yang diperintahkan Allah kepada manusia untuk menjadi orang bertakwa.

BACA JUGA  Memaknai Mudik pada Tahun Ini

Ketiga, zakat atau sedekah dapat menumbuhkan rasa cinta. Diriwayatkan dari Imam Bukhari: Saling beri-memberilah kamu, niscaya kamu akan saling mencintai. Hadis ini terdengar populer di kalangan orang muslim. Sayang, nafsu mengalahkan niat baik sehingga harta yang dimiliki tidak tertarik untuk disedekahkan. Padahal, memberi itu akan menumbuhkan rasa cinta antar sesama. Pesan ini sering kali dipraktekkan oleh anak muda yang sedang pedekate dengan seseorang. Si anak muda ini memulainya dengan sikap loyal atau gemar memberi apa yang disukai orang yang dimaksud, sekalipun si anak muda tidak biasa memberi.

Maka, dengan tiga motivasi berzakat atau bersedekah tersebut, kita dapat mengubah gaya hidup kita yang pelit menjadi dermawan, mengubah sikap kita yang individualis menjadi sosialis, dan mengubah sikap introvert menjadi ekstrovert. Faisal Qosim, salah seorang narasumber pada acara zakat tersebut, mengatakan: Orang yang tidak mau berzakat adalah koruptor, karena ia merampas hak orang lain.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru