28.3 C
Jakarta

Mengubah Kebencian Menjadi Cinta

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMengubah Kebencian Menjadi Cinta
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Akhlak Al-Qur’an, Penulis: Muhammad Zulian Alfaizi, Penerbit: Laksana, Cetakan: I, 2019, Tebal: 232 halaman, ISBN: 978-602-407-382-4, Peresensi: Sam Edy Yuswanto.

Harakatuna.com – Benci dan cinta merupakan dua hal yang biasa dialami dalam kehidupan umat manusia. Ada kalanya orang yang semula kita cintai, tiba-tiba berubah menjadi sangat menyebalkan dan kita benci.

Begitu pun sebaliknya. Ada kalanya, orang yang semula pernah kita benci, kemudian karena sesuatu hal tiba-tiba berubah menjadi teman atau sahabat yang begitu kita cintai. Maka, tak mengherankan bila ada orang bijak yang mengatakan, “bencilah dan cintailah sesuatu hal dengan sewajarnya saja”.

Islam mengajari kepada para penganutnya agar memiliki rasa kasih sayang atau saling mencintai kepada sesama. Cinta di sini tentu yang dilandasi keridaan dari-Nya. Jadi, bukan ‘cinta-cintaan’ sebagaimana dua sejoli yang tengah dimabuk asmara. Sebaliknya, Islam tidak mengajarkan kepada kita untuk saling membenci. Hidup damai dan tenteram adalah hal yang lebih indah dan menyenangkan.

Perihal pentingnya mencintai sesama, kita bisa belajar kepada kepribadian Nabi Muhammad Saw. Selain memiliki rasa kasih sayang dan cinta terhadap umat manusia, beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat pemaaf, bahkan terhadap orang yang membencinya pun beliau berusaha untuk mengasihi dan tak membalasnya dengan kebencian serupa.

Maka tak heran bila sebagian musuh yang semula benci dan ingin memerangi beliau, tiba-tiba berubah haluan ketika mengetahui betapa perangai beliau begitu mulia. Mereka akhirnya memilih masuk Islam dan menjadi sahabat yang mencintai Nabi Muhammad Saw.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kepada umatnya bahwa segala sesuatu yang dijalankan dengan kasih sayang akan manfaat bagi orang lain. Dan, menyangkut perasaan suka dan benci, sahabat sekaligus sepupu Rasulullah Saw., Ali bin Abi Thalib Ra. menyampaikan, “Bencilah musuhmu sekadarnya. Sebab, boleh jadi suatu hari nanti ia akan jadi orang yang kau cintai”.

Pada masa Nabi Muhammad Saw. orang-orang berduyun-duyun masuk Islam bukan karena sebuah pedang atau ancaman. Melainkan, karena mereka merasakan sebuah ketenangan dan kesetaraan. Islam tidak melihat dari mana seseorang itu dilahirkan. Melainkan, Islam melihat dari seberapa kuat ketakwaannya kepada Tuhan serta kebermanfaat an dirinya kepada lingkungan sekitarnya (hlm. 132).

Kejahatan Dibalas Kasih Sayang

Biasanya, kebencian hadir ketika kita disakiti oleh orang lain. Baik disakiti secara lisan (perkataan) maupun dengan perbuatan, contohnya seperti memukul atau melakukan penganiayaan fisik. Diperlakukan dengan tidak baik oleh orang lain memang sangat menyakitkan dan menimbulkan rasa benci di dalam hati.

Namun yang harus kita pahami bahwa tak perlu kita lantas memiliki tekad kuat untuk membalas orang-orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Serahkan semuanya pada Allah, biarkan Allah yang akan membalas orang tersebut. Bersabarlah dengan kezaliman yang dilakukan oleh orang lain pada kita.

BACA JUGA  Mengoreksi Kaum Jihadis dalam Memahami Hadis

Kita bisa mencontoh sikap kesabaran Nabi Muhammad Saw. yang begitu luar biasa saat menghadapi orang-orang yang membenci dan menzaliminya. Dalam buku ini dibeberkan bahwa kesempurnaan Nabi Muhammad Saw. dapat kita temukan, salah satunya berupa teladan dalam kesabaran. Pernah suatu ketika, Nabi Muhammad Saw. disakiti.

Lalu, apa yang beliau lakukan? Beliau tidak membalas sebagaimana yang dilakukan pada dirinya. Beliau mendoakan, bahkan membalas kejahatan itu dengan cinta dan kasih sayang. Setiap kali Nabi Muhammad Saw. pergi ke masjid untuk menunaikan shalat atau sedang bercengkerama dengan para sahabat, beliau selalu melintasi rumah penduduk, tidak terkecuali rumah seorang wanita tua. 

Wanita tua itu kerap memperlakukan Nabi Muhammad Saw. dengan kekerasan. Beliau pun selalu diludahi bahkan sampai dilempar kotoran. Akan tetapi, beliau tidak membalas semua tindakan itu. Sebenarnya, bukan tak mampu membalas, tetapi apa gunanya pula membalas perbuatan itu? Jika pun beradu tenaga, wanita tua itu pasti kalah.

Seperti yang diajarkan oleh Al-Qur’an bahwa balas dendam merupakan perbuatan amat buruk. Maka, beliau pun membalasnya dengan belas kasih dan kasih sayang. Hingga suatu hari, wanita itu tak kelihatan karena sedang terjangkit penyakit. Singkat cerita, Nabi Muhammad Saw. menjenguknya.

Bahkan beliau adalah orang yang pertama datang dan peduli padanya. Sang wanita pun menyesali tindakannya selama ini dan akhirnya menjadi pengikut beliau. Ia masuk Islam atas kesadarannya sendiri, bukan karena paksaan apalagi ancaman (hlm. 135-138).

Berdakwah dengan kasih sayang dan mengedepankan rasa kemanusiaan. Inilah yang selalu diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad Saw. kepada seluruh umatnya. Berdakwah dengan kekerasaan, merasa diri paling benar dan dengan mudahnya menuduh orang lain yang seagama dengannya sesat dan harus dibinasakan, jelas tidak dibenarkan dan tak diajarkan dalam agama Islam.

Kita perlu merenungi ayat Al-Qur’an Surat an-Nahl [16]: 125) yang begitu gamblang menjelaskan, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya, Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (hlm. 154).

Buku ini menarik dan penting untuk dibaca oleh siapa saja. Melalui buku ini, para pembaca diajak untuk memahami betapa sangat penting menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai sosok panutan sempurna. Sosok yang akan membuat kita semakin tersadar tentang pentingnya mengasihi sesama.

Termasuk mengasihi mereka, orang-orang yang berbuat zalim pada kita. Dengan rasa kasih inilah mudah-mudahan dapat membuat hati mereka terketuk dan akhirnya menyadari kekhilafannya. Wallahu a’lam bish-shawaab.

Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto
Bermukim di Kebumen, tulisannya dalam berbagai genre tersebar di berbagai media, lokal hingga nasional, antara lain: Koran Sindo, Jawa Pos, Republika, Kompas Anak, Jateng Pos, Radar Banyumas, Merapi, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dll.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru