30.1 C
Jakarta

Mengapa Umat Islam Tak Kunjung Bangkit?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMengapa Umat Islam Tak Kunjung Bangkit?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Secara umum, kondisi umat Islam saat ini baru keluar dari masa penjajahan (kolonialisme). Dalam kondisi seperti ini, mencuat sebuah pertanyaan mendasar; mengapa umat Islam tak kunjung bangkit? Pertanyaan ini pula lah yang acapkali muncul di forum-forum akademis maupun forum yang lebih patrioris. Pertanyaan ini juga menjadi semacam “wake up call” bagi generasi Islam saat ini. Betapa tidak. Kita paham betul bahwa Umat Islam pernah berjaya, maju, bahkan menguasai peradaban dunia.

Umat Islam masalalu memiliki prestasi dan pengaruh luar biasa bagi kehidupan beragama dan bernegara. Berkat hidayah Islam, masyarakat arab yang semula terpecah-belah menjadi bersatu, yang sebelumnya “bodoh” menjadi tercerahkan dan berperadaban, bahkan roh mereka pun terbarukan sehingga, sekali lagi, kondisi ini menghantarkan mereka pada kewibawaan, kejayaan, keagungan, pengetahuan dan kekayaan. Dalam tempo separuh abad saja, umat Islam berhasil menaklukkan separuh bola dunia.

Kita ketahui pula bahwa sebelum Islam diturunkan dan disebarkan di jazirah arab, sama sekali tidak terdengar  riwayat bahwa bangsa arab pernah menaklukkan suatu wilayah, apalagi membangun peradaban yang mengakar. Barulah setelah Islam turun, melalui jaran Islam yang termaktub dalam Alquran dan hadis, bangsa arab menjadi bangsa yang baru; bangsa yang beradab, berpengetahuan dan lain sebagainya.

Namun kejayaan itu tak lagi kita miliki di masa saat ini. Lantas apa gerangan yang menjadikan umat Islam seperti saat ini? Sri Yunanto (2016) memberikan uraian terkait penyebab umat Islam tak kunjung bangkit. Pertama, umat Islam belum sepenuhnya merasa umat, karena masing-masing kelompok merasa pendapatnya dan caranya sebagai yang paling benar.

Ribuan bahkan jutaan tulisan yang mengulas menegenai kelompok yang sering memonopili kebenaran dan sering mengkafirkan kelompok lain sudah terpapar, baik di dunia nyata dalam bentuk buku, kitab dan sejenisnya maupun di dunia maya yang terdapat dalam website dan media sosial. Namun, semua itu ternyata tidak menyadarkan kelompok ini. Mereka masih saja memegang prinsip dan sikap yang justru dapat menjadikan umat Islam ketinggalan.

BACA JUGA  Kenapa Kita Harus Pilih Anies Sebagai Presiden di Indonesia?

Akibat kondisi umat Islam belum sepenuhnya merasa umat, karena masing-masing kelompok merasa pendapatnya dan caranya sebagai yang paling benar, umat Islam energinya lebih dikuras untuk mengatasi perbedaan di kalangan sendiri. Antar sesama muslim saling menghujat dan lebih sering berbeda pendapat. Pertengkaran menjadi fenomena yang sulit dihindari.

Kedua, umat Islam cenderung melihat perbedaan dan kelemahan kelompok Islam lainnya. Kondisi atau faktor pertama kemudian diperparah dengan kondisi bahwa umat Islam lebih sering melihat kelompok lain sebagai firqah yang sulit disatukan. Antar kelompok atau golongan selalu menajamkan perbedaan. Tak ayal, sikut-sikutan, percek-cokan dan lain sejenisnya selalu muncul dalam tubuh Islam. Inilah yang kemudian menjadikan umat Islam lemah. Bahkan terkadang antar kelompok menyelesaikan perbedaan ini dengan cara kekerasan.

Ketiga,  secara metodologi, semangat belajar kaum muslimin lebih tereksploitasi kepada pendekatan-pendekatan tekstual, romantisme sejarah, dan mengesampingkan aspek-aspek analitis yang berpijak pada realitas yang paling dekat dan dialami oleh masyarakat muslim sekitarnya.

Berkembanganya kelompok radikal dan teroris dalam tubuh Islam sejatinya merupakan salah satu bentuk penjajahan yang lahir dalam rahim umat Islam sendiri. Ini terjadi karena semangat belajar kaum muslimin lebih tereksploitasi kepada pendekatan-pendekatan tekstual.

Keempat, lemahnya kepemimpinan kaum muslim. Kepemimpinan yang lemah artinya kepemimpinan yang gagal mendayagunakan seluruh potensi sumber daya (alam, manusia, dan ideologi) untuk mencapai tujuan umat. Jadi, pemimpin di sini sudah dalam taraf mendayakan potensi umat, tak lagi bicara soal golongan. Namun yang terjadi saat ini bukanlah itu, melainkan pemimpin kaum Muslimin saat ini hanyalah pemimpin simbolis, primordialistik yang justru semakin memperkuat kelompok, golongan dan aliran.

Dengan demikian dapat ditemukan jawabannya bahwa persoalan Islam (mengapa tidak bisa bangkit) itu ada pada umat Islam sendiri (al Islam mahjubun bil muslimin). Untuk itu, mari kita tengok diri kita sendiri: apakah kita sudah menjadi bagian dalam upaya membaskan segala bentuk persoalan yang menghambat kebangkitan Islam atau justru Anda termasuk dalam bagian persoalan yang mengintai umat Islam?

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru