29 C
Jakarta
spot_img

Menyingkap Rahasia Isra’ Mi’raj: Pesan Moderasi Beragama yang Sering Dilupakan!

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenyingkap Rahasia Isra’ Mi’raj: Pesan Moderasi Beragama yang Sering Dilupakan!
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang dialami Rasulullah SAW, yang menjadi salah satu mukjizat terpenting dalam Islam. Peristiwa ini melibatkan dua perjalanan: Isra’, perjalanan horizontal dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan Mi’raj, perjalanan vertikal dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Kedua perjalanan ini membawa pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan Allah dan sesamanya, serta relevansi konsep moderasi beragama dalam kehidupan umat Islam.

Isra’ digambarkan dalam Surah Al-Isra’ ayat 1, yang menyebutkan perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Perjalanan ini menunjukkan bahwa Islam memiliki keterkaitan erat dengan tradisi agama-agama lain, seperti Yahudi dan Nasrani, yang juga menghormati Masjidil Aqsha sebagai tempat suci. Hal ini mengajarkan pentingnya penghormatan terhadap perbedaan dan keberagaman keyakinan.

Mi’raj, perjalanan menuju Sidratul Muntaha, adalah simbol hubungan vertikal antara manusia dengan Allah. Di sana, Rasulullah SAW menerima perintah shalat, yang menjadi tiang agama dalam Islam. Perjalanan ini mengingatkan bahwa kedekatan spiritual dengan Allah adalah inti kehidupan seorang Muslim, tetapi hal ini tidak boleh mengabaikan tanggung jawab sosial terhadap sesama manusia.

Moderasi beragama dalam Islam sering kali disebut sebagai wasathiyah, atau jalan tengah. Konsep ini tercermin dalam Al-Quran, salah satunya dalam Surah Al-Baqarah ayat 143 yang menyebut umat Islam sebagai ummatan wasathan (umat yang moderat). Moderasi bukan berarti mengurangi prinsip-prinsip agama, melainkan bersikap adil, toleran, dan seimbang dalam menjalankan ajaran Islam. 

Dalam konteks Isra’ Mi’raj, moderasi beragama terlihat dari bagaimana Rasulullah SAW menjembatani hubungan antaragama. Pertemuan beliau dengan nabi-nabi sebelumnya, seperti Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS, menunjukkan penghormatan terhadap para utusan Allah yang membawa risalah kepada umat manusia. Ini menjadi contoh nyata bahwa Islam mengajarkan hidup berdampingan secara damai. 

Peristiwa Isra’ Mi’raj juga memberikan pelajaran tentang pentingnya keseimbangan dalam menjalankan kehidupan. Perjalanan horizontal Rasulullah SAW melambangkan hubungan sosial (hablum minannas), sementara perjalanan vertikal menekankan hubungan dengan Allah (hablum minallah). Moderasi beragama mengajarkan bahwa kedua aspek ini harus berjalan selaras, tanpa mengabaikan salah satu dari keduanya.

Dalam tafsir Al-Quran, moderasi beragama mendapat perhatian khusus karena merupakan ciri khas ajaran Islam. Sebagai contoh, Surah Al-Maidah ayat 8 mengajarkan keadilan bahkan terhadap pihak yang tidak kita sukai. Ayat ini menegaskan bahwa kebencian terhadap kelompok tertentu tidak boleh menghalangi seorang Muslim untuk berlaku adil. Moderasi beragama menuntut sikap objektif dan tidak berlebihan dalam hal apa pun.

BACA JUGA  Mengungkap Tafsir Surah al-Kafirun: Pesan Damai yang Sering Disalahpahami!

Pada zaman Rasulullah SAW, moderasi beragama diterapkan melalui dakwah yang penuh hikmah dan kasih sayang. Rasulullah SAW tidak pernah memaksakan ajaran Islam kepada siapa pun, melainkan menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik. Ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan globalisasi, yang sering kali mempertemukan berbagai agama dan budaya di satu ruang yang sama.

Di era modern, moderasi beragama menjadi semakin relevan. Tantangan berupa ekstremisme dan intoleransi menuntut umat Islam untuk kembali pada nilai-nilai Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa penghormatan terhadap keberagaman adalah bagian dari ajaran Islam yang tidak dapat diabaikan.

Dalam praktiknya, moderasi beragama dapat diterapkan melalui dialog antaragama yang konstruktif. Dialog ini bukan hanya untuk mencari kesamaan, tetapi juga untuk saling memahami perbedaan tanpa perlu saling menyalahkan. Rasulullah SAW sendiri telah memberikan contoh dalam berbagai perjanjian dengan kaum Yahudi dan Nasrani pada masanya.

Selain itu, pendidikan agama yang komprehensif juga menjadi kunci untuk menanamkan moderasi beragama. Tafsir Al-Quran yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kasih sayang dapat menjadi landasan dalam membentuk generasi Muslim yang moderat. Pendidikan ini harus mencakup pengajaran tentang pentingnya menjaga harmoni sosial tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama.

Peran media sosial juga tidak dapat diabaikan dalam menyebarkan moderasi beragama. Generasi muda, khususnya Gen Z, harus didorong untuk menggunakan platform digital sebagai sarana menyampaikan pesan Islam yang damai dan toleran. Narasi yang menolak ekstremisme dan kebencian dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

Isra’ Mi’raj menjadi momentum refleksi bagi umat Islam untuk memahami bahwa agama adalah rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Peristiwa ini tidak hanya meneguhkan keimanan, tetapi juga memberikan panduan dalam menjalani kehidupan yang moderat.

Pada akhirnya, moderasi beragama adalah kunci untuk menciptakan dunia yang damai di tengah keberagaman. Dengan mengambil pelajaran dari Isra’ Mi’raj, umat Islam dapat menjadi teladan dalam menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia. Tafsir Al-Quran memberikan landasan kuat untuk menjadikan moderasi beragama sebagai pedoman hidup yang relevan sepanjang masa.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru