27.2 C
Jakarta

Mencegah Propaganda Barbar Aktivis Khilafah di Tengah Ancaman Inflasi

Artikel Trending

Milenial IslamMencegah Propaganda Barbar Aktivis Khilafah di Tengah Ancaman Inflasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kenaikan BBM mendapat respons luar biasa dari berbagai kalangan. Para mahasiswa melakukan demonstrasi. Para pengamat menganalisis inflasi yang ada di depan mata. Sementara masyarakat umum riuh di media sosial, antara yang pro dan kontra. Mereka yang pro mengatakan, kenaikan BBM harus diterima. Sementara yang kontra menanggapi, itu semua terjadi karena pemerintah gagal menjaga stabilitas ekonomi. Di antara yang kontra ini adalah pegiat narasi khilafah, sang penebar propaganda barbar.

Sebuah Editorial berjudul “Paradoks Negeri Tercinta Setelah 77 Tahun Merdeka” naik di MuslimahNewsNet. Artikel tersebut menyoroti Indonesia yang dianggapnya berada di ambang krisis dan inflasi. Negara ini mereka anggap mati gaya, yaitu pura-pura kuat padahal aslinya tengah menuju keanjlokan. Seperti biasa, Editorial tersebut mengakhiri tulisan dengan menawarkan alternatif ekonomi Islam sebagai pintu menuju kesejahteraan, sembari mengolok NKRI. Begini, kata mereka,

Jika bangsa ini tetap mempertahankan sistem rusak yang ada, yakni sistem sekuler kapitalisme neoliberal, dipastikan bangsa ini akan tetap terjajah dan menjadi bangsa kuli selamanya… Kebangkitan dan kemerdekaan hakiki sejatinya bisa diraih manakala bangsa ini mau kembali mengukuhi ideologi Islam dan menerapkan sistem Islam dalam kehidupan. Ini karena ideologi dan sistem ini memang Allah ciptakan untuk menuntun manusia meraih kemuliaan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hakiki yang didambakan… Betapa tidak? Keberadaan ideologi Islam pada diri umat akan menjadi cahaya di tengah gelap, sekaligus api yang membakar semangat untuk berjuang menggagas perubahan. Ini tersebab Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain-Nya.

Apa yang dimaksud ideologi Islam di situ? Tidak lain adalah khilafah. Jadi menurut mereka, semua yang terjadi di Indonesia adalah dampak sistem sekularisme-kapitalisme-neoliberalisme. Sekuler dalam sistem pemerintahan, kapital dalam ekonomi, dan neoliberal dalam diskursus keberagamaan. Ketiga mereka sinyalir sebagai biang kerok inflasi dan penderitaan NKRI. Lalu mereka mengajak bahwa solusi satu-satunya adalah menerapkan ideologi Islam, yakni negara Islam berasaskan khilafah.

Begitulah propaganda barbar para aktivis khilafah. Mereka, bahkan termasuk yang menulis Editorial tersebut, ikut menikmati subsidi yang disediakan pemerintah tetapi pada saat yang bersamaan mereka mengkritiknya sebagai kapitalisme yang sangat buruk bahkan bertentangan dengan Islam. Inflasi mereka kritik habis-habisan, padahal disadari atau tidak mereka ikut andil jadi penyebab di dalamnya. Kapitalisme selalu jadi propaganda utama mereka untuk mengkhilafahkan Indonesia.

Kapitalisme: Senjata Propaganda

Kapitalisme dianggap sebagai sistem ekonomi ketika aktor swasta memiliki dan mengendalikan properti sesuai dengan kepentingan mereka, dan permintaan dan penawaran secara bebas menetapkan harga di pasar dengan cara yang dapat melayani kepentingan terbaik masyarakat. Fitur penting dari kapitalisme adalah motif untuk membuat keuntungan. Keuntungan yang sangat besar, tentunya, yang kemudian jadi celah kritik atas sistem kapital itu sendiri.

Dalam ekonomi kapitalis, aset modal dapat dimiliki dan dikendalikan secara pribadi, tenaga kerja dibeli dengan upah uang, keuntungan modal diperoleh pemilik swasta, dan harga mengalokasikan modal dan tenaga kerja di antara penggunaan yang bersaing. Prinsip-prinsip tersebut oleh para aktivis khilafah dianggap sangat jauh dari ajaran Islam yang mengutamakan kesejahteraan umat. Sekali lagi, propaganda barbar tersebut tidak lain adalah untuk khilafah, khilafah, dan khilafah selamanya.

BACA JUGA  Kelucuan Pengedar Khilafah dalam Menanggapi Perbedaan Awal Bulan Puasa

Kapitalisme adalah senjata propaganda aktivis khilafah di bidang ekonomi. Sehingga sangat mudah ditandai bahwa jika Indonesia akan menghadapai inflasi, para aktivis khilafah akan bergaung soal bobroknya sistem kapital. Sementara jika Indonesia mengalami krisis keberagamaan, mereka pakai senjata neo-liberalisme. Adapun jika ada korupsi dan krisis politik, mereka akan teriak tentang kebobrokan sekularisme. Terus begitu narasinya hingga hari kiamat.

Khilafah Itu Utopia!

Kenapa hari ini banyak umat Islam yang terjerumus ke dalam ahistorisitas; menganggap Islam berjaya sebab khilafah, dan terindas karena tidak menegakkannya? Tidak lain adalah karena provokasi para pejuang khilafah. Mereka mengasongkan khilafah kepada umat yang dianggapnya tidak paham sejarah. Yang dijanjikan adalah kejayaan, dan yang diinstruksikan adalah perlawanan terhadap pemerintah yang sah karena sistem yang mereka anggap bertentangan dengan Islam.

Para aktivis khilafah bernafsu menguasai politik dan ekonomi dunia, tetapi memakai tameng Islam. Padahal rekam jejaknya tidak terlalu simpatik terhadap Islam. Tetapi apa boleh buat, Islam adalah bungkus paling suci. Melalui tameng ‘Islam’, sesuatu yang bobrok akan terlihat sempurna. Para aktivis khilafah menyadari bahwa umat Islam sangat mudah diprovokasi, sehingga mereka dengan segenap tenaga mempertentangkan Islam, negara, dan sikap umat terhadapnya.

Jurusnya sama saja: kejayaan masa lalu. Umat Islam digiring untuk berpikir, andai umat berada di atas umat lainnya, mereka tidak akan pernah terindas. Kecacatan logika paling besar yang ada dalam otak mereka adalah menganggap “kejayaan” sebagai “ketidaktertindasan”, dan untuk merealisasikannya adalah merombak sistem politik, ekonomi, dan agama. Spirit khilafah tersebut lahir dari ruang konflik, di mana umat Islam merasa tertindas disebabkan kejumudannya sendiri.

Sampai kapan pun, khilafah harus ditentang. Sampai kapan pun, narasi khilafah harus dibungkam. Sampai kapan pun, khilafah tidak boleh tegak, apalagi di Republik ini. Tugas berat kita adalah menyadarkan saudara seiman kita agar tidak bodoh dan tidak mau dibodohi oleh para aktivis pengasong khilafah. Menjadi berjaya tidak harus dengan cara merusak tatanan sistem kepemerintahan. Menjadi tidak tertindas tidak harus dengan cara menindas.

Biarkanlah khilafah menjadi utopia kejayaan para aktivis khilafah. Umat Islam yang cerdas tidak boleh terpengaruh propagandabarbar mereka. Yang diinginkan mereka adalah kekacauan, sehingga delegitimasi pemerintahan berjalan lancar, dan mereka berhasil duduk di tampuk kekuasaan. Para aktivis khilafah memprovokasi dan memanipulasi agar umat Islam merasa tertindas. Mereka hanya ingin mengumpulkan massa demi hasrat politik. Ancaman inflasi adalah celah intrik mereka.

Wallahu A‘lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru