28.4 C
Jakarta
Array

Menangkal Para Pengacau di Media Sosial

Artikel Trending

Menangkal Para Pengacau di Media Sosial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kini, semakin banyak pengacau keamanan dan ketertiban di sekitar kita. Mereka adalah orang-orang yang gemar memprovokasi dan menghasut orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang menciderai nilai-nilai persatuan dan keberagaman. Jumlah kelompok ini memang sedikit, tetapi karena daya militansi mereka yang besar, akhirnya membuat seolah-olah jumlah mereka banyak dan tersebar di berbagai tempat. Menghadapi orang-orang yang menggerogoti kebhinnekaan, kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus melakukan upaya serangan balik yang sistematis dan terkonsep rapi agar dapat mengalahkan para penyebar virus radikalisme ini. Jika tidak, orang-orang yang gemar menyebar permusuhan akan merasa berada di atas angin. Sehingga terus-menerus menyebarkan benih-benih permusuhan. Jika ini terjadi, maka perdamaian dan keharmonisan antar anak bangsa hanya menjadi utopi belaka.

Salah satu ladang subur tempat mereka menanam kebencian adalah di media sosial. Sebuah ironi memang. Media sosial, yang semestinya berfungsi saling merekatkan antar sesama, justru disalahgunakan untuk saling sikut-sikutan. Mereka yang tidak sesuai dengan kelompoknya dianggap sebagai musuh. Hoax diproduksi tanpa henti dan secepat kedipan mata. Akibatnya, timbulah rasa saling curiga antar sesama. Karakteristik media sosial, yang bisa menyembunyikan identitas seseorang, semakin meningkatkan kebrutalan. Siapa saja bisa menghujat tanpa khawatir identitasnya diketahui orang lain. Mereka yang bermental pengecut bahkan bisa terlihat garang dan berani di media sosial. Inilah yang menjadi tantangan kita bersama.

Salah satu upaya untuk mencegah dan menangkal peredaran informasi sampah dan cenderung memecah belah masyarakat adalah turun tangan langsung. Kedzaliman di media sosial harus dihentikan dengan segera. Membiarkannya sama saja membuat kedzaliman terus membesar. Apalagi bagi seorang Muslim, ada kewajiban untuk melawan kemungkaran yang hadir di hadapan. Dari Abu Sa’id al-Khudri, beliau mendengar Rasulullah bersabda “Barangsiapa di kalangan kamu melihat kemungkaran, hendaklah mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan demikian itu adalah selemah-lemah iman” (HR. Muslim). Sementara dalam Surah Al-Imran: 104, Allah berfirman “Hendaklah ada segolongan dari kamu yang menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.”

Jika merujuk hadist dan Quran di atas, maka kaum Muslim harus melawan segala sesuatu yang buruk dan berpotensi membuat kerusakan. Tidak boleh tinggal diam saat melihat informasi-informasi sampah di dunia maya. Minimal di dalam hati terbersit penolakan dan upaya untuk melawan. Tetapi yang paling afdol adalah langsung mengatasi sumber masalahnya. Dan hal ini menjadi keutamaan bagi setiap Muslim. Bukan sekedar tanggung jawab perorangan. Sebab perlawanan yang massif dan menyeluruh akan menghasilkan efek yang dasyat dibandingkan perlawanan yang dilakukan secara sendiri-sendiri.

Dalam ruang lingkup hasutan dan provokasi di media sosial, maka ada beberapa langkah kongkret yang dapat dilakukan oleh seorang Muslim.

Pertama, jika melihat ada hoax yang meresahkan, maka bisa langsung melaporkannya ke pihak-pihak yang berwenang. Seperti mengadukannya ke kominfo (dengan cara screen capture disertai url link dan mengirimkannya ke [email protected]). Atau bisa ke lembaga-lembaga terkait lainnya. Jika melihat berita yang tidak pantas di facebook, bisa juga menggunakan menu ‘laporkan kiriman’. Kemudian memilih opsi “menurut saya ini tidak seharusnya ada di Facebook”. Begitu pun jika melihat informasi yang tidak pantas dan dianggap provokatif di google, twitter, dan instagram. Semua bisa dilaporkan. Jadi kini tidak ada alasan lagi bagi kita untuk terus berdiam diri melihat informasi-informasi yang tidak benar di media sosial.

Kedua, membuat narasi tandingan untuk melawan narasi kebencian dan fitnah. Saat menemukan berita-berita yang tidak layak konsumsi, luangkan waktu untuk mengkritisi dan mengcounternya. Misalnya ada postingan di facebook yang berisi fitnah, maka kita bisa meluruskannya di kolom komenter. Jika semua komentar di postingan tersebut membantah, maka tidak akan ada pihak yang mempercayai postingan tersebut. Sebaliknya, jika dibiarkan begitu saja, maka berpotensi membuat orang lain percaya dan turut membagikannya. Maka, upaya sekecil apapun, untuk melawan narasi radikalisme dan terorisme di dunia maya, akan sangat bermanfaat dan efektif jika dilakukan secara bersama-sama. Sungguh, kita semua memiliki peran besar untuk membuat media sosial menjadi tempat yang beradab.

*Rachmanto, menyelesaikan studi master di Center for Religious and Cross-cultural Studies, Sekolah Pascasarjana UGM.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru