28.1 C
Jakarta

Membaca Aktivisme Gerakan Politik Indonesia

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMembaca Aktivisme Gerakan Politik Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Ideologi dan Gerakan Politik Islam di Indonesia: Dari NU hingga Syiah, Penulis: Ken Miichi, Penerbit: Alif.ID, Tahun: September 2022, Ukuran Buku: 13 x 19 cm, Jumlah: 402 halaman, ISBN: 978-623-94916-9-7, Peresensi: Firmanda Taufiq.

Harakatuna.com – Persoalan gerakan politik Islam di Indonesia mengalami dinamika yang cenderung fluktuatif sesuai dengan situasi dan kondisinya. Hal ini pula yang menjadi salah satu kajian yang diteliti dan dikaji oleh Ken Miichi dalam buku “Ideologi dan Gerakan Politik Islam di Indonesia: Dari NU hingga Syiah”.

Buku ini menarasikan beberapa momentum politik dan kompleksitas situasi yang terjadi, baik dari sisi ideologi, aktivisme gerakan, dan persoalan antara Islam dan politik dalam pemilu, jaringan intelektual Nahdlatul Ulama (NU) hingga kasus Syiah, serta Islamisme mutakhir dalam konstelasi gerakan politik Islam di Indonesia.

Pada bagian awal buku ini mengulas mengenai persoalan NU hingga Syiah. Topik pembahasan diantaranya terkait jaringan kelompok mahasiswa dan intelektual yang berbasis Muslim dan sosialis pada tahun 1960-an. Dalam hal ini, Muslim tradisional telah muncul sebagai pembukaan.

Tokoh penting Muslim tradisional yang menjadi pemimpin intelektual dan mahasiswa yakni Subchan ZE. Pembahasan selanjutnya dalam buku ini juga mengulas bagaimana perkembangan tokoh intelektual dan mahasiswa pada periode awal Orde Baru di masa pemerintahan Soeharto. Salah satu lembaga penting pada periode, yakni Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Selain itu, dua orang muda NU pada tahun 1970-an dan 1980-an yang berpengaruh adalah Abdurrahman Wahid dan Masdar F. Mas’udi. Persoalan mengenai kelompok intelektual yang aktif di Yogyakarta menjadi pembahasan dalam buku ini. Pembahasan terkait jaringan intelektual di Indonesia juga diulas dengan detail oleh Ken Miichi untuk mengurai bagaimana mereka berpartisipasi dan bergerak dalam situasi politik Indonesia sejak tahun 1960 hingga berakhirnya Orde Baru.

Selanjutnya, persoalan mengenai Syiah sebagai kelompok minoritas di Indonesia, tetapi mereka juga bagian dari masyarakat sipil di Indonesia. Jika dilacak dari historisnya, kekerasan yang dilakukan atas kelompok-kelompok minoritas keagamaan di Indonesia menjadi salah satu isu hak asasi manusia yang serius dalam konstelasi politik dan gejala dari demokratisasi sejak tahun 1998 (hlm. 47).

BACA JUGA  Dinamika Zaman dan Sisi Lain Gerakan Radikal

Dalam hal ini, Syiah merupakan kelompok minoritas kedua yang seringkali mendapatkan serangan, setelah Ahmadiyah, di mana Indonesia merupakan mayoritas Sunni. Persoalan ini pun akhirnya bisa diselesaikan dengan adanya upaya relokasi jamaah Syiah dan keterlibatan komunitas kemanusiaan, seperti halnya Gusdurian, aktivis-aktivis NU, LSM-LSM keagamaan pluralis, dan beberapa otoritas keagamaan yang memiliki peran penting dalam upaya rekonsiliasi konflik.

Persoalan terkait Islam dan politik Pemilu juga menjadi pembahasan yang tak kalah menarik. Ken Miichi berupaya menarasikan proses pemilihan umum yang terjadi dalam situasi politik Indonesia yang dinamis pada tahun 1960-an hingga berakhirnya Orde Baru.

Pertautan antara kepentingan politik dan kaitannya dengan Islam juga tidak dapat dinafikan dalam dinamika politik yang mewarnai peta perpolitikan nasional. Lebih lanjut, Islamisme kontemporer juga menjadi bahasan dalam buku ini.

Di dalamnya memuat kasus Islamisme yang terjadi dalam kasus Aksi Bela Islam 212 yang terjadi di Jakarta atas kasus Ahok yang dianggap telah menistakan Islam. Momentum ini juga menjadi salah satu gerakan besar dalam konstelasi politik Islam di Indonesia.

Terakhir, buku ini merupakan salah satu rujukan penting dalam melihat bagaimana gerakan politik Islam di Indonesia sejak tahun 1960-an hingga masa kontemporer. Beberapa fragmen historis memperlihatkan aktivisme gerakan dan jaringan intelektual telah memainkan peran penting dalam konstelasi politik pada masanya.

Dinamika yang terjadi dalam tubuh NU, situasi dan kondisi politik di Indonesia, dan persoalan Syiah, serta gerakan dan ideologi Islamisme telah menjadi diskursus yang terus diperdebatkan dan ditelaah sampai saat ini dalam kajian-kajian akademik.

Firmanda Taufiq
Firmanda Taufiq
Mahasiswa S3 Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Penulis, dan Pengamat Politik Timur Tengah.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru