31.2 C
Jakarta
Array

Memaknai Kisah-Kisah Al-Quran (Bagian-III)

Artikel Trending

Memaknai Kisah-Kisah Al-Quran (Bagian-III)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Al-Quran al-Karim adalah risalah Allah swt bagi seluruh umat manusia. Maka dari itu, kisah-kisah yang terkandung di dalamnya tidak bisa disamakan dengan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab maupun buku yang lain. Kisah-kisah al-Quran mempunyai karakteristik tersendiri yang menggambarkan kandungan nilai tertinggi tanpa ada yang bisa menandinginya. Berikut adalah karakteristik kisah al-Quran, diantaranya:

  1. Kisah kisah dalam Al-Quran bukan khayalan.

Salah seorang akademisi yang telah mempelajari seni-seni kisah dalam kesusastraan berkata bahwa diantara unsur pentingnya suatu kisah adalah khayalan yang bertumpu pada suatu tashawwur (pemikiran atau imajinasi). Semakin tinggi unsur khayalannya maka semakin menarik dan memikat jiwa sebuah kisah. Maka dia membuat suatu analogi antara kisah Al-Quran dengan kisah sastra tersebut. Pendapat ini sangat tidak bisa diterima. Al-Quran adalah kalamullah yang kisah-kisah di dalamnya bukan karya seni yang tunduk pada daya cipta imajinasi dan kreatifitas seni. Kitab itu suci dari penggambaran seni yang tidak peduli dengan realitas sejarah. Semua kisah kisah yang terkandung dalam Al-Quran adalah fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri. Firman Allah swt dalam Surah Al-Kahfi [18]: 13 dengan jelas menyatakan kebenaran hal tersebut.

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالحَقِّ

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenar-benar nya.

  1. Pengulangan kisah kisah dalam Al-Quran.

Al-Quran banyak mengandung kisah-kisah yang diungkapkan secara berulangkali di beberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dan dikemukakan dalam bentuk yang berbeda antara tempat satu yang dengan tempat yang lain. Terkadang ada bagian bagian dari kisah didahulukan, sedangkan di tempat lain diakhirkan. Terkadang secara ringkas dan terkadang pula secara panjang lebar, dan sebagainya. Diantara hikmahnya adalah:

  1. Menjelaskan ke-balaghah-an Al-Quran dalam tingkat yang paling tinggi. Diantara keistimewaan balaghah (sastra) adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu dikemukakan dengan uslub (gaya bahasa) yang berbeda di setiap tempat sehingga tidak membuat orang merasa bosan, bahkan dapat menambah makna-makna baru yang tidak ditemukan di tempat lain.
  2. Menunjukkan kemukjizatan Al-Quran. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat yang salah satu bentuk saja tidak ada yang bisa menandingi.
  3. Pemantapan nilai kandungan sebuah kisah. Terkadang sebuah kisah dipaparkan secara panjang lebar agar lebih mantap dan berkesan dalam jiwa.
  4. Setiap kisah memiliki maksud yang berbeda. Pengulangan kisah diperlukan sesuai dangan kondisi dan tuntutan keadaan.
  5. Penuturan unsur cerita.

Perlu diketahui bahwa dalam seni bercerita memiliki beberapa unsur, yaitu; peristiwa, pelaku, tempat dan waktu kejadian, serta latar belakang timbulnya cerita. Kisah dalam al-Quran memiliki unsur-unsur cerita yang sedikit berbeda dengan unsur seni bercerita diatas. Diantaranya yaitu; peristiwa, waktu, tempat, tokoh, dan dialog.

Cerita dalam al-Quran memiliki karakter tersendiri dibanding cerita-cerita lainnya. Cara penuturannya ada yang ditunjukkan nama tempat dan tokoh pelakunya serta gambaran peristiwanya, seperti kisah Musa as dan Firaun (QS. Thaha [20]:78). Kadangkala kisah hanya disebut peristiwanya tanpa ditunjukkan tempat dan pelakunya. Ini karena kisah dalam al-Quran dimaksudkan untuk menarik pelajaran darinya, bukan untuk mengurai sejarah kejadiannya.

Al-Quran dengan sistematis menyebutkan tokoh secara bervariasi. Pada kisah Nabi Musa as tokoh Firaun yang sebagai musuh utama secara tegas disebutkan berkali-kali. Lain halnya dengan kisah Nabi Musa dengan seorang hamba yang saleh, dan lain sebagainya. Ini bermaksud untuk mempekuat pesan dan ibrah yang bisa diambil dari karakter dan perilaku para tokoh tersebut.

Tidak semua cerita yang ditulis oleh manusia memiliki nilai dan pesan yang baik bagi pembacanya. Terkadang sebagian cerita membuat orang tak mengenal arah dan menjauhkannya dari nilai-nilai moralitas. Berbeda dengan kisah al-Quran yang memiliki segudang hikmah, nilai-nilai positif dan pelajaran berharga yang bisa dipetik.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru