32 C
Jakarta

Memahami Kemerdekaan yang Sesungguhnya

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMemahami Kemerdekaan yang Sesungguhnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. sekarang bangsa Indonesia akan memasuki bulan kemerdekaan yaitu bulan Agustus. Disebut bulan kemerdekaan karena Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang pada bulan Agustus 1945. Sebagai bentuk mengenang hari kemerdekaan maka bangsa Indonesia menyambut bulan ini dengan sukacita. Ada banyak kegiatan yang dilakukan pada bulan ini untuk kegiatan dan bersifat edukatif maupun olahraga.

Apapun kegiatan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mengapresiasi kemerdekaan tentu itu adalah sesuatu yang sangat baik dan positif. Karena jika bangsa ini tidak bisa memberikan sesuatu yang baik kepada negeri ini maka satu-satunya langkah adalah diam bukan membuat kerusuhan dan keonaran sehingga negeri ini menjadi runtuh. Jika bangsa itu memiliki pandangan yang positif untuk lebih memajukan bangsa ini maka merealisasikan pandangan tersebut adalah sesuatu yang sangat baik untuk mengembangkan negeri ini.

Menyambut hari kemerdekaan di Indonesia kita hendaknya tidak hanya memahami kemerdekaan itu secara fisik saja yaitu terbebas dari penjajahan Jepang dan Belanda. Tetapi kita hendaknya memahami kemerdekaan ini sebagai kebebasan dalam berpolitik, bersosial, dan spiritual. Kemerdekaan dalam berpolitik ditekankan bukan hanya sebatas pemerintah saja melainkan bagaimana kita bertanggung jawab sebagai pemimpin. Tanggung jawab itu hendaknya dilaksanakan dengan memberikan kebebasan kepada siapapun untuk berpendapat dan menentukan keyakinannya.

Kebebasan dalam berpolitik ini sejatinya sudah dilakukan di Indonesia sebagai negara kebhinekaan. Buktinya di Indonesia banyak agama yang berbeda-beda mulai dari agama Islam sampai agama Khonghucu. Perbedaan agama di sini bukanlah sesuatu yang negatif sehingga harus ditolak melainkan perbedaan ini adalah sesuatu yang positif sehingga harus diterima dengan lapang dada. Karena perbedaan agama itu sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalau kita menanyakan kepada semua pemeluk agama yang ada di Indonesia tentang keesaan Tuhan maka mereka akan menjawab bahwa Tuhan mereka adalah satu. Jadi tidak ada masalah dalam keyakinan dan keberagaman mereka.

Kemerdekaan dalam bersosial menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat. Kesetaraan dan keadilan di sini tidak boleh ditentukan oleh gender melainkan semua laki-laki dan perempuan memiliki hak untuk diperlakukan setara dan adil. Karena manusia diciptakan oleh Allah dengan setara. Sedangkan yang membedakan hanyalah ketaqwaan di antara mereka jadi siapapun yang ketakwaannya paling baik maka dialah yang mendapat predikat paling tinggi di sisi Allah.

BACA JUGA  Politik Dinasti Jokowi, Apakah Dibenarkan oleh Agama?

Keadilan dan kesetaraan dalam bersosial menjadi penting untuk ditegakkan karena dia Kenapa dengan pesan Alquran yang disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 13 bahwa manusia itu laki-laki maupun perempuan diciptakan secara berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan tujuan saling mengenal satu sama lain. Tujuan perkenalan di sini merupakan indikasi kepada kita bahwa keadilan dan kesetaraan hendaknya diberikan kepada siapapun selagi ia masih disebut sebagai manusia.

Kemudian kemerdekaan spiritual ditekankan pada kebebasan batin seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhannya. Maksudnya bangsa ini diberikan kebebasan untuk memilih keyakinannya sendiri tanpa dijejali dengan keyakinan pihak tertentu. Ini yang dimaksud dengan kebebasan beragama. Kebebasan beragama di sini sejalan dengan pesan Alquran surat al-Baqarah ayat 256, bahwa tidak ada paksaan dalam agama karena sejatinya kebenaran itu sudah jelas.

Bukti ditegakkannya kebebasan spiritual adalah sejauh mana kita menghargai keyakinan dan agama orang lain. Kita tidak perlu menjelekkan dan merendahkan keyakinan orang lain Sebab berbeda dengan keyakinan kita karena mereka memiliki kemerdekaan untuk menentukan keyakinannya sendiri. Kebebasan spiritual ini dapat dilihat dari cara Nabi menyikapi umatnya yang berbeda agama dengan mengatakan: ”Agamamu agamamu agamaku agamaku.”

Sebagai penutup dalam menyambut kemerdekaan hendaknya kita memahami kemerdekaan bukan hanya sebatas kebebasan diri ini dari penjajahan Belanda dan Jepang tetapi kemerdekaan itu juga ditetapkan pada kebebasan berpolitik, bersosial dan spiritual. Dengan kemerdekaan 3 dimensi tersebut Maka manusia sudah meraih kemerdekaan yang sesungguhnya karena Yang Merdeka bukan hanya fisiknya tapi juga jiwa dan pikirannya. Selamat kita mengenang kemerdekaan. Semoga kita benar-benar menjadi manusia yang merdeka![] Shallallahu ala Muhammad

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru