29.2 C
Jakarta

Lebaran Ketupat: Merawat Tradisi dan Ketaatan Pasca Idulfitri

Artikel Trending

KhazanahTelaahLebaran Ketupat: Merawat Tradisi dan Ketaatan Pasca Idulfitri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com Tujuh hari setelah perayaan Hari Raya Idulfitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal, sebagian masyarakat, khususnya masyarakat Jawa merayakan Lebaran ketupat. Lebaran ini diperingati dengan memakan ketupat sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt. setelah melaksanakan ibadah puasa selama 1 bulan.

Perayaan Lebaran ketupat ini sebenarnya memiliki makna magis tersendiri bagi masyarakat Jawa. Seperti yang kita ketahui bahwa, masyarakat Jawa merasa bahwa, komunikasi dengan orang yang sudah meninggal harus terus dilaksanakan dengan beberapa perayaan, seperti membuat ketupat, kenduri atau menggantungkan ketupat di rumah atau di pintu. Cara itu adalah bagian dari upaya penghormatan kepada orang yang sudah hidup dalam dimensi yang lain (meninggal).

Selain itu, masyarakat Jawa juga meyakini bahwa, segala tindakan yang kita lakukan berhubungan erat dengan suasana hati yang ada. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan dengan senang hati, tidak dengan rasa terpaksa atau emosi, maka hasilnya akan baik. Begitu pula sebaliknya. Atas dasar ini, upaya yang perlu dilakukan oleh setiap manusia selalu menyucikan hati dari rasa gelisah, resah, sakit hati, atau pun rasa tidak senang. Sebab akan berpengaruh buruk terhadap sesuatu yang dihasilkan. Maka dari itu, Lebaran ketupat menjadi salah satu komunikasi batin manusia dengan diri sendiri dengan alasan agar kondisi hati selalu senang, ketika melakukan sesuatu.

Perayaan semacam ini, bukan menjadi bentuk pengkhianatan kepada Tuhan atau perilaku syirik. Tradisi melestarikan warisan nenek moyang sebagai bagian dari kehidupan yang baik, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam, tidak perlu ada masalah. Jadi, merayakan Lebaran ketupat tidak perlu dianggap bid’ah, apalagi dianggap syirik hanya karena keyakinan yang ada dalam diri masyarakat. Cara masyarakat merawat tradisi yang sudah ada sejak masa silam, justru perlu kita pelajari untuk dirawat dan diteruskan oleh generasi selanjutnya.

BACA JUGA  Melihat Gerakan Perempuan Akar Rumput dalam Upaya Pencegahan Radikalisme

Merawat Persatuan dan Perdamaian

Sementara itu, perayaan Lebaran ketupat ini lebih dari merawat tradisi yang dilanggengkan oleh masyarakat. Acara makan bersama, yang biasa dilakukan oleh masyarakat ketika Lebaran ketupat, adalah bentuk persatuan yang tidak bisa dibayar dengan materi apa pun. Selain itu, pelaksanaan Ramadan tahun ini cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena masyarakat dihadapkan dengan pesta politik, yakni Pemilu tahun 2024. Pastinya, ada banyak kejadian yang berpotensi memecah belah karena perbedaan pandangan, pilihan serta argumen setiap kelompok.

Oleh karena itu, pasca pelaksanaan Pemilu 2024, kemudian dihadapkan dengan Ramadan dan dilanjutkan Hari Raya Idulfitri, menjadi momentum yang sangat sakral untuk mengembalikan benang-benang hubungan yang hampir putus akibat perbedaan pilihan dalam Pemilu kemarin. Perayaan Lebaran ketupat ini juga menjadi bagian dari puncak penguatan soliditas dan solidaritas antar masyarakat. Sebab dalam momentum ini tidak hanya sekedar makan ketupat saja, akan tetapi juga makna yang cukup dalam yakni persatuan masyarakat.

Ketaatan pasca Idulfitri perlu terus dirawat oleh kita sebagai umat Muslim. Tentu, ketaatan yang dimaksud tidak hanya bermakna dalam hubungan vertikal, manusia dengan Allah Swt., akan tetapi juga ketaatan sosial. Lebaran ketupat ini bisa juga diartikan sebagai upaya meningkatkan ketaatan sosial karena di dalamnya terdapat praktik, saling berbagi makanan ketupat kepada tetangga, dan makan ketupat bersama dengan tetangga yang lain.

Ketaatan sosial ini perlu terus dirawat dengan kesadaran saling menghargai atas perbedaan yang ada. Dengan kesadaran ini, setiap diri kita akan terus menghargai hal kecil yang berhubungan dengan manusia. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru