32.5 C
Jakarta

KPP Lakukan Campaign Perdamaian Melalui Film

Artikel Trending

AkhbarNasionalKPP Lakukan Campaign Perdamaian Melalui Film
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) merupakan sebuah wirausaha sosial yang didirikan oleh pegiat anti terorisme dan radikalisme, Noor Huda Ismail. Untuk mengajak kalangan milenial KPP mencoba mengampayekan toleransi melalui film “Ahmadiyah’s Dilemma” dan “Puan Hayati: Threads of Faith“.

“Film ini bertujuan untuk awareness campaign atau membangun kesadaran publik agar bisa menerima aliran keyakinan lain yang secara sosiologis bagian dari negara yang harus dilindungi,” kata Noor Huda dikutip dari siaran pers di Jakarta pada Sabtu (02/03). 

Dua film tersebut dibedah di Universitas Pamulang Kampus Viktor di Tangerang Selatan, Banten dengan menghadirkan pembicara Noor Huda Ismail, rapper yang juga penganut Ahmadiyah Malik Ros, Dwi Setiyani Utami, Nata Hening Graita Prameswari, dan penganut aliran kepercayaan Puan Hayati. 

“Ahmadiyah’s Dilemma” menjelajahi lebih dalam perjuangan yang dihadapi oleh pengikut Ahmadiyah. Sedangkan dalam Film Puan Hayati: Threads of Faith, Dwi Utami dan Nata Hening menjelaskan tentang seberapa besar komitmen pada keyakinan Puan Hayati di Jawa Tengah.

“Sebuah film dapat mengajari manusia untuk saling bertoleransi walaupun memiliki latar belakang agama yang berbeda,” ujar Noor Huda yang sekaligus menjadi sutradara kedua film itu.

BACA JUGA  Sembilan Napiter di Surabaya Ikrar Setia kepada NKRI

Dia pun menilai film ini dapat mengajarkan sesama manusia untuk memanusiakan manusia melalui toleransi, terlebih kalangan milenial hari ini yang kebanyakan dari mereka suka nonton film bareng. Pihaknya pun menjelaskan bahwa dengan toleransi yang tinggi, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih besar karena keberagamannya.

Di kesempatan yang sama, Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Andy Yentriyani turut hadir dalam acara tersebut. Pihaknya menilai masyarakat masih belum teredukasi dengan baik akan banyaknya perbedaan.

“Hal ini yang membuat rasa toleransi di tengah masyarakat menjadi rendah sehingga sikap intimidatif terhadap sesuatu yang berbeda semakin tinggi,” ujarnya.

Dia pun mengaitkan hal tersebut terhadap posisi perempuan yang kerap menjadi target intimidasi dan kekerasan. Dengan adanya dua film ini, Andy berharap perbedaan yang berujung sikap dan tindakan intimidatif dapat berkurang di tengah masyarakat.

“Karena hidup berdampingan sangat penting. Dari peristiwa intoleransi pasti ada perempuan yang jadi korbannya, dengan persoalan yang dia harus hadapi, langsung pada dampak peristiwa itu,” kata Andy.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru