33.5 C
Jakarta

Kikis Tuntas Terorisme di Lembaga Negara

Artikel Trending

Milenial IslamKikis Tuntas Terorisme di Lembaga Negara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Polisi telah mengungkap jejaring jual-beli senjata api ilegal di Sumedang-Garut Jawa Barat. Ternyata kini terungkap, tersangka teroris karyawan PT KAI berinisial DE juga beli senjata dari jejaring Sumedang-Garut itu.

Diketahui, DE yang ditangkap Densus 88 di Bekasi pada 14 Agustus lalu itu sebenarnya punya banyak senjata api dan amunisi. Salah satu dari sekian banyak senjata DE itulah yang juga termasuk senjata hasil pembelian dari R. 

Teroris Terbiarkan?

Namun, apakah benar, DE adalah teroris dan senjata tersebut berkaitan dengan adanya aksi teror? Banyak analisis yang mengatakan bahwa DE adalah termasuk radar teroris.

DE ternyata berlatar belakang pegawai badan usaha milik negara (BUMN), karyawan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Banyak pihak menyebutkan bahwa seorang pegawai BUMN seharusnya memiliki akhlak amanah, kompeten, harmonis, dan loyal kepada lembaga, bangsa dan negara karena bekerja di perusahaan pelat merah.

Namun, DE sebaliknya. Ia malah memilih loyal terhadap kelompok yang memusuhi negara. DE ternyata sudah berbaiat ke Islamic State (IS), bukan lagi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Teroris DE menjalin hubungan dengan teroris tidak hanya ingin melakukan aksi bom atau amaliyah semata. Namun ia juga ternyata ingin membebaskan para napi terorisme yang berada di Mako Brimob.

Motifnya

Tak banyak tahu mengapa ia berpikiran jauh seperti itu. Namun yang pasti, itu dilakukan bukan hanya dalam persoalan dan bersandar pada narasi agama. Melainkan sudah melebihi dari para teroris-teroris lainnya, yaitu hanya melakukan aksi teror berdasarkan pengamanan aksi-aksi heroik kemanusiaan.

Maka itu, DE telah mempersiapkan berbagai amunisi. Polisi menemukan sejumlah barang bukti ikut diamankan, yaitu sejumlah identitas diri, ribuan butir amunisi, dan belasan senjata api baik pabrikan maupun rakitan. Semua ini ia kumpulkan untuk melakukan aksi heroik kemanusiaan tersebut atau pengaman teman-teman sesama teorisnya.

Bahkan, dia termasuk orang yang sangat intens melakukan propaganda terorisme di media sosial. “Tiga minggu ke belakang puncaknya yang bersangkutan terlihat ghiroh-nya semakin tinggi dengan menyebarkan ajakan atau imbauan untuk amaliyah atau aksi terorisme sehingga pesan-pesan itu disebarkan secara privat menggunakan timer,” kata juru bicara Densus 88 Antiteror Kombes Aswin Siregar dalam jumpa pers di Mabes Polri. Fakta lainnya ialah DE telah berbaiat kepada amir Islamic State pada 2014.

BACA JUGA  Iran: Antara Stigmatisasi Syiah dan Tersingkapnya Topeng Kemunafikan Wahabi

Banyak Terlibat?

Apakah banyak orang yang telah kepincut hatinya atas aksi propaganda terorisme DE di media sosial? Jawabannya belum diketahui. Namun yang pasti, pemerintah harus cepat bersedia memberantas kejahatan terorisme di lingkungan perusahaan dengan terus mengingatkan seluruh jajaran mengenai integritas dan nasionalisme, serta melakukan peningkatan pengawasan.

Jika tidak, maka akan terlalu banyak orang-orang yang bekerja di bawah naungan negara malah menjadi pemasok barang-barang untuk aksi terorisme. Bahkan bisa jadi ASN adalah orang pertama yang akan berjejaring dan melakukan aksi teror terhadap masyarakat Indonesia.

Jangan sampai kejadian DE terjadi kembali, di mana ia ternyata sudah sembilan tahun tidak terdeteksi kalau sudah berbaiat ke amir Islamic State. Ini artinya, negara sudah kecolongan betul terhadap para teroris yang mencoba masuk dari dalam.

Bisa dibayangkan begitu mengerikan bilamana, orang-orang seperti DE melakukan amaliyah di sebuah stasiun atau di dalam kereta (bukan di kantor Brimob). Jelas itu akan menjadi sejarah yang mengenaskan sekaligus tragis.

Kikis Tuntas

Sekarang, sudah saatnya, negara dan pihak terkait melakukan peningkatan pengawasan. Surat Keputusan Bersama (SKB) Penanganan Radikalisme Aparatur Sipil Negara (ASN), yang ditandatangani oleh 11 kementerian dan lembaga di Jakarta pada 12 November 2019 perlu ditindaklanjuti secara serius. Jangan sampai ia hanya menghabiskan tinta dan kertas yang didanai APBN.

Dengan kecolongannya pegawai BUMN dan beberapa ASN negara menjadi teroris, itu menjadi cambuk tersendiri bagi masyarakat dan lembaga pemberantas radikalisme dan terorisme di Indonesia. Dan sudah saatnya kini membenahi diri untuk serius membersihkan radikalisme-terorisme dari bumi Indonesia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru