29.1 C
Jakarta
Array

Imam Besar Masjid Istiqlal Jelaskan Makna Jihad yang Sesungguhnya

Artikel Trending

Imam Besar Masjid Istiqlal Jelaskan Makna Jihad yang Sesungguhnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com, Jakarta – Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar menjelaskan tentang makna jihad yang sesungguhnya. Menurutnya, jihad yang sejati adalah jihad yang mampu memberikan ketenangan dan kedamaian kepada seluruh umat manusia.

Prof Nasar, sapaan Prof Dr Nasaruddin Umar, menyampaikan pernyataan tersebut saat ditemui tim Harakatuna.com di sekretariat Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (1/06). Dia menjelaskan bahwa jika terdapat praktik jihad namun hanya menyebabkan kerusuhan dan kematian, maka itu bukan lah jihad yang sejati.

“Jihad yang sejati dalam islam adalah menciptakan ketenangan. Bukan melahirkan ketegangan. Jihad yang sejati itu adalah mengangkat martabat kemanusiaan, bukan menjatuhkan martabat kemanusiaan. Jihad yang sejati itu adalah menghidupkan orang, bukan mematikan orang. Itu jihad yang saya pahami,” terang Prof Nasar.

Prof Nasar juga menegaskan bahwa jika ada jihad yang menyebabkan banyak kematian, itu bukan jihad. Jihad yang paling besar itu adalah jihad melawan dirinya sendiri.

“Maka dari itu, hati-hati menggunakan bahasa agama. Agama itu seperti tenaga nuklir. Nuklir bisa menjadi pembangkit listrik yang sangat kuat, tetapi juga bisa menjadi senjata yang bisa menyebabkan kehancuran,” tegasnya.

Prof Nasar juga mengajak seluruh masyarakat supaya di bulan Ramadan ini dapat memperbanyak bersyukur, terutama karena sudah bisa hidup di Negara berpenduduk muslim dengan sistem demokrasi yang sangat baik jika dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk muslim lainnya.

“Kita harus bersyukur, karena setiap warga Negara itu punya hak untuk mengaktualisasikan kepentingan dan keinginan-keinginan individu. Bandingkan dengan Negara-negara kerajaan yang lain, di tempat yang lain, seolah-olah nasib mereka itu ditentukan oleh segelintir orang. Nasib masa depan negerinya ditentukan oleh segelintir orang. Jangan bermimpi menjadi pemimpin karena bukan berasal dari darah biru kan,”

Prof Nasar juga menegaskan bahwa Indonesia tidak mengenal darah biru. Siapapun warga Negara itu punya hak untuk menjadi pemimpin di negerinya sendiri. “Nah ini hal yang sangat mahal. Jadi memperjuangkan sebuah Negara demokrasi itu sungguh luar biasa,” jelasnya.

“Kita bersyukur kita bukan Negara kerajaan. Kalaupun mutlak mayoritas islam di Indonesia, itu juga tidak bisa menjadi Negara agama,” pungkas Prof Nasar.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru