30.8 C
Jakarta

Idulfitri Tidak Butuh Khilafah

Artikel Trending

KhazanahTelaahIdulfitri Tidak Butuh Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Hari ini kita merayakan Hari Idulfitri yang kita sebut sebagai hari kemenangan. Kemeriahan, kesenangan dan kebahagiaan meliputi semua umat Muslim yang merayakannya. Momen ini menjadi momen silaturrahim antar keluarga, saling mengunjungi sanak saudara dan menjadi momen yang sangat membahagiakan karena bisa berkumpul bersama keluarga.

Seperti yang kita ketahui, pemerintah menetapkan Hari Idulfitri 1444 Hijriah pada Sabtu, 22 April 2022. Keputusan tersebut berdasarkan pantauan hilal di sejumlah wilayah Indonesia, di mana tinggi hilal di 123 titik pengamatan berada di atas ufuk dengan ketinggian antara 0 derajat 45 menit sampai 2 derajat 21,6 menit. Dengan sudut elongasi antara 1 derajat 28,2 menit sampai dengan 3 derajat 5,4 menit.

Ketetapan ini membuat perdebatan netizen di media sosial karena perbedaan dengan kelompok masyarakat Muslim yang lain. Debat kusir yang terjadi di media sosial, justru menjadi salah satu duduk perkara yang seharusnya bisa menjadi refleksi bagi kita semua sebagai umat Muslim. Hari Idulfitri adalah momentum untuk kita saling memaafkan. Melihat perbedaan dengan dewasa tanpa mempertanyakan eksistensi diri dengan merasa paling salah ataupun paling benar di antara yang lain.

Mari Jadikan Idulfitri sebagai Ruang Pemersatu Bangsa

Perbedaan penetapan Hari Idulfitri sebetulnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara lain juga memiliki perbedaan lantaran hasil pengamatan hilal yang berbeda. Di Arab Saudi, misalnya. Negara tersebut menetapkan Hari Idulfitri pada Jumat, 21 April 2023. Sedangkan Brunei Darussalam, Jepang, Australia, Malaysia merayakan Idulfitri pada Sabtu, 22 April 2023.

Sementara itu, perbedaan yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa, beragamnya pemahaman keberagamaan masyarakat Muslim Indonesia yang mencerminkan kehidupan majemuk. Ruang perbedaan yang selama ini menjadi ciri khas Indonesia, semestinya menjadi kekayaan dan kebangaan tersendiri. Sehingga, debat kusir yang disertai dengan komentar negatif, saling menyalahkan satu sama lain yang dilakukan di media sosial, akan menjadi bibit dari perpecahan keutuhan bangsa Indonesia.

Hari Idulfitri adalah ruang pemersatu bangsa yang kita maknai dengan sangat kompleks. Ini adalah negara Indonesia yang di dalamnya terdiri dari berbagai suku, agama, bahkan ormas dengan keberagamaan yang berbeda-beda. Pancasila sebagai ideologi negara, tidak hanya menjadi simbol dan pengingat kita semata. Akan tetapi terpatri dalam diri dengan menyikapi segala bentuk perbedaan keberagamaan dengan cukup dewasa.

BACA JUGA  Melihat Fenomena Takut Menikah, Benarkah Akibat dari Sistem Liberal?

Benarkan Idulfitri Butuh Khilafah?

Hal yang masih menjadi kegelisahan dalam perayaan Hari Idulfitri, benarkah perayaan Idulfitri membutuhkan khilafah? Khilafah yang dimaksud adalah pemerintahan Islam yang selalu dikampanyekan oleh aktivis khilafah. Idulfitri adalah perayaan bagi semua umat Muslim. Tentu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Islam. Namun, para aktivis khilafah mengklaim bahwa ketiadaan khilafah membuat para umat Muslim sengsara, seperti dalam kasus Suriah, Palestina, Pakistan, Irak, Myanmar.

Tidak hanya itu, kebahagiaan umat Muslim merayakan Idulfitri tanpa khilafah tidak sempurna karena terus diserang dengan ide-ide Barat seperti sekularisme, liberalisme, dll. Umat Muslim tertindas dengan sistem yang tidak berlandaskan dengan Islam, sekalipun merayakan Hari Idulfitri dengan berbagai perayaan.

Benarkah klaim tersebut mewakili suara umat Muslim?

Seperti yang kita ketahui bahwa, aktivis khilafah kerapkali menyoroti tentang kesedihan dan kepedihan yang dialami oleh umat Muslim dengan menyalahkan latar belakang agama suatu kelompok, untuk memainkan emosi umat Muslim. Padahal, perayaan Idulfitri tidak ada hubungannya dengan masalah di atas.

Kedewasaan umat Muslim di Indonesia sangat perlu untuk menyikapi narasi di atas. Sebab hal ini akan berpengaruh terhadap sikap keberagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk terus memperkokoh persatuan dan kesatuan. Selama ini, para aktivis khilafah terus menggerogoti informasi yang berkenaan dengan kepedihan umat Muslim di negara lain yang dijajah oleh umat non muslim dengan ketiadaan sistem pemerintahan Islam.

Mereka terus menyusupi dengan berbagai narasi dengan maksud politis, yakni mendirikan negara Islam. Padahal, merayakan Hari Idulfitri tidak melulu tentang membutuhkan khilafah. Umat Muslim di Indonesia tetap menjadikan Hari Idufitri sebagai ruang mempererat hubungan dengan sesama Muslim, sebangsa dan tanah air dengan silaturrahim, sebagaimana terdapat dalam nilai Pancasila. Indonesia tidak butuh khilafah. Selamat Hari Idulfitri 1444 Hijriah semua saudara-saudara umat Muslim sebangsa dan tanah air. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru