28.4 C
Jakarta

Idul Fitri, Memperkuat Kohesi Sosial dan Penyucian Diri

Artikel Trending

Milenial IslamIdul Fitri, Memperkuat Kohesi Sosial dan Penyucian Diri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ibadah puasa sudah sebulan penuh. Dan kita hari ini merayakan Idulfitri. Selama berpuasa, tentu kita berharap berhasil mencapai puncak tujuan takwa sesuai surah Al-Baqarah ayat 183. Dan dengan merayakan Idulfitri, kita bisa kembali kepada fitrah, pada kesucian sebagai manusia (Al-Rum: 30).

Idulfitri adalah kembalinya seseorang kepada keadaan suci atau keterbebasan dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan sehingga berada dalam kesucian atau fitrah. Dengan bertemunya Idulfitri, kembalinya ke fitrah manusia, menemukan fitrahnya, dapat mengantarkan pribadi, bangsa, negara meraih kemenangan.

Relevansi Puasa dan Idulfitri

Apa yang tersisa dalam kehidupan kita dan nilai-nilai Ramadan, atau apa yang perlu ditinggalkan dan diperjuangkan untuk kehidupan ke depan?

Pertanyaan ini penting diajukan sebagaimana ajaran Nabi bahwa ibadah apa pun itu, tak terkecuali ibadah sunah dan wajib harus selalu ihtisaban, penuh perhitungan dan refleksi kritis. Tujuannya jelas, untuk menambah kehati-hatian dan kedalaman dalam beribadah. Dalam konteks itu, makna ibadah puasa dan Idulfitri sangat relevan.

Idulfitri dan nilai ibadah puasa untuk melatih kesabaran jasmani dan rohani dan mematikan nasfu angkara murka. Idulfitri untuk memperkuat kembali hubungan prosesi religio-sosial agar terbangun hubungan tidak hanya kepada Tuhan (habl min Allah), tetapi sekaligus pada manusia (habl min al-nas) dan alam.

Ketika puasa dan Idulfitri selesai ditunaikan, pencapaian spiritual dihadapkan pada tantangan baru: pengendalian nafsu terhadap kesombongan, keserakahan, dan harta yang haram dan hal-hal lainnya. Maka, pemaafan dan permintamaafan kepada Tuhan, individu, masyarakat, alam, sangat penting dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Berjanji tidak akan mengulangi kemungkaran kembali agar bisa memperbaharui kehidupan yang nyaman-harmonis antara manusia dan alam.

Pemaafan dan Permintamaafan

Pemaafan dan permintamaafan bukan sekadar aktualisasi sikap moral tinggi yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan tujuan yang mulia, yaitu islah (perbaikan) yang mencakup semua makhluk Tuhan. Pemaafan menunjukkan bahwa kita memiliki sikap kesiapan untuk menerima dan mau kembali hidup berdampingan secara damai. Sebab, bagaimanapun manusia punya titik lemah dan salah.

Karena, pemaafan dalam Islam mempunyai arti universal, yaitu apa yang disebut dengan muhasabah. Saling maaf-memaafkan, saling menghitung dan menimbang peristiwa-peristiwa kelam yang telah melukai banyak orang dan berjanji tidak mengulanginya kembali. Melalui muhasabah, kita dapat introspeksi diri serta dapat saling memaafkan dengan tulus satu sama lain dan dapat menemukan kembali tenaga batin yang mengantarkan pada kesucian pribadi dan publik.

Upaya penyucian tentu harus menyentuh kepada simpul terlemah, yang menjadi pangkal kezaliman, kebodohan dan kebohongan. Sebab, seperti yang diajarkan Nabi, pertobatan pada hal-hal negatif bisa dimaafkan sejauh tidak melakukan kebohongan kembali. Pada titik inilah krisis kita berkehidupan.

BACA JUGA  Guyub Politik: Manifesting Nasionalisme yang Harus Diteladani

Seperti Embun Bening

Untuk itu, kembalinya kita ke fitrah diharapakan serta dimaksudkan untuk dapat mendapatkan tiket pada kepulangan ke fitrah kesejatian, yakni kemurnian asal sebagai manusia. Untuk mendapatkan itu, sebagaimana anjuran agama, manusia harus bertobat nasuhah, bertobat secara total/kolektif, dan beramal dengan ikhlas agar bisa kembali kepada apa yang disebut sebagai kembali ke akar, kembali seperti embun bening.

Ketulusan beramal adalah rahasia Tuhan dan manusia. Dan keikhlasan beramal dan memaafkan adalah inti dari keberagamaan. Tapi yang kita andalkan bukan amal kebaikan, melainkan rahmat dan kasih sayang Tuhan setelah beramal-memaafkan sekuat kemampuan.

Dalam menempatkan ibadah puasa dan Idulfitri, yang kita andalkan adalah pengampunan-Nya, bukan keadilan-Nya. Karena rahmat-Nya mengalahkan amarah-Nya, dan pengampunan-Nya lebih luas daripada dosa-dosa hamba-Nya.

Maka dari itu, untuk membuktikan bahwa Idulfitri adalah hari kemenangan dan Islam adalah rahmatan lil alamin, setiap Muslim mesti bisa berdamai (memaafkan) dengan dirinya sendiri dan orang lain, tanpa dikuasai kemarahan dan kebencian. Hanya dengan memaafkan pihak masing-masing, fitrahrahmatan lil alamin dapat tercipta.

Pemaafan yang telah menjadi bagian integral perayaan Idulfitri, seyogyanya tidak hanya sekadar berjabat tangan, tapi hendaknya dijadikan sebagai momentum perwujudan kedamaian, ukhuwah, dan asketisme (kezuhudan), serta kebhinnekaan.

Memperkuat Kohesi Sosial

Dalam konteks sosial negara-bangsa, kita harus memperkuat kohesi sosial dan mengaktualisasikan kesalehan sosial. Misalnya dengan cara meminta maaf kepada publik atas kesalahan privat, memberlakukan kebijakan yang pro-rakyat, memberlakukan kebijakan yang pro-keadilan yang betul-betul berkebangsaan, dan penyaluran filantropi yang inklusif.

Dalam konteks ini, kebijakan tidak hanya disalurkan kepada sesama Muslim, tetapi ke non-Muslim yang lebih membutuhkan. Tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi di luar negeri, seperti bangsa Palestina. Dengan begitu, hari kemanangan Idulfitri bukan hanya dirasakan umat Muslim, tapi juga umat keseluruhan.

Kendati, tanpa kesalehan internal, tidak mungkin ada kedamaian dan kesalehan sosial-eksternal. Maka dari itu, dalam berkahnya Idulfitri kali ini, kita harus seimbang memandang ke dalam bukan melulu ke luar, atau sebaliknya.

Dengan begitu, ibadah puasa dan Idulfitri dapat lebih fungsional bagi semua aspek kehidupan umat. Dari sini, barulah kita bisa merayakan Idulfitri bukan sekadar kerutinan melainkan protektif, produktif dan developmental. Dapat meningkatkan kualitas keimanan, keindonesiaan dan kemanusiaan. Semoga kita bisa silaturahmi dengan baik, meski secara virtual. Selamat Idulfitri 1445 H. Mohon maaf lahir batin. Taqoballahu minna wa minkum

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru