27.2 C
Jakarta

Hari Nyepi: Mendekat Pada Tuhan, Kita Semua Belajar Meningkatkan Sikap Toleransi

Artikel Trending

KhazanahTelaahHari Nyepi: Mendekat Pada Tuhan, Kita Semua Belajar Meningkatkan Sikap Toleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Diantara pelbagai agama yang diakui di Indonesia, ada banyak sekali hari raya yang bisa ketahui sebagai bentuk pengetahuan atas keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia, salah satunya Hari Raya Nyepi.

Hari ini, tepat pada Kamis 3/3/2022 perayaan hari nyepi digelar. Hari raya nyepi merupakan hari suci bagi umat Hindu yang dirayakan pada Tahun Baru Saka. Artinya, hari ini merupakan hari besar bagi umat Hindu yang harus kita hormati. Semangat untuk menghargai antar umat beragama merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan sebagai bangsa yang hidup di tengah-tengah keberagaman.

Ancaman dan tantangan yang akan datang tidak terduga dalam upaya memecah belah bangsa, pasti akan selalu datang. Keberagaman yang begitu banyak dimiliki oleh Indonesia, merupakan anugerah luar biasa yang wajib kita syukuri. Meskipun demikian, perayaan Nyepi, perlu kita pahami sebagai salah satu semangat meningkatkan toleransi antar agama, kita belajar bagaimana cara menghargai umat beragama lain tanpa terganggu sedikitpun atas akidah yang kita miliki sebagai umat muslim. Apa yang bisa dipelajari? Mari kita telaah!

Relasi dengan Tuhan adalah utama

Dalam perayaan Nyepi, setidaknya ada empat upaya yang harus dilakukan umat Hindu, diantaranya:

Pertama, amati geni. Pantang menyalakan api, elektronik serta pelbagai barang-barang yang biasa digunakan. Hal itu dilakukan untuk melawan hawa nafsu/duniawi.

Kedua, amati karya. Pantang melakukan aktifitas/kerja selama nyepi berlangsung.  Hal itu harus dilakukan agar fokus untuk merenung dan introspeksi diri.

Ketiga, amati lelungan. Pantang untuk bepergian karena harus fokus untuk ibadah.

Keempat, amati lelanguan. Pantang untuk bersenang-senang saat nyepi. Mengapa hal itu harus dilakukan? Agar semuanya fokus terhadap kepada sembahyang dan menyingkirkan kesenangan duniawi. Bahkan mereka juga melakukan puasa untuk menahan hawa nafsu.

Maka tidak heran, ketika perayaan nyepi, khususnya daerah-daerah yang mayoritas pengikut agama Hindu, biasanya sunyi dan sepi. Mulai dari mall, toko, pasar, dihentikan. Karena semua umat, fokus terhadap ibadah serta meninggalkan semua kesenangan duniawi yang bersifat sementara.

Dengan pantangan yang harus dilakukan oleh umat Hindu pada perayaan Nyepi tersebut, setidaknya kita memahami bahwa relasi dengan Tuhan harus menjadi prioritas utama dalam hidup. Wujud dari perayaan Nyepi tidak lain sebagai puncak dari kehidupan yang harus dilakukan seorang manusia kepada Tuhannya.

BACA JUGA  Pemuda: Sasaran Indoktrinasi Khilafah oleh Aktivis HTI

Bagaimana hubungan dengan Allah dalam Islam

Dalam Islam, umat muslim juga memiliki cara tersendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  tulisan ini bukan dalam rangka membanding-bandingkan antara agama yang satu dengan yang lain. Akan tetapi, upaya yang bisa dilakukan, bagaimana menciptakan hubungan yang harmonis antara masyarakat yang berbeda agama dan menemukan titik temu dari ajaran yang dianut untuk senantiasa mempererat hubungan hubungan kemanusiaan.

Dalam Islam, upaya untuk mengendalikan hawa nafsu bisa dilakukan dengan pelbagai upaya. Seperti halnya berpuasa, mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah khusus, serta berdzikir kepada Allah. Wujud lain sebagai sebuah pertemuan kepada Allah, yakni salat lima waktu yang didirikan oleh umat muslim.

Salat dilakukan sebagai bentuk penghambaan diri kepada Tuhan Yang Maha Es. Artinya, prioritas hubungan dengan Allah dilakukan setiap 5 waktu dalam satu hari. Sehingga komunikasi intens tersebut bisa mendorong umat Islam terus menyemai kebaikan, mengakui kelemahan yang dimilikinya sebagai seorang hamba.

Dalam Islam pula, kita merayakan hari raya idul fitri yang artinya suci. Setelah melaksanakan puasa selama satu bulan, puncak perayaan dari aktifitas puasa dengan perayaan idul fitri. Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa idul fitri bukanlah akhir dari selebrasi setelah melaksanakan puasa.

Akan tetapi bermakna sebagai, wujud dari perjalanan panjang akan ditempuh selama beberapa bulan setelahnya agar terus bisa menjadi pribadi lebih baik, bisa menahan nafsu agar tidak menuhankan kepentingan dunia serta melupakan kehidupan yang kekal. Perayaan dari pelbagai umat beragama membuat kita berpikir bahwa, hidup di Indonesia adalah wujud kehidupan yang unik. Kita belajar tentang nilai, yang dimiliki oleh masing-masing agama tanpa dipaksa untuk menganut agama yang lain.

Nilai-nilai ini perlu kita rawat untuk terus bisa berdampingan dalam menjalani hidup di tengah-tengah keberagaman. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru