29.3 C
Jakarta
Array

Hambanya Siapa? (Bagian II-Habis)

Artikel Trending

Hambanya Siapa? (Bagian II-Habis)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jika dipikirkan lebih jauh, persoalan pokok sebenarnya bukan pada ibadah di seluruh atau setengah Ramadhan, namun “mengapa kita tidak menjadi Hamba Allah SWT yang semestinya beribadah sepanjang waktu”?

Pengetahuan Dan Pembiasaan

Jika persoalannya terletak pada kondisi ideal, apa yang semestinya yaitu menjadi Hamba Allah SWT, maka kaum Muslimin yang hanya beribadah di (sebagian) bulan Ramadhan saja, bisa jadi Tidak Tahu adanya kewajiban beribadah di sepanjang waktu atau Tidak Terbiasa untuk beribadah.

Persoalan ketidaktahuan merupakan persoalan mendasar bagi kaum Muslimin, oleh karenanya Allah SWT melalui lisan Rasulullah SAW telah mewajibkan kaum Muslimin untuk mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya melalui kewajiban mencari ilmu.

Rasulullah SAW bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Dengan memenuhi kewajiban ini, kaum Muslimin akan bisa membebaskan diri dari persoalan ketidaktahuan.

Di zaman now, saat informasi, ilmu dan pengetahuan seolah ada di ujung jari, semestinya persoalan ketidaktahuan ini bisa segera dituntaskan. Yang diperlukan hanya semangat dan kemauan untuk mencari tahu. Di beberapa kesempatan mungkin perlu ditambah dengan keberanian untuk bertanya pada pihak yang tepat, sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat an Nahl ayat 43 yang artinya, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Selain memerintahkan untuk terus menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan, Islam juga mengajarkan umatnya untuk membiasakan diri dalam beribadah.

Salah satu contoh pembiasaan ini adalah pembiasaan untuk shalat, sebagaimana diinformasikan dalam sabda Rasulullah SAW berikut ini:

مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau (anak) sudah berusia 10 tahun meninggalkan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad)

Membiasakan anak untuk beribadah, dalam hal ini shalat, adalah cara yang diharapkan membentuk kaum Muslimin menjadi pribadi yang taat beribadah.

Barangkali ada yang berkilah bahwa meski ilmu dan pengetahuan tentang ibadah ini bisa segera diperoleh, namun dia tidak memperoleh latihan di masa kecilnya. Maka perlu diberikan dispensasi bagi mereka ini saat mereka menjadi Hamba Ramadhan atau Hamba Separuh Ramadhan.

Kaum Muslimin yang kurang beruntung seperti itu, perlu melatih diri untuk beribadah. Mulailah belajar shalat, baik gerakan maupun ucapannya. Belajar berpuasa, dan ibadah-ibadah lainnya.

Yang terpenting adalah, proses belajar itu bisa dimulai sesegera mungkin, tidak perlu menunggu momentum Ramadhan. Karena, toh, kaum Muslimin wajib untuk beribadah sepanjang hayatnya. Dan karena sesungguhnya manusia adalah Hamba Allah SWT, bukan Hamba Ramadhan, bukan Hamba Separuh Ramadhan, apalagi Hamba Entah Siapa  (Toto Mulyoto/Abi Ihsan)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru