26.1 C
Jakarta
Array

Terorisme, Konflik, dan Nasib Piala Dunia

Artikel Trending

Terorisme, Konflik, dan Nasib Piala Dunia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tidak hanya Indonesia yang sedang menghadapi ancaman dan tindakan terorisme. Dunia pun kini mendapatkan ancaman serius kaum teroris. Tidak tanggung-tanggung obyek ancaman adalah perhelatan terakbar sejagad yaitu Piala Dunia di Rusia. Sebanyak 32 negara akan terlaga pada 14 Juni hingga 15 Juli 2018.

Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merilis sebuah poster yang isinya instruksi kepada pengikutnya cara melakukan aksi teror di Rusia (Daily Mirror Raby, 16/5). ISIS memberikan titik-titik mana saja di tubuh manusia yang bisa memberikan luka fatal. Selain itu ada gambar imbauan untuk menggunakan mobil dan truk untuk menabrak penggemar tim nasional negara peserta. Ada juga gambar senjata seperti senapan serbu AK-47, pisau, dan dinamit dengan tulisan keterangan “Ledakan, tusuk, atau tembak mereka,”.

Ancaman teroris terhadap dunia sepak bola bukan hanya ini saja. ISIS pada Oktober 2017, mengeluarkan poster bintang timnas Argentina dan Barcelona, Lionel Messi, yang tengah menangis darah. Selanjutnya pada Maret 2018, ISIS kembali menggambarkan Messi seolah bakal dipenggal. Diikuti dengan gambar satu ikat dinamit terlihat tergeletak di tiang bendera yang biasa digunakan untuk menandai tendangan penjuru.

Gangguan terhadap Piala dunia juga datang dari dinamika geopolitik yang menyebabkan konflik regional hingga global. Pemerintah Inggris dan Islandia mengancam boikot Piala Dunia 2018. Gelombang protes pemerintah sejumlah negara Eropa terhadap Rusia pun meluas. Penyebabnya adalah proses percobaan pembunuhan kepada seorang agen ganda asal Rusia di Inggris. Rusia mesti memberikan kejelasan demi jaminan stabilitas geopolitik kawasan. Negara-negara Uni Eropa juga penting memprioritaskan stabilitas tersebut dan tidak memperlebar konflik ke sepakbola. Otoritas sepakbola tidak boleh memandang remeh ancaman terorisme dan konflik yang ada. Langkah tanggap darurat mesti segera diambil guna meredam dan menjamin kelancaran Piala Dunia.

Dinamika Geopolitik

Rusia diduga Pemerintah Inggris melakukan percobaan pembunuhan kepada Sergei Skripa dan putrinya, Yulia, di Salisbury pada 4 Maret 2018 lalu. Keduanya ditemukan tak sadarkan diri di sebuah mal. Pemerintah Inggris mengklaim telah menemukan senyawa kimia bernama Novichok. Senyawa ini adalah racun saraf paling mematikan yang diciptakan pada era Uni Soviet.

Kejadian ini menimbulkan kemarahan yang ujungnya menyebabkan Inggris dan Islandia mengancam boikot. Boikot tersebut akan dilakukan dengan perwakilan negara tidak akan mengunjungi Piala Dunia 2018. The Three Lions dipastikan tidak akan ditemani perwakilan pemerintah Inggris ketika berlaga pada Piala Dunia di Rusia mendatang.

Geopolitik semakin memanas dengan tindakan pembalasan Rusia. Rusia mengusir 23 diplomat Inggris dan menghentikan kantor organisasi internasional British Council. Efek terus bergulir, hingga kini terdapat 14 negara yang sudah mengumumkan persona non grata (tidak menginginkan) diplomat Rusia di negara mereka.

Dinamika geopolitik di atas  sangat disayangkan. Apalagi merembet ke dunia sepakbola. Statuta FIFA menyatakan bahwa sepak bola harus independen, harus bebas dari unsur politik, termasuk politisasi. Setiap federasi sepak bola negara anggota FIFA juga harus bebas dari intervensi pemerintah.

 

Darurat Resolusi

Ancaman boikot dari Inggris dan Islandia mesti serius disikapi. Prinsip independensi sepakbola kembali ternodai dan penting dilakukan evaluasi. Inggris adalah salah satu kiblat sepakbola. Konon sepakbola bahkan lahir dari negeri tersebut. Kondisi ini layak dinyatakan sebagai status darurat oleh FIFA. Jika dibiarkan maka efek bola saljunya akan terus deras mengancam Piala Dunia bahkan nasib sepakbola ke depan.

FIFA dan UEFA penting segera merancang tanggap darurat sebagai resolusi cepat atas kasus ancaman  boikot ini. Koordinasi intensif penting segera dijalankan, khususnya menghadirkan federasi sepakbola Inggris, Islandia, dan Rusia. Federasi dapat diamanatkan melakukan logi kepada pemerintahnya masing-masing. Federasi Inggris dan Islandia penting melobi negaranya untuk mencabut ancaman boikot yang kontraproduktif bagi sepakbola. Federasi Rusia juga penting melobi negaranya agar melunak dan membuka ruang dialog dengan Inggris dan negara lainnya. Jaminan keamanan dan kenyamanan kepada negara tersebut mesti diberikan oleh Rusia.

Hulu masalah mesti segera tersentuh. Masalah ketegangan geopolitik kawasan ini mesti diatasi PBB dan Uni Eropa. Kedua badan ini penting menjalankan fungsi fasilitasi dalam mediasi konflik. Tim investigasi dapat dibentuk secara independen melalui kesepakatan Rusia dan Ingris sebagai pihak berkonflik. Tim dari negara-negara luar Eropa dapat menjadi alternatif usulan, misalnya Asia, Amerika Latin, atau Afrika. Rusia mesti dilobi agar terbuka dan berkenan menerima investigasi independen. Inggris juga wajib percaya atas apapun hasil investigasi. Senyampang dengan proses ini, PBB dan Uni Eropa dapat meminta Inggris dan Islandia agar mencabut ancaman boikot di Piala Dunia 2018. PBB dan Uni Eropa juga penting berkoordinasi dengan FIFA dan UEFA.

Ancaman boikot memang tidak sampai menarik diri dari kepesertaan. Namun kondisi ini tetap menjadi preseden buruk bagi persepakbolaan khususnya Piala Dunia 2018. Semua pihak berpotensi terugikan. Rusia selaku tuan rumah berpotensi rugi secara ekonomi. Inggris dan Islandia juga akan merugi dalam hal prestasi.

Rusia harus fokus dan professional menjadi tuan rumah. Ketegangan geopolitik tidak boleh menurunkan kualitas layanan penyelenggaraan. Konflik mesti dijamin tidak masuk dalam lapangan hijau. Pengamanan ekstra juga mesti disiapkan guna menanggulangi ancaman terror.Intelen penting dilibatkan guna mencegah danmengantisipasinya.

*RIBUT LUPIYANTO, Penikmat Sepakbola;Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration).

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru