27.6 C
Jakarta

BNPT Beri ‘Warning’ Radikalisme Meningkat Jelang Pemilu 2024

Artikel Trending

AkhbarNasionalBNPT Beri 'Warning' Radikalisme Meningkat Jelang Pemilu 2024
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar memberi peringatan kepada masyarakat bahwa potensi radikalisme akan meningkat menjelang Pemilu 2024.
Hal itu Ia sampaikan merespons pernyataan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang menyebut radikalisme akan meningkat pada tahun 2023-2024 mendatang.

“Apa yang disampaikan oleh Pak Moeldoko itu kan sebagai ‘warning’, itu kan hasil riset kita yang disampaikan sebagai sebuah ‘warning’. Menghadapi Pemilu 2024 bisa saja orang melakukan segala upaya, segala cara, tetapi ternyata cara itu adalah cara yang mengarah kepada pelanggaran hukum,” kata Boy saat ditemui di Sarinah, Jakarta, Rabu (26/10).

Boy mengingatkan masyarakat bahwa orang bisa saja melakukan cara apapun jelang Pemilu 2024. Salah satunya melakukan tindak kekerasan yang meresahkan dan mengarah pada pelanggaran hukum.

Karenanya, Ia mengklaim telah melakukan mitigasi agar upaya tersebut tak terjadi ke depan jelang Pemilu.

“Selama ini kita sudah melakukan mitigasi, kita tidak pernah berhenti mitigasi,” kata Boy.

BACA JUGA  Amir Mahmud Sebut Ramadan Momen Pulihkan Kebersamaan Pasca Pemilu 2024

“Ini kan antisipasi agar jangan nanti dalam pesta demokrasi itu menggunakan cara cara yang bisa menimbulkan keresahan, terutama aktivitas berbasis kekerasan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Boy berharap bentuk kekerasan seperti tindak ujaran kebencian alias hate speech, kampanye hitam, penyebaran hoaks hingga kekerasan fisik tak terjadi pada Pemilu 2024 mendatang.

Karenanya, Ia meminta masyarakat bersama membangun kehidupan demokrasi yang mencegah pelbagai bentuk kekerasan.

“Kalau kekerasan meningkat, indeks demokrasinya pasti turun. Itu saja,” kata dia.
Diketahui, Moeldoko menyebut radikalisme akan meningkat menjelang penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024.

Ia mengatakan peningkatan radikalisme dipicu dinamika politik. Begitu pula dengan politik identitas yang kemungkinan muncul jelang pemilu.

“Survei BNPT pada tahun 2020 potensi radikalisme 14 persen. Itu data dalam kondisi anomali saat pandemi. Tahun politik pada 2023-2024 ada kecenderungan meningkat,” kata Moeldoko di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (20/11).

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru