27.6 C
Jakarta

Bentengi Paham Radikal, Polri-TNI Jalin Sinergisitas Lembaga Pendidikan

Artikel Trending

AkhbarNasionalBentengi Paham Radikal, Polri-TNI Jalin Sinergisitas Lembaga Pendidikan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Sinergi TNI Polri dengan pemerintah daerah dan lembaga pendidikan seperti pondok pesantren dinilai menjadi hal yang penting.

Sinergisitas tersebut perlu dilakukan dalam upaya membentengi generasi muda terhadap bahaya intoleransi dan radikalisme.

Pasalnya derasnya informasi di era digitalisasi seperti sekarang ini membuat generasi muda sangat rentan terpapar paham intoleransi dan radikalisme.

Hal itu mengemuka dalam dialog bertemakan Upaya Peningkatan Wawasan Kebangsaan Guna Membentengi Santriwan Santriwati dan generasi milenial dari paham intoleransi dan radikalisme yang digelar di Ponpes Isy Karima Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah baru-baru ini.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut diantaranya Kasubdit 5 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Mashudi, Analis Kebijakan Ahli Muda Sub Koordinator Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Provinsi Jateng Widi Nugroho, dan Ust Afif Najarudin, selalu Direktur Ma’had Isy Karima.

Kasubdit 5 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Mashudi menyampaikan, materi wawasan kebangsaan sangat penting untuk menjaga keutuhan NKRI.

Menurutnya, proses rekrutmen santriwan santriwati di Ponpes Iys Karima dinilai sudah melalui proses yang baik. Artinya santriwan santriwati di Iys Karima memiliki akhlak dan kecerdasan yang baik.

“Makanya melalui pertemuan ini kami berharap santriwan santriwati begitu keluar ada yang mau menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan masuk di TNI Polri karena sudah memiliki bekal yang luar biasa,” imbuhnya.

BACA JUGA  Aparat Diminta Waspadai Teror Lone Wolf Jelang Lebaran

Dia juga mengatakan, radikalisme dilatarbelakangi pemahaman agama yang sempit dan keliru. Selain itu radikalisme juga dipengaruhi karena kesenjangan ekonomi, dendam politik, dan lainnya.

“Fanatisme agama itu harus, tapi bukan dengan fanatisme itu kemudian memulai agama lainnya. Justru dengan fanatisme itu kita mengajak dan mengajari orang lain dengan kelembutan, bukan malah memusuhi,” terangnya.

Widi Nugroho mengutarakan, generasi milenial dan generasi Z merupakan generasi yang mudah menerima segala sesuatu yang ada di masyarakat.

“Bibit masuknya paham radikalisme itu biasanya muncul dari sikap intoleran dan tidak menghargai perbedaan,” ujarnya.

Ia berharap pada tahun emas 20 tahun kedepan santriwan santriwati menjadi orang-orang yang membawa arah bangsa lebih baik.

Sementara itu, Ust Afif Najarudin menekankan pada kedamaian dan ketenangan yang perlu terus dijaga guna dapat belajar dan produktif dalam berkarya untuk bangsa dan negara.

“Damai itu nikmat yang sangat besar, tugas kita terus menjaga ketenangan dan kedamaian ini supaya bisa produktif kedepannya,” katanya.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru