30.8 C
Jakarta

Yakin Petinggi Khilafatul Muslimin Setia Pada NKRI?

Artikel Trending

Milenial IslamYakin Petinggi Khilafatul Muslimin Setia Pada NKRI?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Kabarnya, para petinggi Khilafatul Muslimin ramai-ramai berikrar kepada NKRI. Mereka ingin kembali ke pangkuan negara tercinta. Mereka ingin mengakui UUD 1945 dan Pancasila.

Para petinggi Khilafatul Muslimin mendeklarasikan diri untuk melepaskan dari organisasi Khilafatul Muslimin. Secara serentak mereka keluar dari baiat khilafah Abdul Qadir Hasan Baraja selaku amir/pimpinan Khilafatul Mus­­limin. Kini mereka mengaku bahwa apa yang dilakukan bertentangan dengan pemahaman NKRI. Dengan itu mereka ingin kembali setia kepada landasan NKRI yaitu Pancasila dan UUD 1945, mengakui NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, menjunjung tinggi prinsip kebhinekaan, tole­ransi beragama, menolak radikalisme yang berten­tang­an dengan Pancasila, dan menaati aturan pemerintah.

Seperti biasa, sebagai bentuk kesediaan mereka melakukan penandatanganan surat pernyataan, penyerahan atribut, dan seragam Khilafatul Muslimin. Kemudian menyanyikan lagi ”Bagimu Negeri”. Mereka meminta maaf dan ingin kembali kepada masyarakat. Harapan meraka adalah ingin diterima di kehidupan masyarakat, seperti pada mulanya.

“Walaupun selama ini kami juga berbaur de­ngan masyarakat tapi ingin diterima kembali. Kami me­nyatakan kelompok ini sudah bubar dan tidak lagi akan melakukan kegiatan serupa. ‘Alhamdulillah kami bersyukur mereka menyatakan keluar dari baiat Khilafatul Muslimin. Atas nama negara, kami bertanggung jawab penuh terhadap keberadaan semuanya, untuk melindungi dari hal-hal yang negatif,” kata AKP Sukoco dalam keterangannya, Sabtu (25/6/2022).

Tidak Meyakinkan

Seperti para teroris kelap kakab, orang-orang Khilafatul Muslimin jika sudah terdesak mereka akan bertaqiyah, berpura-pura untuk mengikuti apa yang dikehendaki oleh pemerintah. Mereka tahu betul bagaimana dengan cara ini negara akan menerima keberadaannya. Karena dengan ini pula, mereka tidak akan kehilangan hak-hak sebagai warga negara, bahkan kehilangan keluarganya.

Tapi ikrar tidaklah cukup. Seperti yang sudah kita lihat, berapa banyak para eks terorisme berikrar, hampir rata-rata mereka kembali pada organisasi terlarangnya. Tampaknya, aktivis Khilafatul Muslimin, mereka nantinya juga akan kembali pada habitatnya.

Mengapa ini bisa terjadi? Ini karena, para aktivis ini telah begitu dalam menghayati ajaran-ajaran Khilafatul Muslimin. Mereka telah begitu dalam ideologi Khilafatul Muslimin masuk dan menjiwai dirinya. Seluruh tubuhnya adalah jiwa-kersa Khilafatul Muslimin.

BACA JUGA  Menangani Radikal-Terorisme: Spirit Nasionalisme yang Tak Banyak Diminati

Di sisi lain, mereka juga terlalu membenci NKRI dan Pancasila. Masuknya ke Khilafatul Muslimin akibat dari saking bencinya kepada Indonesia. Bukan sesuatu yang lain. Bahkan mereka bergotong royong untuk membuat Khilafatul Muslimin lebih jaya. Caranya, mereka patungan dan melakukan taktik seperti HTI, JAD, FPI, yaitu dengan proposal dan iuran. Hingga akhirnya, mereka bisa mendirikan 23 pondok pesantren dan dua kampus.

Alasan mendirikan tempat pendidikan, karena mereka tidak cocok dengan sekolah-sekolah di bawah Kemenag dan Kemendikbud. Termasuk mereka tidak cocok dengan ajaran-ajaran yang diberlakukan di pondok-pondok Nahdlatul Ulama dan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dan yang paling penting, dengan pendidikan mereka bisa menanamkan ideloginya sehingga berlanjut pada generasi penerus. Mereka tahu bahwa hanya pendidikanlah yang bisa merubah segalanya. Dengan alasan itu mereka mendirikan pendidikan sendiri.

Sistem dan kurikulumnya juga berbeda. Mereka lebih menekankan kepada doktrin atau ideologisasi Khilafatul Muslimin. Mulai dari jejang pendidikan tingkat Madrasah Ibtidaiah atau SD, Madrasah Tsanawiyah atau SMP, Madrasah Aliyah atau SMA, serta perguruan tinggi mereka ajarkan doktrin Khilafatul Muslimin. Mereka mengajarkan taat hanya kepada khalifah, di luar khilafah seperti pemerintah adalah tagut, setan atau iblis. Dan anehnya, semua jenjang itu bisa ditempuh hanya dalam kurun dua tahun. Dan mendapatkan gelar SKHI, “sarjana kekhalifahan Islam”.

Bisa Kooperatif?

Kedua, anggota Khilafatul Musliminorang yang anti pemerintah. Mereka wegah pemahaman Pancasila dekat pada dirinya. Bahkan mereka tidak mau kalau Pancasila eksis di Indonesia. Mereka ngajak orang untuk membenci dan tidak terapkan nilai-nilai Pancasila. Apalagi anggotanya banyak dari atau terafiliasi dengan ISIS.

Namun kini, pemerintah sangat percaya betul bahwa bakal bisa kooperatif. Dengan ikrarnya, status mereka telah disebut sebagai satu pergerakan dakwah. Dan petinggi Khilafatul Muslimin ini akan dibebaskan segera, setelah dilakukannya deklarasi setiap pada NKRI dan Pancasila. Melihat ini, hanya bisa pasrah kepada pemerintah. Dan secara yakin, para petinggi Khilafatul Muslimin tidak bakalan bisa kooperatif. Maka itu, mungkinkah ia setia kepada NKRI?

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru