29.3 C
Jakarta
Array

Survei SMRC: Mayoritas WNI Tolak ISIS dan HTI di Indonesia

Artikel Trending

Survei SMRC: Mayoritas WNI Tolak ISIS dan HTI di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta. Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mereka dengan tajuk ‘NKRI dan ISIS, Penilaian Massa Publik Nasional’. Dari hasil yang didapat, mayoritas penduduk Indonesia tidak setuju dengan keberadaan ISIS maupun HTI di Indonesia.

Penelitian SMRC menggunakan 1500 responden sebagai sampel. Mereka dipilih secara random dengan cara multistage random sampling. Survei dilakukan pada WNI yang berumur 17 tahun atau sudah menikah. Margin of error pada penelitan tersebut sebesar 2,7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan pada 14-20 Mei 2017.

Pertanyaan pertama yang diajukan dalam survei tersebut adalah ‘apakah bangga menjadi WNI?’. Hasilnya didapat 62,5 persen sangat bangga menjadi WNI, sementara 36,5 persen cukup bangga. Sementara yang kurang bangga 0,5 persen. “Hampir semua mengatakan bangga, cukup bangga, sangat bangga itu sangat besar. Hampir semuanya rakyat Indonesia bangga menjadi WNI,” kata pimpinan SMRC Saiful Mujani di Jalan Cisadane, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (4/6/2017).

Sementara saat ditanya apakah Indonesia sedang dalam ancaman, mayoritas responden berpendapat negara ini aman. Angkanya 61,8 persen menyebut negara ini aman. Hanya 14,5 persen yang mengatakan tidak aman. “Indonesia ini aman nggak perlu cemas. Situasi ini kurang lebih baik. Yang cemas cuma kurang dari 15 persen. Itu yang mungkin sering diekspos. Opinion leader juga berpengaruh. Kecemasan bukan menolak NKRI tapi khawatir dengan Indonesia,” ujar Saiful.

Kemudian, menurut kebanyakan responden, ancaman dari paham-paham agama tertentu menjadi ancaman paling besar dalam melemahkan NKRI pada angka 39,4 persen. Yang kedua adalah soal pelaksanaan negara dan pemerintah yang buruk sebesar 19,4 persen.

Saat masuk dalam pertanyaan tentang khilafah yang menjadi dasar dari ISIS, mayoritas responden menolak bila pancasila dan UUD ’45 diganti menjadi khalifah sebagai dasar negara. Namun, ada 9,2 persen yang mendukung. Sementara yang tidak mendukung sebesar 79,3 persen.

Mayoritas responden tahu apa dengan nama ISIS. Namun, saat ditanya apakah mereka tahu bahwa ISIS membawa ideologi khilafah, mayoritas tidak tahu. “66,4 persen tahu ISIS. Sementara 33,6 persen tidak tahu. Angka ini cukup mengejutkan karena ISIS cukup populer disini. Di negara ini kan ISIS nggak resmi dan nggak,” papar Saiful.

“Kalau ditanya tahu atau tidak cita-cita ISIS adalah khilafah, mayoritas tidak tahu. Yang tahu 46,7 persen, sementara 53,3 persen tidak tahu,” lanjutnya.

Mayoritas responden juga tidak setuju dengan perjuangan yang selama ini dilakukan oleh ISIS. Karena itu, tidak mengherankan bila mereka menolak kehadiran ISIS di Indonesia. “64,1 persen tidak setuju dengan perjuangan ISIS. Hampir semua juga tidak setuju dengan ISIS. 92,9 persen tidak boleh ada ISIS di Indonesia,” ujar Saiful.

Hal sebaliknya terjadi pada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Karena dalam survei ternyata 71,8 persen responden tidak tahu HTI. Namun, 56,7 persen tahu bahwa HTI memperjuangankan ideologi khilafah di Indonesia.

55,7 persen responden menolak perjuangan HTI untuk menerapkan sistem kekhalifahan di Indonesia. Mereka pun setuju bila HTI dibubarkan oleh pemerintah.

“78,4 persen setuju bila pemerintah membubarkan HTI. Sedangkan yang menolak (pembubaran) ada 13,6 persen,” tutup Saiful
(bis/imk)

Sumber: Detik.com

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru