28.2 C
Jakarta
Array

Kasta (Tingkatan) Puasa

Artikel Trending

Kasta (Tingkatan) Puasa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kasta (Tingkatan) Puasa

Puasa merupakan salah satu perintah wajib dari Allah Swt untuk umat Islam dalam rangka mencapai ketakwaan. Intruksi Allah Swt bagi orang-orang beriman untuk menjalankan segala perintah serta menjauhi larangan-Nya dalam Al-Qur’an tingkatannya bervariatif. Pada satu ayat Allah swt meminta hamba-Nya untuk bertakwa semaksimal mungkin (Qs. Ali Imran [3]: 102). Sementara pada ayat yang lainnya Allah swt juga memerintahkan siapapun yang beriman untuk bertakwa (Qs. Al-Taghabun [64]: 16). Sehingga tidak heran jika kualitas ibadah kaum muslimin satu dengan yang lainnya berbeda-beda sesuai kelasnya. Satu diantara ibadah yang berkasta dalam sisi kualitasnya adalah puasa.

Seorang ulama sufi kenamaan, Al-Ghazali melalui master piece-nya, Ihyâ’ ʻUlûm Al-Dîn, membagi puasa dalam tiga kelas; puasa umum, puasa khusûsh (VIP), dan puasa khusûsh Al-khusûsh (VVIP). Setiap tingkatan tersebut mempunyai ciri dan kriteria tersendiri yang harus dipenuhi. Saat ciri dan kriteria tidak ditemukan, maka secara otomatis kualitas puasa akan turun satu tingkat di bawahnya.

Pertama, puasa umum. Tingkatan ini paling rendah, yakni teruntuk puasa yang hanya menahan nafsu perut, kemaluan dan aneka syahwat lainnya. Sehingga puasa tingkatan ini hanya menghindari segala sesuatu yang dapat membatalkan sahnya puasa secara dzahir saja.

Umumnya kaum Muslim berada pada tingkatan ini. Bahkan Nabi Besar Muhammad Saw sendiri pernah ‘menyindir’ bahwa tidak sedikit orang berpuasa hanya mendapat rasa lapar dan dahaga (HR. Ahmad & Ibnu Majah). Hematnya kelas ini hanya memperhatikan asal sah puasanya secara Fikih.

Kedua, puasa khusûsh (VIP). Puasa pada tingkatan ini mempunyai enam ciri dan kriteria, yaitu: menjaga pandangan; menjaga lisan; menjaga pendengaran; menjaga seluruh anggota tubuh lainnya dari segala dosa serta hal yang dimakruhkan seperti berbuka atau sahur dengan makanan yang tidak jelas kehalalannya (syubhat); berbuka secukupnya tidak berlebih-lebihan hingga semua makanan dan minuman yang ada masuk ke dalam perut; hati resah serta penuh harap akan diterima dan tidaknya puasa.

Inti orang yang berpuasa pada tingkatan ini adalah mereka yang menahan diri untuk berbuat dosa dan hal apapun yang tidak bermanfaat. Sebab ini menjadi tanda kebaikan dan kesempurnaan Islam seseorang (HR. Abu Dawud & Al-Tirmidzi).

Siapapun yang puasanya tidak memenuhi enam kriteria yang telah disebutkan, maka puasanya batal menurut kelas ini dan otomatis turun kelas. Tingkatan puasa ini biasanya hanya mampu dijalankan oleh orang-orang saleh (khawâsh). Singkatnya kelas ini dikhususkan bagi orang yang memperhatikan agar ibadah puasanya bisa diterima oleh Allah swt.
Ketiga, puasa khusûsh Al-khusûsh (VVIP). Tingkatan ini paling tinggi dan berat untuk dilaksanakan. Hanya orang-orang terpilih yang mampu menjalankannya seperti para nabi dan wali (khawâsh al-khawâsh). Kelas ini khusus teruntuk puasa yang dapat menjaga hati dari segala keinginan duniawi hingga bisa memalingkan hati dan jiwanya dari mengingat Allah Swt. Kapanpun lalai dari Allah swt walaupun sesaat, maka secara otomatis puasanya akan batal.

Sebagai contoh, puasa akan batal menurut tingkatan ini saat hati menginginkan berbuka dengan sesuatu yang didambakan. Sebab ini dinilai sebagai suatu kesalahan karena kurang yakin dengan rezeki yang telah Allah swt bagi sebagaimana janji-Nya.

Inti menjalankan puasa kelas VVIP ini bersumber dari firman Allah swt Qs. Al-Anʻam [6]: 91, Katakanlah ‘Allah-lah. Lalu biarkan mereka bermain-main dalam kesesatan. Meminjam istilah Abu Thalib Al-Makki dalam bukunya Qût Al-Qulûb, tingkatan ini untuk puasa hati. Jelasnya kelas ini memperhatikan bagaimana puasa itu dapat menyampaikan hati dan jiwanya menuju Allah swt.

Akhirnya setiap Muslim mempunyai tingkatannya masing-masing dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. Sebagaimana nafsu yang juga bertingkat-tingat; nafsu ammârah (selalu ingin berbuat dosa), nafsu lawwâmah (kadang taat, kadang maksiat), dan nafsu muthmainnah (merasa tenang dengan ketaatan).

Puasa ada untuk mengendalikan nafsu manusia meninggalkan kesamaan tingkatan mereka dengan hewan, makhluk Tuhan penuh nafsu, untuk melewati tingkatan malaikat, makhluk Tuhan tak bernafsu. Sebab puncak puasa adalah mengembalikan manusia menuju tingkatan asalnya sebagai makhluk Tuhan paling sempurna. Wallahu Aʻlam []

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru