31.9 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XC-V): Mohammad Iqbal Romadhon, Mantan Teroris Bertobat karena Kasih Sayang Ibunya

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XC-V): Mohammad Iqbal Romadhon, Mantan Teroris Bertobat karena...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Aksi-aksi bahaya terorisme merupakan serangkaian dari deretan radikalisme. Terorisme bisa dibilang puncak radikalisme setelah melewati beberapa tahap semisal mindset eksklusif dan ujaran kebencian.

Mulanya seseorang tidak langsung jadi teroris (pelaku teror). Dia pasti melewati tahapan tersebut, paling tidak pikirannya terdoktrin paham pentingnya mendirikan Negara Islam dengan menggunakan sistem paripurna Khilafah.

Tidak dapat disepelekan pengaruh radikalisme itu. Paham ini telah banyak merenggut masa depan warga Negara Indonesia dari pelbagai usia. Mulai usia remaja hingga usia menua. Salah seorang warga Indonesia yang terpapar radikalisme adalah Mohammad Iqbal Romadhon.

Radikalisme mampu mengantarkan Iqbal dijebloskan ke dalam penjara. Sehingga, membuatnya terpuruk di sana dan dihindari banyak orang terdekatnya, termasuk keluarganya sendiri. Kecuali ibu tercintanya.

Iqbal menyadari bahwa radikalisme itu salah. Bukan ajaran Islam. Jelas ketika dia berada di dalam penjara. Di sana Iqbal mendapatkan hidayah sehingga dia mendapatkan jalan untuk menuju kebenaran.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XLI): Eks Napiter Inisial MI Kembali ke NKRI dan Siap Bantu Pemerintah

Iqbal masih mengingat masa-masa di dalam penjara. Ketika semua orang menjauhi Iqbal, hanya sang ibu yang mendekatinya. Ibu ini tidak memandang status sosial anaknya. Ibu ini memeluknya dengan cinta.

Cinta ibu yang dicurahkan kepada Iqbal membuatnya menyadari bahwa perbuatan yang sudah-sudah tidak dapat dibenarkan. Iqbal memilih bertobat dan kembali ke pangkuan NKRI. Iqbal mengecam keras aksi-aksi terorisme yang banyak merenggut masa depan umat.

Iqbal menyesal terlibat dalam terorisme. Selain merugikan orang lain, Iqbal merasa merugikan keluarganya sendiri. Keluarga yang telah melahirkan dan membesarkannya harus bersabar melihat anaknya terlibat dalam paham terlarang.

Selepas dari penjara, Iqbal merasa bahagia karena bisa menghirup udara segara ditambah bisa memeluk cinta kasih ibunya. Iqbal berjanji akan menyesali perbuatan yang sudah-sudah dan bertekad membangun keluarganya dengan cinta kasih tanpa dipisahkan dengan radikalisme.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini terinspirasi dari cerita Mohammad Iqbal Romadhon yang dimuat di media online Tasikmalaya.pikiran-rakyat.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru