28.4 C
Jakarta
Array

Romantisme Rumah Pangeran

Artikel Trending

Romantisme Rumah Pangeran
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menjelang pukul 15.00 WIB kala motor melenggang di antara riuh pirsawan. Bermacam keluarga nampak bahagia menanti peserta Solo Batik Carnival (SBC) yang berangkat dari Stadion  Sriwedari menuju Benteng Vastenburg. Bagian kiri kanan jalan diberi pembatas supaya para pirsawan tak mengganggu kelangsungan parade. Batas antara pirsawan dan peserta parade SBC perlu ada sebab berbagai pertimbangan. Tahun ke tahun festival ini makin diminati. Meski orang-orang bisa menyimak kemeriahan pawai SBC dari layar gadget di rumah yang dilengkapi mesin pendingin, toh masih lebih banyak yang nekad nonton dengan mata raganya sendiri. Saya menduga, bahwa kelindan emosional melulu kita butuhkan demi adanya tautan rasa antara pirsawan dengan segala jenis objek termasuk seni-budaya.

Diri mangkir dari keramaian kota. Memilih turut dalam acara yang diinisiasi Laku Lampah dan Consorsium for Education and Transformation (Concent). Acara berjudul puitis lekas membius sekian penyelisik sejarah: Cerita Sore di Rumah Pangeran. Dalam Bahasa Jawa, rumah biasa disebut ndalem. Ndalem yang kami singgahi sore itu (14/7/18) ialah Ndalem Joyokusuman. Konon, Joyokusuma ialah salah satu anak emas Sinuhun Paku Buwono (PB) X. Selain Joyokusuma, beberapa pangeran lain juga memiliki ndalem yang letaknya di sekitar Keraton Kasunanan Surakarta. Hampir seluruh ndalem pangeran di Surakarta dibangun pada masa kepemimpinan PB IX s.d. PB X. Jejak keberhasilan kepemimpinan Sinuhun PB X dibuktikan dengan pembangunan ndalem-ndalem pangeran yang berkonsep rumah Jawa (Titis S. Pitana dalam artikelnya yang berjudul Dalem Kepangeranan Keraton Kasunanan Surakarta), juga pintu-pintu masuk kawasan keraton yang hingga kini berdiri kokoh.

Ndalem Joyokusuman terletak di Kelurahan Gajahan Kecamatan Pasar Kliwon. Tepatnya di luar benteng di sisi selatan keraton. Sejak memasuki areal ndalem, diri lekas sadar akan belajar banyak hal mengenai sejarah dan budaya Jawa khas keraton. Arsitektur rumah Jawa, nilai-nilai sosial yang arif, juga segenap kisah kehidupan pangeran keraton pada masanya.

Hal-hal indah yang telanjur dibayangkan agak terganggu sebab beberapa hal berikut. Bukan hanya konon, ndalem Joyokusuman pernah beberapa kali pindah kepemilikan. Sebelum dikelola oleh Pemerintah Kota Surakarta, ndalem ini sempat dimiliki oleh Widjanarko Puspoyo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Bulog. Kasus korupsi yang membelit dirinya menyebabkan ndalem Joyokusuman akhirnya disita oleh Kejaksaan Agung. Selama masa kepemilikan Widjanarko inilah berbagai pembenahan ndalem dilakukan. Termasuk atap bagian pendopo yang kadung berinisial WP. Oleh Widjanarko, ndalem bermaksud dijadikan homestay. Widjanarko tak kurang akal memperlakukan bangunan dengan pesona sejarah mahsyur keraton Surakarta sebagai pendulang rupiah.

Kamar-kamar khas homestay cukup mengaburkan pengenalan diri peserta cerita sore terhadap ujud asli rumah Pangeran Joyokusuma, terutama rumah bagian belakang. Kendati begitu, cerita Fendy Fawzy Alfiansah dari Laku Lampah dapat menjadi gerbang bagi klebatan-klebatan imaji dalam pikiran para peserta mengenai ujud mula ndalem Joyokusuman. Bagian rumah paling belakang yang diperuntukkan para abdi dalem sebenarnya lebih pendek dibanding bangunan lain. Konon, masih menurut Fendy, abdi dalem pada masanya perlu berjongkok ketika mandi. Kini, bangunan yang diperuntukkan untuk abdi dalem tidak lagi berujud demikian. Ia mewujud sebagai kamar homestay bermaksud memikat tamu yang menginap dengan pesona tradisional khas Jawa.

Rumah bagian belakang biasanya juga menjadi representasi sang pangeran. Rumah bagian belakang akan memberi informasi apakah kesenangan atau hobi sesungguhnya sang pangeran. Misalnya seorang pangeran gemar memanah, maka di rumah bagian belakang ada kawasan untuk berlatih memanah, dan seterusnya. Sebab tak ada tinggalan-tinggalan yang membuktikan, diri gagal mengetahui kegemaran Pangeran Joyokusuma menggauli masa-masa santai di ndalem. Yang tertinggal di bagian belakang ndalem Joyokusuman ialah dua batu untuk sembahyang dan beberapa sumur. Sampai kini, batu-batu yang ada masih difungsikan untuk sembahyang.

Laiknya rumah bagian belakang, masing-masing bagian rumah memiliki fungsi khusus. Bagian rumah paling depan disebut pendhopo. Pendhopo ini berfungsi untuk menyambut tamu. Dari pendhopo, kita akan memasuki area ndalem. Ndalem di sini ialah rumah utama di mana pangeran dan permaisuri tinggal. Di dalam ndalem ada kerobongan, senthong kiwa dan senthong tengen. Kamar sebelah kiri dan kamar sebelah kanan. Saat prosesi pernikahan pangeran, kerobongan inilah yang menjadi latar belakang pade-pade manten. Kerobongan kemudian menjadi arena pelaksanaan malam pertama sang pangeran dan permaisuri. Konon, di kerobongan ini bersemayam Dewi Sri. Saat malam pertama digelar, sambil membawa oncor, Mbok Emban akan mengelilingi kerobongan untuk memastikan malam pengantin sang pangeran dan permaisurinya berhasil terlaksana. Lepas pelaksanaan malam pertama, permaisuri diminta untuk memilih salah satu senthong. Di senthong itulah permaisuri menjalani masa-masa pingitan sampai benar-benar mengandung. Permaisuri dilarang memiliki banyak aktivitas melainkan lebih banyak tinggal di dalam ndalem. Cerita-cerita mengenai masa-masa pengantiKepada Fendy, Pangeran Purwodiningrat VI berbagi cerita mengenang masa-masa demikian dengan derai tawa. Tsah![]

Oleh: Rizka Nur Laily Muallifa, Menulis esai dan puisi. Mengeja kata di Diskusi Kecil Pawon, Kisi Kelir, dan Bentara Muda Solo.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru