33.5 C
Jakarta

Refleksi Makna Jihad: Dari Bom Bunuh Diri Meraih Surgawi

Artikel Trending

KhazanahRefleksi Makna Jihad: Dari Bom Bunuh Diri Meraih Surgawi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Perjuangan tidak mengenak istilah final, namun pengekspresian berjuang seringkali tergradasi oleh doktrin-doktrin manipulatif agama. Agak mencengangkan, fenomena tersebut memperoleh “penerimaan” yang positif di masyarakat. Dikutip dari detiknews.con, seseorang tengah melakukan aksi jihad bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan pukul 08.15 pada Rabu 13 November 2019. Aksi tersebut menyisakan Islamofobia di sebagian kalangan masyarakat. Dengan iming-iming doktrin mati syahid hingga menggapai syahwat bidadari surga melatari aksi mereka baru-baru ini.

Klarifikasi makna jihad dan bom bunuh diri

Jihad sendiri berasal dari bahasa Arab jahada artinya bersungguh-sungguh. Ra>ghib al-Asfahany> mengartikan jihad sebagai upaya mencurahkan segala daya harta, pikiran dan tenaga untuk berjuang di jalan Allah. Jihad menurutnya bukanlah dengan angkat senjata, terlebih aksi bom bunuh diri. Sungguh merusak reputasi Islam sebaga agama pembawa pesan damai. Rasulullah saw. sendiri sepulang dari perang Badar kemudian bersabda:

رَجَعْتُمْ مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الجِهَادِ الأَكْبَرِ فَقِيْلَ وَمَا جِهَادُ الأَكْبَر يَا رَسُوْلَ الله؟ فَقَالَ جِهَادُ النَّفْسِ

 

Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lantas sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab, “jihad (memerangi) hawa nafsu.”

Dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 190, Allah swt. berfirman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

 

Ayat di atas menyiratkan peringatan kepada seseorang bahwa tidak boleh berperang dalam keadaan damai dan aman, kecuali terdesak, membela diri, agama, nusa dan bangsa. Andaikan harus berperang mensyaratkan etika yang harus dipedomani, seperti dilarang membunuh perempuan dan anak-anak, tokoh agama, rakyat sipil sehingga tidak dengan cara “membabi buta”.

BACA JUGA  Neo-HTI: Spirit Propaganda Khilafah yang Mesti Dilawan

Ibnu ‘Arabi dalam kitabnya Ah}ka>m al-Qur’an menyebutkan ada etika berperang yang harus dipatuhi,

أَلاَ يُقَاتِل إِلاَّ مَنْ قَتَلَ وَهُمْ الرِجَالُ البَالِغُوْنَ، فَأَمَّا النِّسَاءُ وَاْلوِلْدَانُ وَالرَّهْبَانُ فَلَا يُقْتَلُوْنَ

“Janganlah membunuh kecuali terhadap orang yang memerangimu. Orang yang boleh dibunuh di masa perperangan adalah laki-laki dewasa. Adapun perempuan, anak-anak, dan pendeta tidak diperkenankan untuk dibunuh.”

Sedangkan bom bunuh diri dalam gramatikal Arab disebut intih}a>r yang berasal dari kata nah}ara berarti menyembelih (dhabaha) dan membunuh (qatala). Artinya seseorang menyembelih dan membunuh dirinya sendiri. Bom bunuh diri atau juga dikenal sebagai bom manusia (human bombing). Dalam kitab al-‘Amaliya>t al-Istisyhidiyah fi al-Miza>n al-Fiqh, Nawaf Hail Takruri mendefinisikan bom bunuh diri adalah aktivitas seorang (mujahid) yang mengisi tas atau mobilnya dengan bahan peledak, atau melilitkan bahan peledak pada tubuhnya, lalu menyerang musuh di tempat mereka berkumpul, hingga orang tersebut kemungkinan besar ikut terbunuh.

Jihad Era Kekinian

Doktrin agama yang dangkal dalam memahami agama memicu terjadinya bom bunuh diri. Seolah-olah jihad dimaknai secara letterlijk sebagai upaya memerangi orang-orang yang tak sefaham dengan kelompok mereka. Padahal jihad sebenarnya adalah memerangi hawa nafsu sebagaimana sabda Rasul saw. Adapun bentuk jihad yang relevan di masa kini adalah jihad intelektual, senantiasa terus belajar sehingga pemahaman keilmuan semakin luas tidak gampang menyalahkan orang lain dan menumbuhkan sikap wasatiyyah (moderat). Faktor pemantik adanya bom bunuh diri disebabkan kedangkalan pemahaman agama. Maka pemilihan seorang ustadz atau guru agama sangat penting dalam memahami Islam secara komprehensif.

Senata Adi Prasetia, aktivis CRIS Surabaya

 

 

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru