27.2 C
Jakarta
Array

Radikal Bikin Hancur Akal, Teror Bikin Jiwa Molor

Artikel Trending

Radikal Bikin Hancur Akal, Teror Bikin Jiwa Molor
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Maraknya radikalisme dan terorisme di Indonesia patut menjadi hal yang perlu diperhatikan. Terlebih lagi radikalisme dan terorisme di Indonesia berkembang sangat cepat hingga kota terujung Nusantara dan banyak menyerang pemuda-pemudi negeri, tak hanya itu rakyat Indonesia yang mungkin kecewa dengan sistem demokrasi di Indonesia akan dengan mudah teracuni oleh paham radikalisme dan terrorisme. Padahal generasi muda adalah pemuda yang nantinya akan melanjutkan estafeta kepemimpinan bangsa ini. Lalu akan seperti apa jadinya nanti jika pemimpin bangsa ini merupakan pemimpin yang berpaham radikal? Akan seperti apa nasib rakyat indonesia di masa depan?

Dewasa ini, banyak sekali gerakan terorisme yang mengatasnamakan Jihad. Orang-orang yang menaruh bahan peledak di suatu tempat dan mendakwakan hal itu sebagai bentuk jihad fii sabilillah. Apa maksudnya? Tidak ada jihad yang menimbulkan pertikaian dan kerusakan di bumi Allah. Hakikatnya, terorisme atas nama jihad merusak citra Islam, merusak harga diri kaum muslimin. Para pemeluk Islam sendiri berlepas diri dari mereka, tidak mengakui bahwa mereka adalah bagian dari Islam. Karna sesungguhnya Islam tidak memerintahkan jihad dengan hal seperti itu. Islam agama yang toleran, Islam agama yang damai, tidak akan mungkin Islam memerintah untuk membuat kerusakan di bumi. Mereka yang berkata bahwa terorisme adalah jihad di jalan allah, mereka salah dalam memaknai seruan berjihad.

Jihad merupakan seruan perdamaian bukan malah menambah-nambah pertikaian apalagi antar umat beragama. Pesan damai dibalik seruan jihad terdapat dalam Al-Qur’an QS. Al Hajj 39-40 dalam tafsirnya dijelaskan bahwa ada 3 hal inti pada ayat pertama seruan untuk perang yaitu penghapusan penindasan, penegakkan kebebasan beragama dan perdamaian (Syamsuddin: 2012, 88). Jelas disini bahwa jihad itu seruan untuk perdamaian bukan untuk menambah pertikaian. Terorisme menghasilkan berbagai macam masalah terutama masalah kenegaraan yang cukup serius. Maka jelas terorisme bukan jihad, terorisme bukan Islam.

Berkembangnya radikalisme dan terorisme di zaman ini, generasi muda perlu lebih hati-hati dan waspada. Para orang tua pun ikut berperan aktif dalam menjaga anak-anaknya sebagai penerus estafeta kepemimpinan bangsa Indonesia. Usaha untuk menangkal paham radikalisme yang nantinya akan melahirkan berbagai gerakan terorisme  adalah melalui pendidikan. Lalu pendidikan seperti apa yang dibutuhkan untuk menangkal itu semua? Bukannya orang-orang radikalis dan teroris berasal dari orang-orang yang berpendidikan? Orang-orang yang paham dengan agama? Lalu bagaimana ?

Menurut saya, orang-orang radikalis dan teroris itu tidak memahami dan tidak mengamalkan dengan benar apa yang sudah mereka pelajari. Karna tidak ada pendidikan yang menyuruh pada kerusakan. Pendidikan yang diperlukan untuk menangkal itu semua adalah pendidikan karakter, pendidikan umum terutama pendidikan agama. Terlebih lagi di zaman serba modern ini sudah banyak lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren yang tersebar di pelosok-pelosok desa. Di pesantren tidak hanya belajar mengenai keagaaman tetapi belajar juga mengenai kenegaraan dan insyaallah nantinya akan melahirkan generasi muda yang agamis tetapi tetap nasionalis, maka tidak akan ada lagi yang namanya teroris.

Pendidikan pesantren yang dapat menangkal paham radikalisme dan terorisme adalah:

Pertama, Pendidikan Ketauhidan.

Di pesantren sudah pasti pendidikan ketauhidan diterapkan, dengan seseorang mengenal dan mencintai tuhannya maka sudah pasti ia juga akan mencintai ciptaan-Nya. Dengan begitu tidak akan ada lagi tindakan terorisme yang melanggar 5 Maqasid Syariah yaitu menjaga akal, harta, jiwa, keturunan dan agama (Kamali: 2013, 17-169). Maka insyaallah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang aman dan tentram.

Kedua, Pendidikan Al-Qur’an.

Pengajaran Al-Qur’an di pesantren menjadi suatu hal yang wajib adanya, karna memang Al Qur’an pedoman untuk seluruh kaum muslimin maka mempelajarinya adalah suatu keutamaan seperti yang tercantum dalam hadits bukhari bahwa  “Sebaik-baiknya manusia adalah yang mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.” Dengan seseorang mempelajari Al-Qur’an dengan baik maka sudah tentu ia tau isi dan makna dari Al-Qur’an, oleh karena itu ia pasti mengerti bahwa dalam Al-Qur’an itu hampir 2/3 nya mengenai hablumminannas (berhubungan dengan manusia) dan mereka pasti mengerti dan mau mengamalkan bagaimana cara yang baik untuk berhubungan dengan manusia tanpa melanggar haknya masing-masing.

Ketiga, Pelajaran Tafsir di Pesantren

Pelajaran tafsir Al-Hadits maupun Al-Qur’an di dalam pesantren dapat menjadi faktor untuk menangkal dan memutus rantai perkembangan radikalisme dan terorisme, jika seseorang belajar tafsir Al-Qur’an dengan baik maka tidak akan ada lagi gerakan terorisme apalagi yang mengatasnamakan jihad, seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi. Seruan berjihad dalam Al-Qur’an dapat dipahami maknanya dengan baik, maka implementasi jihad dalam kehidupan sehari-hari pun akan tetap berada dalam koridor syariat Islam.

Keempat, Lingkungan yang kondusif dan terjaga di Pesantren

Dengan lingkungan yang kondusif dan terjaga maka paham radikalisme dan terorisme akan sulit untuk masuk kedalam lingkungan tersebut. Karna pasalnya radikalisme dan terorisme berkembang seiring dengan arus globalisasi di negeri ini.

Kelima, Hidup bersama dengan teman

Santri yang berada di pesantren akan terus bersama teman-temanya selama 24 jam. Mau tidak mau mereka dipaksa untuk dapat berinteraksi dengan baik terhadap teman-temannya. Mereka juga dituntut untuk bisa bersikap toleran terhadap teman-teman disekitarnya. Dengan sikap toleran yang tertanam sejak dini dalam diri mereka, paham radikalisme dan terorisme yang menganggap bahwa hanya dialah orang yang paling benar dan semua orang yang berbeda pemahaman dengan dia adalah salah dan perlu dibasmi, maka pemahaman-pemahaman itu akan tersaring dengan sendirinya dan akan memutus rantai radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Dengan terus berkembangnya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia yang menjadi boomerang bagi keutuhan NKRI sendiri lalu melihat dari berbagai aspek yang ditawarkan pesantren untuk menangkal radikalisme dan terorisme di Indonesia maka dianggap perlu pemuda-pemudi Indonesia sebagai generasi penerus estafeta kepemimpinan bangsa untuk dapat mengemban pendidikan pesantren sebagai upaya memutus rantai radikalisme dan terorisme yang berkembang saat ini. Untuk menjaga keutuhan NKRI dan mewujudkan Indonesia sejahtera tahun 2045.

Sumber :

Mohammad Hasim Kamali, Membumikan Syariah: Pergulatan mengaktualkan Islam. Terj. Miki Salman (Bandung: Mizan, 2013) hlm 17-169.

Sahiron Syamsuddin, “Pesan Damai Dibalik Seruan Jihad.” , dalam Islam, Tradisi, dan Peradaban (Yogyakarta: Suka-Press,2012) hlm. 88.

*Juara 1 Lomba Menulis Opini Santri se-Jawa Barat dalam Rangka Program Literasi Santri yang diadakan oleh Pesantren Persatuan Islam Tarogong bekerjasama dengan Harakatuna Media, Wasathiyah Center, dan Word Smart Center.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru