30 C
Jakarta
Array

Polri: Ada yang Setting Rusuh 21 dan 22 Mei

Artikel Trending

Polri: Ada yang Setting Rusuh 21 dan 22 Mei
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com, Jakarta – Siapa aktor intelektual dalam kasus kerusuhan 21-22 Mei 2019, terus diselidik. Saat ini, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) telah membentuk tim investigasi yang diketuai oleh Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Polri.

“Kita akan sedetail mungkin melakukan investigasi merangkai kasus 21-22 Mei 2019,” ujar Kepala Divis Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Muhammad Iqbal, didampingi Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (Kapuspen TNI) Mayor Jenderal (Mayjen) Sisriadi, pada konferensi pers tentang “Perkembangan Kerusuhan 21-22 Mei 2019 “, di Gedung Media Center Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).

Walaupun belum menyebutkan secara tegas siapa aktor intelektual dalam kerusuhan tersebut, namun Polri menegaskan ada yang menyeting kerusuhan tersebut. Kepolisian hingga saat ini terus memeriksa sejumlah saksi dan tersangka. Termasuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Iqbal kemudian membeberkan fakta-fakta. Menurutnya, aksi pada 21 dan 22 Mei 2019 terbagi dua segmen dan dua klasifikasi.

“Yang pertama unjuk rasa damai. Tanggal 21 Mei pukul 14-18 ada sekitar 3 ribu massa menyampaikan pendapat di muka umum secara tertib. Sesuai aturan damai. Sesuai Undang-Undang,” jelasnya.

Harusnya lanjut Iqbal, sesuai UU, pukul 18.00 aksi penyampaian pendapat selesai. Karena momen puasa, Polri memberi kesempatan buka puasa bersama dengan massa aksi sampai dengan taraweh.

“Itu segmen 1. Saat pukul 21.10 wib, korlap kembali berkoordinasi ke Polres Jakarta Pusat, diimbau massa kembali,” jelasnya.

Adapun pada segmen kedua, kata Iqbal ini yang perlu diketahui. Ini beda dengan massa damai.

“Sekitar pukul 22.30 tiba-tiba tanpa diketahui, 500 massa, di depan dan samping bawaslu melakukan penyerangan. Bahkan petugas juga diserang. Dengan molotov, kalau kena kepala, airnya bisa berbahaya. Petasan roket, batu. Ada juga panah, dan panahnya beracun. Kelewang dan sebagainya. Artinya massa sudah di setting dan di desain untuk rusuh,” tegas Iqbal.

Sampai dengan 22 Mei pukul 01.00 dini hari, sesuai standar operasional prosedur, Polri membubarkan. Yakni dengan water canon, gas air mata dan peluru hampa. “Beberapa kali kami sampaikan polri tidak menggunakan peluru tajam,” tegas Iqbal.

Dalam aksi rusuh tersebut kata dia, asrama Polri di petamburan dibakar. Kendaraan juga. “Asrama Polri di Petamburan, tidak seperti asrama Brimob umumnya, terpencil. Ini sangat terbuka untuk publik. Bahkan di sana ada anak istri. Menjadi sasaran penyerangan,” jelas Iqbal.

Pihaknya telah meminta mereka melaporkan ke polisi. Selain itu, mereka atas inisiatif sendiri juga mengadu ke Komnas HAM. “Massa perusuh itu patut diduga kuat di setting untuk melakukan provokasi dan penyerangan ke petugas,” tegas Iqbal.

Lebih lanjut dia mengatakan, pada tanggal 22 Mei 2019 juga sama. Ada massa damai dan massa rusuh.

“Cuma bedanya, massa perusuh sudah berada di massa damai. Pukul 14-18 tidak ada masalah. Kapolres Jakarta Pusat masih bisa menjaga keamanan bersama korlap. Juga mengambil diskresi, karena momen puasa. Teman-teman dan Kapolres menduga akan terus sampai taraweh. Namun ternyata, massa perusuh sekitar 6 ribu orang melakukan penyerangan ke petugas dengan benda-benda mematikan,” jelas Iqbal.

Kejadian ini kata dia, yang mengawali massa perusuh. Karena mereka menyerang duluan. “Petugas TNI dan polri melakukan sesuai SOP, menghalau dengan imbau, gas air mata. Tapi mereka terus maju . Ada dua orang menyiapkan bom molotov. Ini sedang kita investigasi,” pungkasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru