Harakatuna.com. Gaza – Gencatan senjata di Gaza sepertinya tak akan terealisasi. Israel bahkan terang-terangan berujar bakal menginvasi Rafah, satu-satunya tempat perlindungan warga Gaza, di perbatasan dengan Mesir.
Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan niatnya dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Sabtu malam waktu setempat. “Kami akan melakukannya,” katanya dengan media AS, ABC News, seraya menyebut bahwa rencana tersebut sedang dikerjakan, dikutip Al-Jazeera, Senin (12/2/2024).
Pernyataan itu muncul meskipun ada kekhawatiran internasional mengenai potensi pembantaian. Diperkirakan 1,4 juta warga Palestina berdesakan di Rafah dan dikurung di perbatasan dengan Mesir, setelah diperintahkan oleh militer Israel untuk mengungsi dari rumah mereka di tempat lain di Jalur Gaza.
Amerika Serikat (AS), pendukung utama Israel, telah memperingatkan rencana memperluas serangan darat ke kota tersebut. Padahal selama berbulan-bulan hampir setiap hari wilayah itu menjadi sasaran pemboman udara.
Biden sempat mengkritik Israel menyebutnya berlebihan. Ini menjadi kecaman paling keras yang dikatakan Washington sejauh ini. “Kami akan melakukannya sambil memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat pergi,” klaimnya tanpa menjelaskan detil ke mana jutaan orang akan pergi lagi.
“Kami sedang menyusun rencana rinci. Area yang telah kami bersihkan di utara Rafah, ada banyak area di sana,” tambahnya lagi.
“Kemenangan sudah dekat. Kami akan melakukannya. Kami akan menempatkan sisa batalyon teroris Hamas di Rafah, yang merupakan benteng terakhir,” ujarnya.
“Kami akan melakukannya sambil memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat pergi,” klaimnya tanpa menjelaskan detil ke mana jutaan orang akan pergi lagi.