26.8 C
Jakarta

Mewaspadai Diskriminasi Muslim di India sebagai Ancaman Kebangkitan Terorisme

Artikel Trending

Milenial IslamMewaspadai Diskriminasi Muslim di India sebagai Ancaman Kebangkitan Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Diskriminasi Muslim di India semakin memburuk. Pada Selasa (10/5) lalu, di Distrik Porbandar, Gujarat Barat, sebanyak 600 anggota komunitas nelayan Muslim Gosabara mengajukan petisi persetujuan pengadilan India agar mereka diberi hak mengakhiri hidup (euthanasia) karena mendapat hambatan administratif yang mencegah mereka mencari nafkah. Sehari sebelumnya, di New Delhi, ratusan Muslim dan pekerja partai oposisi juga menggelar aksi unjuk rasa atas diskriminasi lainnya.

Diskriminasi demi diskriminasi terjadi di India dan memancing kekhawatiran global. Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF) mendesak pemerintah AS untuk memasukkan India ke daftar negara-negara yang menjadi perhatian khusus (contries of particular concern/CPC) karena kebebasan di India memburuk secara signifikan. Seperti diketahui, semua diskriminasi tersebut merupakan dampak buruk visi ideologis Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Modi mempromosikan kebijakan anti-minoritas dan mencita-citakan India sebagai Negara Hindu. Kekerasan massal kemudian menjadi ancaman nasional, dan umat Hindu suka main hakim sendiri terutama kepada umat Muslim. Menariknya, tak hanya Komisi AS yang merespons diskriminasi tersebut. Kelompok terori global, Al-Qaeda, juga memberi respons. Melalui As-Sahab Media, Al-Qaeda merilis penyataan sang pemimpin, Ayman al-Zawahiri.

Dengan demikian, diskriminasi Muslim di India berpotensi jadi preseden buruk untuk perdamaian dunia di satu sisi, dan di sisi lainnya berpotensi membangkitkan kembali terorisme global. Imbasnya jelas, tidak hanya India yang jadi sasaran teror: Indonesia juga masuk dalam radar ancaman terorisme tersebut. Faktanya, hari-hari ini, respons umat Islam dunia terhadap India relatif kompleks. Di kelompok teror, ada Al-Qaeda. Di Indonesia sendiri, para islamis pengusung intoleransi juga beraksi.

Karenanya, mewaspadai diskriminasi Muslim di India sebagai ancaman kebangkitan terorisme merupakan hal yang niscaya. Kasus di India tidak lagi bisa dilihat sebagai kasus partikular Hindu-Islam yang berdampak lokal, melainkan sebagai krisis nasional yang memicu krisis internasional. Pemerintah Indonesia paling tidak mesti mengambil dua langkah strategis. Pertama, deteksi dini ancaman. Kedua, diseminasi narasi positif. Sebab, India vis-à-vis Al-Qaeda sama dengan krisis terorisme global.

India dan Respons Al-Qaeda

Dalam tanggapan terhadap diskriminasi Muslim di India, Ayman al-Zawahiri mendesak Muslim India untuk melakukan perlawanan yang sama biadabnya dengan bagaimana umat Hindu India berlaku semena-mena pada mereka. Dengan kata lain, India telah dicap sebagai musuh yang harus dilawan dengan cara apa saja. Tidak dielakkan lagi bahwa pernyataan al-Zawahiri akan menjadi angin segar bagi terorisme. Para teroris akan balas dendam, bagaimana pun cara, kepada India.

Bagi Al-Qaeda, diskriminasi India tidak lain adalah genosida anti-Islam. Bagi mereka juga India bukan satu-satunya pihak yang wajib dikutuk, karena Barat juga dianggap sebagai biang kerok anti-Islam global. Al-Qaeda menaruh perhatian terhadap penindasan Muslim di India dengan mendesak dunia internasional ikut mengutuk mereka, dan secara spesifik mendesak umat Islam sedunia balas dendam dengan teror. Pertanyaannya, mungkinkah respons Al-Qaeda pada India juga berdampak ke Indonesia?

BACA JUGA  Menangani Propaganda Khilafah dan Tantangan Moderasi di Kampus Umum

Jawabannya jelas. Dan ini yang terpenting. Melihat diskriminasi terhadap Muslim di India dari kacamata ancaman kebangkitan terorisme sebenarnya bertujuan menjaga stabilitas Indonesia, di samping perjuangan HAM global. Al-Qaeda memiliki pengaruh besar, namun India juga punya pertahanan yang kuat. Rasanya, mustahil bagi Al-Qaeda untuk melakukan konfrontasi. Yang sangat mungkin adalah, mereka menggunakan jaringan globalnya sebagai alternatif balas dendam.

Jika itu yang terjadi, maka Indonesia juga berada dalam ancaman yang serius. Seluruh atribut keindiaan di Indonesia, seperti warga India, tempat peribadatan Hindu, dan kedutaan India di Indonesia akan dibabat habis oleh aksi-aksi terorisme. Ancaman yang sama berlaku di seluruh negara, sebagai bentuk desakan Al-Qaeda kepada pemerintah lokal—agar pemerintah Indonesia juga mendesak India misalnya—juga sebagai bentuk balas dendam langsung pada India itu sendiri.

Masalahnya adalah yang rugi bukan India, melainkan pemerintah Indonesia. Misalnya jika kantor Kedubes India jadi sasaran teror, maka Indonesia akan mengalami kerugian, baik material maupun relasi bilateral dengan India. Dalam konteks tersebut, pemerintah wajib mewaspadai anacam terorisme akibat diskriminasi Muslim di India. Hari ini mungkin reaksi datang dari islamis yang tidak akan melakukan teror. Tetapi nanti, dampaknya terhadap terorisme lokal pasti sangat signifikan.

Dampak Terorisme Lokal

Sebagai iktikad kewaspadaan, Indonesia harus melihat diskriminasi yang dialami umat Islam di India sebagai sebab, yang akan berakibat buruk terhadap kebangkitan terorisme baik lokal maupun global. Di Indonesia, afiliasi Al-Qaeda, yakni Jama’ah Islamiyah (JI), juga masih memiliki jaringat yang kuat. Bahkan mereka yang eks-teroris pun, yang sudah kembali ke NKRI, juga rentan. Kasus India adalah pengecualian, dalam arti bahwa ia dapat memantik militansi semua pihak—dan melahirkan aksi-aksi teror.

Untuk mengangtisipasi segala kemungkinan terburuk, ormas keagamaan dalam negeri perlu dipantau, khawatir diskriminasi Muslim di India dimanfaatkan untuk menyudutkan pemerintah atau bahkan untuk melegalisasi terorisme. Diseminasi konten-konten positif sebagai kontra-terorisme juga mesti disemarakkan. Kemenlu RI, BNPT, Kemenkoninfo, TNI, dan Polri harus bersinergi untuk mewaspadai kebangkitan terorisme akibat diskriminasi Muslim di India.

Terorisme lokal sudah mendapat sinyal dari pucuk pimpinan tertinggi Al-Qaeda. Tidak ada lagi yang perlu ditunggu, jika desakan sudah jelas sebagaimana jelasnya diskriminasi yang dialami umat Islam di India. Kelompok islamis yang selama ini punya rekam jejak ekstrem di negara ini, terutama, harus dilakukan deteksi dini. Harus ada kesepahaman bahwa sekalipun diskriminasinya terjadi di India, respons terhadapnya bersifat global. Terorisme adalah respons yang paling ditakutkan dan mesti diwaspadai bersama.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru