30 C
Jakarta

Menimbang Sisi Toleransi Ustaz Sobri Lubis

Artikel Trending

KhazanahTelaahMenimbang Sisi Toleransi Ustaz Sobri Lubis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com– Sobri Lubis, mantan ketua Front Pembela Islam (FPI), organisasi yang dibubarkan oleh pemerintah,  namanya yang cukup banyak disebut pada waktu belakangan ini lantaran dibebaskan dari tahanan atas kasus petamburan yang menimpanya bersama Habis Rizieq Shihab. Sebenarnya, dalam kasus tersebut ada beberapa mantan petinggi FPI yang menjadi tersangka, diantaranya: Maman Suryadi; Ketua Panitia Acara, Haris Ubaidilah; Sekretaris Panitia Acara, Ali bin Alwi Alatas; dan Kepala Seksi Acara, Habib Idrus.

HRS dijerat Pasal 160 KUHP dan Pasal 216 KUHP. Sedangkan lima tersangka lainnya dikenakan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Melalui kasus ini, Sobri lubis menjadi salah satu profil yang kiranya penting untuk disorot  sebagai eks ketua eks FPI periode 2015-2020.  Sobri Lubis  memiliki suara lantang dalam penegakan ajaran Islam, fenomena yang bertentangan dengan Islam, serta sikap disiplin, khususnya sikap tempramen yang ditampilkan.

Apa yang penulis sebut tempramen merupakan sikap yang ditunjukkan ketika melihat sesuatu diluar hal dirinya, khususnya yang bertentangan dengan ajaran Islam yang ia yakini sebagai umat muslim, apalagi sebagai pemuka agama.

Kepada organisasi yang berbeda, halal untuk membunuh

Masih membekas dalam ingatan kita bahwa respon yang tidak enak dilontarkan oleh Sobri Lubis menanggapi Ahmadiyah. Dalam sebuah video pada Cokroningrat TV, ada pernyataan Sobri Lubis yang cukup menyayat hati para pengkikut Ahmadiyah.

“Kalau ada yang bunuh Ahmadiyah, bilang disuruh sama kami saudara, bilang disuruh oleh Ustaz Sobri Lubis, disuruh oleh Habib Rizieq Shihab,” kalimat tersebut diungkapkan secara tegas oleh Sobri Lubis dalam sebuah ceramah yang melibatkan banyak orang.   kalimat tersebut adalah kalimat seruan, bahkan ajakan, bisa juga kita sebut adalah perintah bagi para pengikutnya untuk membunuh pengikut Ahmadiyah.

Pernyataan yang dlontarkan pada video tersebut, menunjukkan bahwa Sobri Lubis pada saat itu masih menjadi bagian dari pimpinan tinggi para makar, yakni FPI. Ini artinya, secara kelembagaan, FPI lama berbahaya! Para petingginya mendambakan kekerasan dan sikap keji.

BACA JUGA  Dakwah di TikTok: Pertarungan Ideologi Salafi-Wahabi yang Berpotensi Merusak Persatuan

Disis lain, sikap yang ditampilkan oleh Sobri Lubis ini nyatanya menjadi trauma sosial yang berlibat ganda, apalagi jika didengar oleh para pengikut Ahmadiyah yang jumlahnya cukup sedikit dibandingkan dengan organisasi-organisasi yang lain, seperti Muhammadiyah dan NU.

Sejauh ini, perdebatan teologis pengikut Ahmadiyah menjadi polemik yang cukup berkepanjangan pada kalangan umat beragama. Sehingga menjadi hal wajar ketika sikap yang ditampilkan oleh berbagai tokoh agamawan selalu menjadi bahan kritik. Namun, sikap Sobri Lubis apalagi bersandar pada nama Habib Rizieq Shihab, menunjukkan bahwa praktik keberagamaan yang tidak manusiawi menjadi dasar pergerakan dan perjuangan FPI masa silam.

Maka ketika FPI baru muncul dengan berbagai baju yang tidak sama dengan FPI lama, sangat wajar untuk kita tilik lebih jauh tentang praktik keberagamaan yang ditampilkan oleh para FPI lama. sebab orang-orang didalamnya tetaplah orang serupa seperti FPI baru.

Agama tempramen, Islam keras

Humor Gusdur tentang Habib Rizieq Shihab menyebut bahwa HRS adalah teroris lokal (Hamzah Sahal:2019, hlm.23). jika ditelaah, humor tersebut pada kenyataannya bukan tanpa dasar. Sebab Islam yang ditampilkan oleh HRS beserta kawan-kawan, termasuk Sobri Lubis sangat keras, meski demikian, dalam humor Gusdur, mereka tidak berafiliasi pada ISIS ataupun Jamaah Islamiyah.

Sobri Lubis adalah cerminan mantan FPI yang keras, dengan sikap tempramen dan ajaran Islam yang sangat berbeda dengan yang dibawa oleh Rosulullah, membawa kedamaian dan menghargai kemanusiaan.

Sobri Lubis, dalam pernyataan tentang posisi Ahmadiyah, dan sikap yang diserukan kepada mereka, bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, sebab mengancam keselamatan orang lain sebagai umat manusia yang memiliki hak hidup dengan aman dan tenang.

Tidak hanya itu, kenyataan bahwa sikap yang ditampilkan oleh Sobri Lubis jauh dari toleransi dan jauh dari sikap yang elok ditampilkan sebagai umat beragama. Jalan yang ditempuh untuk melihat perbedaan teologis justru begitu kejam dan sangat keji. Memperboleh membunuh, bahkan menghalalkan darah semacam itu, bukankah tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para teroris selama ini? Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru