30 C
Jakarta
Array

Mengatasi Kesulitan dalam Mencari Ide

Artikel Trending

Mengatasi Kesulitan dalam Mencari Ide
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada awal 2017 penulis mengikuti sebuah Kursus Dakwah yang ditujukan untuk melatih orang berbicara di podium agar bisa menyampaikan ceramah atau pun khutbah.

Dari rangkaian pelatihan yang diselenggarakan, sesi paling berat adalah saat harus berimprovisasi, menyampaikan dakwah dengan tema yang diberikan secara mendadak, hanya sesaat sebelum ceramah dimulai.

Yang menjadikannya berat adalah seringkali tak ada ide tentang materi yang hendak disampaikan meskipun tema sudah diberikan.

Saat itulah penulis menyadari bahwa mencari dan menemukan ide bukan perkara mudah. Apalagi buat orang-orang yang baru mulai belajar. Dan di kemudian hari, ketika penulis memilih spesialisasi dakwah bil qolam, penulis pun menyadari bahwa kesulitan ini berlaku bukan hanya untuk penceramah yang menyampaikan dakwah melalui lisannya. Pendakwah yang berdakwah melalui tulisan pun mengalami hal yang sama.

Ide: “Harus”kah dicari ?

Kesulitan awal sebenarnya terjadi karena kita mengharapkan ide itu akan muncul dengan sendirinya pada saat kita membutuhkannya.

Dalam satu atau dua kasus, hal itu memang terjadi. Tetapi pada umumnya, tidak demikian. Ide harus dicari dan ditemukan.

Di sini penulis mesti mengingatkan diri kembali untuk berhati-hati dalam menggunakan kata.

Sebuah kata bukan saja memiliki arti tersendiri, tapi juga bisa memberi sugesti bagi yang mengatakannya, mendengarnya atau membacanya.

Kata “harus” berkesan membawa beban. Suatu kewajiban yang tak terelakkan. Dan kewajiban ini memperberat langkah dalam mencari ide. Bahkan bisa menimbulkan kepanikan. Hingga akhirnya membuat buntu pikiran.

Hal inilah yang pernah penulis alami sewaktu menjalani sesi improvisasi dakwah. Waktu itu, tema yang disodorkan sesaat sebelum tampil hanya satu kata: “Bayangan”. Saat itu, dalam benak penulis ada sebuah perasaan harus segera mendapatkan ide berkenaan dengan “bayangan” yang bisa dijadikan bahan berceramah. Namun hasilnya malah pikiran terasa “blank”. Menurut Ustadz yang membimbing waktu itu, penyebabnya adalah perasaan terbebani dan kepanikan sehingga mematikan kreativitas.

Ide: “Bisa” dicari

Oleh karenanya, penting sekali buat kita untuk menyadari, istilah yang tepat tentang Ide, bukanlah “harus” dicari, tapi “bisa” dicari. Dan siapa pun yang mencari, akan menemukannya!

Dasar pemikiran ini adalah pengakuan bahwa Ide merupakan sebagian dari karunia Allah Yang Maha Kuasa. Tanpa “campur tangan” Allah SWT, tak akan ada sedikit pun ide di dalam kepala kita. Dengan pengakuan itu, kita bisa melangkah lebih lanjut.

Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah SWT telah menciptakan alam semesta dan seisinya. Sebagian darinya disediakan sebagai karuniaNya untuk manusia. Dan perintah Allah SWT adalah untuk “mencari” karunia tersebut. Maka, Ide sebenarnya bisa dicari.

Salah satu contohnya ada disebutkan dalam Al Qur’an surat ar Rum ayat 46 yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur.

Di dalam ayat di atas jelas disebutkan bahwa angin diciptakan Allah SWT sebagai salah satu wahana bagi manusia agar bisa mencari karunia Allah SWT.

Dalam hal mencari Ide yang sedang kita bicarakan, sudah banyak bukti bahwa “angin” bahkan menjadi sumber ide bagi berbagai karya manusia. Misalnya saja, angin bisa menjadi inspirasi untuk penulisan puisi maupun menjadi syair lagu. Angin juga bisa menginspirasi pebulutangkis dalam melakukan smash. Angin juga menginspirasi manusia agar bisa berkendara dengan nyaman, maka ban motor atau mobil diisi dengan “angin”.

Jadi, sekarang kita sepenuhnya memahami bahwa Ide memang “bisa” dicari.

Soal bagaimana cara mencarinya, seperti kata pepatah “ada banyak jalan menuju Roma”. Artinya ada banyak metode untuk mencari ide. Dalam tulisan-tulisan mendatang, penulis akan berbagi beberapa metode yang sudah penulis pelajari. Insyaa Allah.

Namun satu hal penting yang harus siap dilakukan adalah: Berlatih!

Allahul Musta’an.

*Toto Mulyoto (Abi Ihsan), Anggota Grup WA Belajar Menulis asuhan Ustadz Drs. H. Ahmad Yani (LPPD Khairu Ummah).

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru